Friday, March 18, 2016

TALI POCONG BELUM DILEPAS

PERTANYAAN:

Apakah boleh menggali jenazah ketika tali pocongnya belum dilepas?

JAWABAN:

Tidak diperbolehkan, karena kewajiban menggali kembali kuburan hanya dilakukan apabila belum terpenuhi semua kewajiban tajhiz (perawatan) jenazah.

REFERENSI:

Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab Juz 5 halaman 303:

)وَأَمَّا) نَبْشُ الْقَبْرِ فَلَا يَجُوزُ لِغَيْرِ سَبَبٍ شَرْعِيٍّ بِاتِّفَاقِ الْأَصْحَابِ وَيَجُوزُ بِالْأَسْبَابِ الشَّرْعِيَّةِ كَنَحْوِ مَا سَبَقَ وَمُخْتَصَرُهُ أَنَّهُ يَجُوزُ نَبْشُ الْقَبْرِ إذَا بَلِيَ الْمَيِّتُ وَصَارَ تُرَابًا وَحِينَئِذٍ يَجُوزُ دَفْنُ غَيْرِهِ فِيهِ وَيَجُوزُ زَرْعُ تِلْكَ الْأَرْضِ وبنائها وَسَائِرُ وُجُوهِ الِانْتِفَاعِ وَالتَّصَرُّفِ فِيهَا بِاتِّفَاقِ الْأَصْحَابِ وَإِنْ كَانَتْ عَارِيَّةً رَجَعَ فِيهَا الْمُعِيرُ وَهَذَا كُلُّهُ إذَا لَمْ يَبْقَ لِلْمَيِّتِ أَثَرٌ مِنْ عَظْمٍ وَغَيْرِهِ ----- وَيَجُوزُ نَبْشُ الْمَيِّتِ إذَا دُفِنَ لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ أَوْ بِلَا غُسْلٍ عَلَى الصَّحِيحِ فِيهِمَا أَوْ بِلَا كَفَنٍ أَوْ فِي كَفَنٍ مَغْصُوبٍ أَوْ حَرِيرٍ أَوْ أَرْضٍ مَغْصُوبَةٍ أَوْ ابْتَلَعَ جَوْهَرَةً أَوْ وَقَعَ فِي الْقَبْرِ مَالٌ عَلَى مَا سَبَقَ فِي كُلِّ ذَلِكَ مِنْ التَّفْصِيلِ وَالْخِلَافِ
Artinya:
(Dan adapun) menggali kubur tanpa sebab syar'iy adalah tidak diperbolehkan menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah, dan boleh [menggalinya] dengan sebab-sebab syar'iy, seperti semacam keterangan yang terdahulu. Dan kesimpulannya adalah boleh menggali kubur apabila mayatnya sudah membusuk dan menjadi debu dan pada saat itu, boleh mengubur mayat lain di dalamnya, menanami tanahnya, membangunnya dan berbagai bentuk pemanfaatan dan tindakan lainnya menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah. Dan jika keberadaan tanahnya adalah tanah pinjaman maka yang meminjam [harus] mengembalikannya. Dan semua ini [boleh dilakukan] apabila bekas dari mayit, berupa tulang dan selainnya, sudah tidak ada yang tersisa. ----- Dan menurut pendapat yang shohih boleh menggali mayat jika dikebumikan [dalam keadaan] tidak menghadap kiblat, tanpa dimandikan, tanpa dikafani, dikafani dengan kain kafan yang ghosob, dikafani dengan kain sutera, dikebumikan di tanah yang ghosob, si mayit telah menelan permata atau adanya harta yang jatuh di dalam kubur. Kesemuanya ini adalah berdasarkan keterangan terdahulu, berupa tafshil (perincian) dan khilaf (perbedaan pendapat).

Al-Fatawi Al-Fiqhiyyah Al-Kubro Juz 2 halaman 26:

لَوْ دُفِنَ الْمَيِّتُ قَبْلَ الْغُسْلِ أَوْ بَدَلِهِ وَهُوَ التَّيَمُّمُ نُبِشَ لَهُ الْقَبْرُ وُجُوبًا تَدَارُكًا لِلْوَاجِبِ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ
Artinya:
Bila mayat dikebumikan sebelum dimandikan atau ditayamumi (sebagai gantinya mandi), maka kuburnya wajib dibongkar sebagai penyusulan terhadap perkara yang wajib, kecuali jika mayatnya telah berubah.

HADIS PERPECAHAN UMAT ISLAM



Dalam sebuah hadis shohih disebutkan, bahwa Rosululloh SAW bersabda:
اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى إِحْدٰى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارٰى عَلٰى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدٰى وَسَبْعِيْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلٰى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعِوْنَ فِي النَّارِ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ قَالَ اَلْجَمَاعَةُ

Artinya:
Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71 golongan; satu golongan masuk surga dan yang 70 golongan masuk neraka. Orang-orang Nasrani (Kristen) terpecah menjadi 72 golongan; yang 71 golongan masuk neraka dan yang satu golongan masuk surga. Demi Dzat yang hidupku berada di genggaman-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan; satu golongan masuk surga dan yang 72 masuk neraka. Kemidian ditanyakan: "Wahai Rosululloh, siapakah gerangan satu golongan yang masuk surga tersebut?" Beliau menjawab: "Golongan besar". (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dll.)

MELEPAS TALI POCONG DI BADAN JENAZAH


PERTANYAAN:
Apakah melepas tali pocong dari badan jenazah itu hukumnya wajib?
JAWABAN:
Tidak wajib, akan tetapi kalau tidak dilepas hukumnya makruh.
REFERENSI:

Tuhfatul Muhtaj juz 3 halaman 127:

)فَإِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ نُزِعَ الشَّدَّادُ) لِزَوَالِ مُقْتَضِيهِ وَلِكَرَاهَةِ بَقَاءِ شَيْءٍ مَعْقُودٍ مَعَهُ فِيهِ.
Artinya:
(Lalu saat jenazah telah diletakkan di dalam kuburnya, tali-tali pengikatnya dilepas) karena sudah hilang fungsinya dan karena makruhnya membiarkan sesuatu yang masih terikat ada pada janazah di dalam kuburnya.

Ats-Tsimaarul Yaani'ah halaman 281:

)وَتُحَلُّ الشِّدَادُ عَنْهُ فِي الْقَبْرِ) إِلَّا شِدَادَ الْأَلْيَةِ تَفَاؤُلًا بِحَلِّ الشَّدَائِدِ عَنِ الْمَيِّتِ لِكَرَاهَةِ بَقَاءِ مَعْقُوْدٍ مَعَهُ فِي قَبْرِهِ وَسَوَاءٌ فِي ذٰلِكَ الْكَبِيْرُ وَالصَّغِيْرُ
Artinya:
(Dan [termasuk hal sunnah adalah] dilepaskan tali-tali pengikat dari mayit di dalam kubur) kecuali tali-tali pengikat bokong. [Pelepasan tali] Sebagai simbolisasi berharap nasib baik, dengan terlepasnya hal-hal yang memberatkan dari mayit, karena dimakruhkan masih adanya tali pengikat [yang masih terikat kuat] bersama mayit dikuburannya. Dan sama saja ketentuan dalam hal itu, antara orang dewasa dan anak kecil.