Sunday, December 17, 2017

MERAYAKAN MAULID NABI MUHANNAD SAW

SOAL:
Ketika memasuki bulan Robi'ul Awal, umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi Saw dengan berbagai cara, baik dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang cukup meriah. Pembacaa sholawat, barzanji dan pengajian-pengajian yang mengisahkan sejarah Nabi Saw menghiasi hari-hari bulan itu. Sebenarnya, bagaimana hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw?

JAWAB:
Sekitar lima abad yang lalu, pertanyaan seperti itu juga muncul. Dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849 H - 911 H) telah menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi Saw boleh dilakukan. Hal ini sebagaimana yang telah dituturkan oleh Beliau dalam kitabnya al-Hawi Lil Fatawi berikut ini:

فَقَدْ وَقَعَ السُّؤَالُ عَنْ عَمَلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ فِي شَهْرِ رَبِيعِ الْأَوَّلِ، مَا حُكْمُهُ مِنْ حَيْثُ الشَّرْعُ؟ وَهَلْ هُوَ مَحْمُودٌ أَوْ مَذْمُومٌ؟ وَهَلْ يُثَابُ فَاعِلُهُ أَوْ لَا؟ قَالَ: الْجَوَابُ عِنْدِي أَنَّ أَصْلَ عَمَلِ الْمَوْلِدِ الَّذِي هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ وَرِوَايَةُ الْأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِي مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِي مَوْلِدِهِ مِنَ الْآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُونَهُ وَيَنْصَرِفُونَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذٰلِكَ، هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِي يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيهِ مِنْ تَعْظِيمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالِاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيفِ. (اَلْحَاوِيْ لِلْفَتَاوِيْ، ج ١، صح: ٢٥١ - ٢٥٢)
Artinya:
Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi Saw pada  bulan Robi'ul Awal, bagaimana hukumnya menurut syara'? Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: "Jawabannya menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi Saw yaitu orang-orang berkumpul, membaca Al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi Saw sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid'ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi Saw, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Saw." (Kitab al-Hawi Lil Fatawi juz 1 halaman 251-252)

Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi Saw itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad Saw ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi Saw untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Alloh SWT:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا. (يونس: ٥٨)
Artinya:
"Katakanlah (Muhammad), sebab fadhol dan rohmat Alloh (kepada kalian), maka bergembiralah kalian." (QS. Yunus: 58)

Ayat ini jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rohmat Alloh SWT. Sementara Nabi Muhammad Saw adalah rohmat atau anugerah Tuhan[1] kepada manusia yang tiada taranya. Sebagaimana firman Alloh SWT:

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. (الأنبياء: ١٠٧)
Artinya:
"Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rohmat bagi seluruh alam." (QS. al-Anbiya': 107)

Sesungguhnya perayaan Maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rosululloh Saw. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ: فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ (صحيح مسلم، رقم ١٩٧٧)
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Qotadah Ra, bahwa Rosululloh Saw pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka Beliau menjawab: "Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku." (Shohih Muslim no.1977)

Betapa Rosululloh Saw begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Alloh SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu Beliau ungkapkan dalam bentuk puasa.[2]

Paparan ini menyiratkan bahwa merayakan kelahitan (maulid) Nabi Muhammad Saw termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan sholawat, baik Barzanji maupun Diba', sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh syari'at Islam. Sayyid Muhammad 'Alawi al-Maliki mengatakan:

وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْاِجْتِمَاعَ لِأَجْلِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ أَمْرٌ عَادِيٌّ وَلٰكِنَّهُ مِنَ الْعَادَاتِ الْخِيَرَةِ الصَّالِحَاتِ الَّتِيْ تَشْتَمِلُ عَلٰى مَنَافِعَ كَثِيْرَةٍ وَفَوَائِدَ تَعُوْدُ عَلَى النَّاسِ بِفَضْلٍ وَفِيْرٍ لِأَنَّهَا مَطْلُوْبَطٌ شَرْعًا بِأَفْرَادِهَا ... وَأَنَّ هٰذِهِ الْاِجْتِمَاعَاتِ هِيَ وَسِيْلَةٌ كُبْرٰى لِلدَّعْوَةِ إِلَى اللّٰهِ وَهِيَ فُرْصَةٌ ذَهَبِيَّةٌ يَنْبَغِيْ أَنْ لَا تَفُوْتَ بَلْ يَجِبُ عَلَى الدُّعَاةِ الْعُلَمَاءِ أَنْ يُذَكِّرُوْا الْأُمَّةَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَخْلَاقِهِ وَآدَابِهِ وَأَحْوَالِهِ وَسِيْرَتِهِ وَمُعَامَلَتِهِ وَعِبَادَاتِهِ وَأَنْ يَنْصَحُوْهُمْ وَيُرْشِدُوْهُمْ إِلَى الْخَيْرِ وَالْفَلَاحِ وَيُحَذِّرُهُمْ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْبِدَعِ وَالشَّرِّ وَالْفِتَنِ. (مفاهيم يجب أن تصحح، ص ٢٢٤-٢٢٦)
Artinya:
Pada pokoknya, berkumpul untuk mengadakan maulid Nabu Saw merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi. Tapi hal itu termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak kegunaan dan manfaat yang (akhirnya) kembali kepada umat sendiri dengan beberapa keutamaan (di dalamnya). Sebab, kebiasaan seperti itu memang dianjurkan oleh syara' secara parsial (bagian-bagiannya) ............. Sesungguhnya perkumpulan ini merupakan sarana yang baik utuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh terlewatkan. Bahkan menjadi kewajiban para da'i dan ulama' untuk mengingatkan umat kepada akhlak, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah, tata cara bergaul dan ibadah Nabi Muhammad Saw. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberi petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memepringatkan umat akan datangnya bala' (ujian), bid'ah, kejahatan dan berbagai fitnah. (Mafahim Yajib an Tushohhah, ha. 224-226)

Hal ini diakui oleh Ibnu Taimiyyah:

يَقُوْلُ بْنُ تَيْمِيَّةَ قَدْ يُثَابُ بَعْضُ النَّاسِ عَلٰى فِعْلِ الْمَوْلِدِ وَكَذٰلِكَ مَا يُحْدِثُهُ بَعْضُ النَّاسِ إِمَّا مُضَاهَاةً لِلنَّصَارٰى فِيْ مِيْلَادِ عِيْسٰى عَلَيْهِ السَّلَامُ وَإِمَّا مَحَبَّةً لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَعْظِيْمًا لَهُ وَاللّٰهُ قَدْ يُثِيْبُهُمْ عَلٰى هٰذِهِ الْمَحَبَّةِ وَالْاِجْتِهَادِ لَا عَلَى الْبِدَعِ. (منهج السلف في فهم النصوص بين الظرية والتطبيق، ٣٩٩)

Artinya:
Ibnu Taimiyyah berkata: "Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid  Nabi Saw akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Nabi Isa As, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Alloh SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid'ah yang mereka lakukan." (Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush bainan Nadhoriyyah wat Tathbiq, hal. 399 )

Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam merayakan Maulid Nabi Saw sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Dan juga karena isi perbuatan tersebut secara satu persatu, yakni membaca sholawat, mengkaji sejarah Nabi Saw, sedekah dan lain sebagainya merupakan amalan yang memang dianjurkan dalam syari'at Islam.

CATATAN KAKI:
[1] Penafsiran seperti ini dilakukan oleh Ibnu Abbas Ra. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan فَضْلُ اللهِ itu adalah ilmu. Sedangkan رَحْمَةُ اللهِ sendiri adalah Nabi Muhammad Saw.

[2] Puasa memang sudah sejak dulu dijadikan simbol rasa syukur kepada Alloh SWT. Diceritakan dalam sebuah Hadis ketika Rosululloh Saw dan para sahabat tiba di Madinah, Beliau melihat orang-orang Yahudi sedang berpuasa 'Asyuro (10 Muharram). Rosul bertanya mengapa mereka melakukan puasa tersebut. Orang Yahudi itu menjawab: "Pada hari inilah Alloh menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan Musa AS. Kami sangat menyukurinya. Oleh karena itu kami berpuasa." Mendengar jawaban itu, Nabi Saw bersabda: "Kami lebih berhak untuk (memuliakan) Musa As (denga berpuasa) daripada kalian." Dengan begitu, Nabi Saw menganjurkan umat Islam berpuasa 'Asyuro sebagai bentuk syukur tersebut. Demikian halnya puasa hari Senin sangat dianjurkan sebagai rasa syukur atas kelahiran Beliau. 

Wallohu A'lam

Tuesday, December 12, 2017

MENUNDA PEMBAYARAN HUTANG

Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya Mirqotu Shu'udit Tashdiq (مِرْقَاةُ صُعُوْدِ التَّصْدِيْقِ) halaman 69 menuturkan sebagai berikut:

(وَمَطْلُ الْغَنِيِّ) أَيِ الْقَادِرِ عَلٰى وَفَاءِ الدَّيْنِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، رَوَاهُ الشَّيْخَانُ. فَالْمَطْلُ إِطَالَةُ الْمُدَافَعَةِ بِأَنْ تَكُوْنَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَكْثَرَ. فَقَوْلُهُ ظُلْمٌ أَيْ كَبِيْرَةٌ مُفْسِقٌ. أَمَّا الْمُدَافَعَةُ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ فَلَيْسَتْ مَطْلًا مُفْسِقًا وَإِنْ كَانَتْ حَرَامًا مِنَ الصَّغَائِرِ. وَمَحَلُّ ذٰلِكَ إِذَا طُوْلِبَ فَإِنْ لَمْ يُطَالِبْ فَلَا مَعْصِيَةَ. أَفَادَ ذٰلِكَ الشَّرْقَاوِيُّ.

TERJEMAH: 
Dan [termasuk ma'siat lisan adalah] mengulur-ulur pembayaran hutang bagi orang yang kaya, yakni bagi orang yang mampu untuk membayar hutang. Berdasarkan sabda Nabi Saw:

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ (رَوَاهُ الشَّيْخَانُ)
Artinya:
"Mengulur-ulur pembayaran hutang oleh orang yang kaya adalah suatu kedzoliman." (HR. Bukhori Muslim)

Maksud lafadz اَلْمَطْلُ (mengulur-ulur pembayaran hutang) adalah: memperpanjang penundaan dengan keadaan penundaannya itu berulang sampai tiga kali atau lebih. Sedangkan sabda Nabi Saw berupa lafadz ظُلْمٌ (suatu kedzoliman), maksudnya adalah: suatu dosa besar yang membuat fasik pelakunya.

Penundaan pembayaran hutang yang dilakukan sekali atau dua kali, bukanlah ketegori penundaan yang membuat fasik pelakunya. Cuma, hal ini merupakan suatu keharaman yang tergolong dosa kecil. Dan letak keharamannya adalah apabila orang yang berhutang telah ditagih. Sehingga jika si penghutang belum ditagih, maka tidak ada kemaksiatan (dosa) baginya. Demikianlah keterangan berfaedah yang diberikan oleh Imam Asy-Syarqowiy.

Wallohu A'lam

Friday, December 8, 2017

Tafsir Surat Al-Baqoroh Ayat 65

KISAH KAUM YANG DIKUTUK MENJADI KERA

Alloh SWT berfirman:


وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (البقرة: ٦٥).

Arti per kata: 
وَلَقَدْ : dan sungguh
عَلِمْتُمُ : kalian telah mengetahui
الَّذِيْنَ : orang-orang yang
اعْتَدَوْا : mereka melanggar batas (memancing)
 مِنْكُمْ : di antara kalian
 فِي : di (pada)
السَّبْتِ : hari Sabat (Sabtu)
 فَقُلْنَا : maka Kami katakan
 لَهُمْ : kepada mereka
 كُوْنُوْا : jadilah kalian
 قِرَدَةً : kera-kera
 خَاسِئِينَ : yang hina

Terjemah:
Sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang di antara kalian yang melanggar pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kalian kera yang hina." (QS. Al-Baqoroh: 65) 

 Syeh Nawawi Banten telah memberikan penjelasan terhadap ayat di atas di dalam kitabnya Tafsir Al-Munir juz 1 halaman 25 dengan keterangan sebagai berikut:

﴿وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِيْنَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ﴾ أَيْ وَبِاللّٰهِ لَقَدْ عَرَفْتُمْ عُقُوْبَةَ الَّذِيْنَ تَجَاوَزُوْا الْحَدَّ مِنْكُمْ يَوْمَ السَّبْتِ فِيْ زَمَنِ دَاوُوْدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، رُوِيَ بِأَنَّهُمْ أُمِرُوْا بِأَنْ يَتَمَحَّضُوْا يَوْمَ السَّبْتِ لِلْعِبَادَةِ وَيَتْرُكُوْا الصَّيْدَ، وَهٰؤُلَاءِ الْقَوْمُ كَانُوْا فِيْ زَمَنِ دَاوُوْدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَانُوْا يَسْكُنُوْنَ بِأَيْلَةَ عَلٰى سَاحِلِ الْبَحْرِ بَيْنَ الْمَدِيْنَةِ وَالشَّامِ، وَهُوَ مَكَانٌ مِنَ الْبَحْرِ يَجْتَمِعُ إِلَيْهِ الْحِيْتَانُ مِنْ كُلِّ أَرْضٍ فِيْ شَهْرٍ مِنَ السَّنَةِ حَتّٰى لَا يُرٰى الْمَاءُ لِكَثْرَتِهَا، وَفِيْ غَيْرِ ذٰلِكَ الشَّهْرِ فِيْ كُلِّ سَبتٍ خَاصَّةً فَحَفَرُوْا حِيَاضًا عِنْدَ الْبَحْرِ وَشَرَعُوْا إِلَيْهَا الْجَدَاوِلَ فَكَانَتِ الْحِيْتَانُ تَدْخُلُهَا فَيَصْطَادُوْنَهَا يَوْمَ الْأَحَدِ، فَذٰلِكَ الْحَبْسُ فِي الْحِيَاضِ هُوَ اعْتِدَاؤُهُمْ، ثُمَّ إِنَّهُمْ أَخَذُوْا السَّمَكَ وَهُمْ خَائِفُوْنَ مِنَ الْعُقُوْبَةِ فَلَمَّا طِالَ الزَّمَانُ اِسْتَسَنَّ الْأَبْنَاءُ بِسُنَّةِ الْآبَاءِ فَمَشٰى إِلَيْهِمْ طَوَائِفُ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ الَّذِيْنَ كَرِهُوْا الصَّيْدَ يَوْمَ السَّبْتِ وَنَهُوْهُمْ. فَلَمْ يَنْتَهُوْا وَقَالُوْا: نَحْنُ فِيْ هٰذَا الْعَمَلِ مُنْذُ أَزْمَانٍ فَمَا زَادَنَا اللّٰهُ بِهِ إِلَّا خَيْرًا. فَقِيْلَ لَهُمْ: لَا تَغْتَرُّوْا فَرُبَّمَا نَزَلَ بُكُمُ الْعَذَابُ، فَأَصْبَحَ الْقَوْمُ قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ فَمَكَثُوْا كَذٰلِكَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لَمْ يَأْكُلُوْا وَلَمْ يَشْرَبُوْا وَلَمْ يَتَوَالَدُوْا، ثُمَّ هَلَكُوْا وَذٰلِكَ قَوْلُهُ تَعَالٰى: ﴿فَقُلْنَا لَهُمْ كُوْنُوْا﴾ أَيْ صِيْرُوْا ﴿قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ﴾ أَيْ ذَلِيْلِيْنَ مُبْعَدِيْنَ عَنِ الرَّحْمَةِ وَالشَّرَفِ. اهـ .
Terjemah:
Sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang di antara kalian yang melanggar pada hari Sabtu﴿ yakni demi Alloh, sesungguhnya kalian telah mengetahui hukuman yang telah menimpa orang-orang yang melampaui batas di antara kalian pada hari Sabtu pada masa Nabi Dawud 'alaihis salam.

Diriwayatkan bahwa mereka diperintahkan agar mengkhususkan hari Sabtu untuk beribadah dan tidak boleh berburu. Mereka adalah suatu kaum yang berada pada masa Nabi Dawud 'alaihis salam. Mereka tinggal di kota Ailah yang teletak di pesisir laut antara kota Madinah dan negeri Syam. Tempat tinggal mereka berada di tepi laut yang menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan dari berbagai kawasan laut di suatu bulan dari setiap tahunnya. Sehingga pada bulan itu air laut hampir tidak tampak karena banyaknya ikan yang berkumpul.

Akan tetapi, pada bulan lain ikan-ikan itu hanya berkumpul pada hari Sabtu. Lalu mereka menggali parit dan membuat kolam di sisi laut itu, agar ikan-ikan itu masuk ke dalam kolam-kolam mereka , dan mereka menangkapnya pada hari Ahad. Penahanan ikan-ikan di dalam kolam-kolam mereka itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Kemudian mereka menagkap ikan-ikan itu dengan rasa takut tertimpa hukuman.

Setelah zaman berlalu cukup lama, anak-anak mereka mengikuti jejak orang tuanya. Kemudian berjalanlah menemui mereka segolongan penduduk kota Ailah yang tidak suka berburu pada hari Sabtu. Mereka melarang orang-orang yang melakukan perbuatan pada hari Sabtu tersebut, tetapi mereka tidak mengindahkannya. Bahkan mereka menjawab: "Kami lakukan pekerjaan ini sejak dahulu dan ternyata Alloh tidak menambahkan kepada kami dengan perburuan ini selain kebaikan."

Maka dikatakanlah kepada mereka: "Janganlah kalian terpedaya dengan pelangaran kalian itu, karena mungkin azab akan diturunkan kepada kalian!" Keesokan harinya, kaum yang melakukan perbuatan pada hari Sabtu itu menjadi kera-kera yang hina. Dalam masa tiga hari mereka berupa kera yang tidak makan, tidak minum dan tidak beranak pinak. Kemudian mereka binasa semuanya. Hal itu disebutkan dalam firman Alloh Ta'ala: lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kalian﴿ yakni berubah ujudlah kalian menjadi kera yang hina."﴿ yakni yang hina dan dijauhkan dari rahmat dan kemuliaan.

Wallohu A'lam

Thursday, December 7, 2017

MEMBUNUH SEMUT

Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya Kasyifatus Saja (كَاشِفَةُ السَّجَا) halaman 35 menuturkan sebagai berikut:

وَيَحْرُمُ قَتْلُ النَّمْلِ السُّلَيْمَانِيِّ وَهُوَ الْكَبِيْرُ لِلنْتِفَاءِ أَذَاهُ ........ أَمَّا غَيْرُ السُّلَيْمَانِيِّ وَهُوَ الصَّغِيْرُ الْمُسَمّٰى بِالذَّرِّ فَيَجُوْزُ قَتْلُهُ بِغَيْرِ الْإِحْرَاقِ لِكَوْنِهِ مُؤْذِيًا وَكذَا بِهِ إِنْ تَعَيَّنَ طَرِيْقًا لِدَفْعِهِ.
TERJEMAH: 
Dan haram membunuh semut sulaiman, yaitu semut yang  berukuran besar, karena tidak ada tidakan menyakiti darinya. ................ Adapun selain semut sulaiman, yaitu semut berukuran kecil yang disebut dengan semut pudak, maka boleh membunuhnya dengan tanpa membakarnya. Karena keberadaan semut tersebut sebagai hewan yang berpotensi menyakiti. Dan demikian pula diperbolehkan dengan cara membakarnya, jika memang terbukti membakar adalah sebagai cara untuk bisa menghindarinya.

Wallohu A'lam
Ular, gagak abqa’, tikus, anjing galak, dan elang

Read more https://konsultasisyariah.com/21738-hukum-memelihara-ular.html

MEMBUNUH CICAK

Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya Kasyifatus Saja (كَاشِفَةُ السَّجَا) halaman 35 menuturkan sebagai berikut:

(فَرْعٌ) يُسَنُّ قَتْلُ الْمُؤْذِيَاتِ أَيِ الَّتِيْ تُؤْذِيْ بِطَبْعِهَا كَالْفَوَاسِقِ الْخَمسِ وَهِيَ الَّتِيْ كَثُرَ خَبْثُهَا وَإِيْذَائُهَا 
............
وَرَوٰى مُسلِمٌ أَنَّ مَنْ قَتَلَ الْوَزَغَ فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ مِائَةَ حَسَنَةٍ وَفِي الثَّانِيَةِ دُوْنَ ذٰلِكَ وَفِي الثَّالِثَةِ دُوْنَ ذَلِكَ. وَفِيْهِ حَضٌّ عَلٰى قَتْلِهِ. قِيْلَ لِأَنَّهَا كَانَتْ تَنفُخُ النَّارَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ.

TERJEMAH: 
(Cabang) Disunnahkan membunuh hewan-hewan yang menyakiti, yakni hewan yang dapat menyakiti dengan sebab wataknya (punya karakter menyakiti), seperti lima hewan perusak (tikus, ular, burung gagak, kalajengking dan anjing galak)  yang banyak merugikan dan menyakiti. 
............ 
Dan Imam Muslim telah meriwayatkan bahwa:

مَنْ قَتَلَ الْوَزَغَ فِي أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ مِائَةَ حَسَنَةٍ وَفِي الثَّانِيَةِ دُوْنَ ذٰلِكَ وَفِي الثَّالِثَةِ دُوْنَ ذَلِكَ.
Artinya:
"Barang siapa membunuh cicak pada pukulan yang pertama, maka Alloh mencatat seratus (pahala) kebaikan untuknya. Dan pada pukulan yang kedua di bawah (pahala) kebaikan yang pertama. Dan pada pukulan yang ketiga di bawah (pahala) kebaikan yang kedua."  (Shohih Muslim no. 2.240)


Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk membunuh cicak. Dikatakan [oleh satu pendapat]: "Karena sesungguhnya cicak meniup (untuk mengobarkan) api atas (peristiwa dibakarnya) Baginda kita Nabi Ibrohim 'alaihis salam."

Wallohu A'lam
Ular, gagak abqa’, tikus, anjing galak, dan elang

Read more https://konsultasisyariah.com/21738-hukum-memelihara-ular.html

Wednesday, December 6, 2017

MAKSUD IKHLAS

Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya Mirqotu Shu'udit Tashdiq (مِرْقَاةُ صُعُوْدِ التَّصْدِيْقِ) halaman 58 menuturkan sebagai berikut:

(وَالْإِخْلَاصُ) فِي الْعَمَلِ وَهُوَ تَصْفِيَةُ الْقَلْبِ مِنَ الرِّيَاءِ. قَالَ الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ تَرْكُ الْعَمَلِ لِأَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ وَالعَمَلُ لِأَجْلِهِمْ شِركٌ وَالْإِخْلَاصُ أَنْ يُعَافِيْكَ اللّٰهُ مِنْهُمَا. حَكَاهُ الرَّمْلِيُّ.

TERJEMAH: 
Ikhlas dalam beramal adalah membersihkan hati dari riya' (memamerkan amal ibadah). Syeh Fudloil bin 'Iyadl berkata: "Meninggalkan amal karena manusia termasuk riya' dan melakukan amal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah (amal yang) Alloh Ta'ala menyelamatkan engkau dari keduanya (riya' dan syirik)." Hal ini sebagaimana diceritakan oleh imam Romli.

Imam Ghozali di dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin (إِحْيَاءُ عُلُوْمِ الدِّيْنِ) juz 4 halaman 456 menuturkan sebagai berikut:

وَعَنِ الْحَسَنِ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالٰى: اَلْإِخْلَاصُ سِرٌّ مِنْ سِرِّيْ اِسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِيْ.

TERJEMAH: 
Dari Hasan berkata, Rosululloh Saw bersabda: "Alloh Ta'ala berfirman: Ikhlas adalah rahasia (sir) dari bagian rahasiaku yang aku titipkan di hati seseorang yang aku cintai diantara para hambaku."

Wallohu A'lam

Monday, December 4, 2017

TIDAK MAU MENGKAFIRKAN AGAMA DI LUAR ISLAM

Imam Nawawi ad-Dimasyqi di dalam kitabnya Roudlotuth Tholibin (رَوْضَةُ الطَّالِبِيْنَ) juz 10 halaman 70-71 menuturkan sebagai berikut:

وَأَنَّ مَنْ لَمْ يُكَفِّرْ مَنْ دَانَ بِغَيْرِ الْإِسْلَامِ كَالنَّصَارٰى أَوْ شَكَّ فِي تَكْفِيرِهِمْ أَوْ صَحَّحَ مَذْهَبَهُمْ، فَهُوَ كَافِرٌ، وَإِنْ أَظْهَرَ مَعَ ذَلِكَ الْإِسْلَامَ وَاعْتَقَدَهُ، وَكَذَا يَقْطَعُ بِتَكْفِيرِ كُلِّ قَائِلٍ قَوْلًا يَتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى تَضْلِيلِ الْأُمَّةِ أَوْ تَكْفِيرِ الصَّحَابَةِ، وَكَذَا مَنْ فَعَلَ فِعْلًا أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ أَنَّهُ لَا يَصْدُرُ إِلَّا مِنْ كَافِرٍ وَإِنْ كَانَ صَاحِبُهُ مُصَرِّحًا بِالْإِسْلَامِ مَعَ فِعْلِهِ كَالسُّجُودِ لِلصَّلِيبِ أَوِ النَّارِ وَالْمَشْيِ إِلَى الْكَنَائِسِ مَعَ أَهْلِهَا بِزِيِّهِمْ مِنَ الزُّنَّانِيرِ وَغَيْرِهَا. اهــ

TERJEMAH: 
Dan sesungguhnya orang yang tidak mau mengkafirkan (menghukumi kufur) kepada orang yang memeluk agama selain Islam, seperti orang-orang nashroni, atau ragu dalam mengkafirkan mereka, atau membenarkan kepercayaan mereka, maka ia adalah orang yang kafir (bila dilakukan oleh orang Islam maka ia telah murtad). Meskipun bersamaan dengan sikapnya itu ia menampakkan Islam dan meyakininya. Demikian pula dipastikan vonis kafir kepada setiap orang yang berkata dengan ucapan yang dapat mengantarkan kepada penyesatan umat atau kepada pengkafiran para sahabat. Dan begitu pula (dipastikan vonis kafir kepada) orang yang melakukan perbuatan yang telah disepakati oleh kaum Muslimin bahwa perbuatan itu tidak akan muncul kecuali dari orang kafir, walaupun dengan perbuatannya itu ia menampakkan keislaman, seperti sujud pada salib atau api, dan seperti berjalan menuju gereja bersama para jema'atnya dengan memakai hiasan mereka berupa sabuk dan lainnya. Selesai. 

Wallohu A'lam




NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.7

NADHOM KE-17

اِذِ الْفَتٰى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِعْ ☼ وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ

MAKNO GANDUL:
اِذِ الْفَتٰى كٓرنا اتوي ووڠ آنوم
حَسْبَ اعْتِقَادِهِ كٓلوان ميلاڠ٢ اعتقادي (كٓڤٓرچيأني) اَلْفَتٰى
ايكو رُفِعَ دين لوهوراكي سڤا اَلْفَتٰى
وَكُلُّ مَنْ لن اتوي سبٓن٢ ووڠ
لَمْ يَعْتَقِدْ كڠ اورا ڤٓرچيا سڤا مَنْ
ايكو لَمْ يَنْتَفِعْ ووس اورا بيصا ڠالڤ منفعة سڤا مَنْ
TERJEMAH:
Karena seorang pemuda itu akan diangkat derajatnya oleh Alloh Swt menurut i'tiqod (keyakinan/kepercayaan) pemuda tadi. Dan barang siapa yang tidak percaya pada nadhom ini, maka dia tidak dapat mengambil manfaat dan pasti dia tidak dapat menjadi orang yang barokah.

NADHOM KE-18
فَنَسْأَلُ الْمَنَّانَ اَنْ يُجِيْرَنَا ☼ مِنَ الرِّيَا مَضَاعِفًا أُجُوْرَنَا

MAKNO GANDUL:
فَنَسْأَلُ مڠكا ڽوون سڤا كيتا.
 اَلْمَنَّانَ اڠ ذات كڠ اكيه كٓنوڬراهاني.
 اَنْ يُجِيْرَ اڠ يينطا ڽٓلامٓتاكي سڤا الله.
 نَا اڠ كيتا.
 مِنَ الرِّيَاءِ سكيڠ رياء.
 مَضَاعِفًا حالي نكٓل٢لاكي سڤا الله.
 أُجُوْرَنَا اڠ ڤيرا٢ ڬانجران كيتا.
TERJEMAH:
Kemudian kita memohon kepada Alloh yang telah memberikan banyak anugrah kepada kita untuk menyelamatkan kita dari amal riya'(memperlihatkan amal di hadapan orang lain untuk mendapatkan pujian), serta melipatgandakan pahala kita.

NADHOM KE-19
وَاَنْ يَكُوْنَ نَافِعًا بِعِلْمِهِ ☼ مَنِ اعْتَنٰى بِحِفْظِهِ وَفَهْمِهِ

MAKNO GANDUL:
وَاَنْ يَكُوْنَ لن يينطا انا سڤا الله
ايكو نَافِعًا ذات كڠ ڤاريڠ منفعة
بِعِلْمِهِ كٓلوان علموني ايكيلهْ نظم
مَنْ اڠ ووڠ
اِعْتَنٰى كڠ نٓمٓنْ٢نِي سڤا مَنْ
بِحِفْظِهِ كٓلوان ڠڤلاكي ايكيلهْ نظم
وَفَهْمِهِ لن مهامي ايكيلهْ نظم
TERJEMAH:
Dan semoga Alloh memberikan kemanfaatan dengan ilmu yang terkandung dalam nadhom ini kepada orang yang bersungguh-sungguh dalam menghafal dan memahami nadhom ini.

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.6

NADHOM KE-14
وَقَدْ حَذَفْتُ مِنْهُ مَا عَنْهُ غِنٰى ☼ وَزِدْتُهُ فَوَائِدًا بِهَا الْغِنٰى

MAKNO GANDUL:
وَقَدْ حَذَفْتُ لن تٓمٓنْ ووس بواڠ سڤا اڠسن
مِنْهُ سكيڠ كتاب اَصَلْ (اٰجُرُوْمِيَّةْ)
مَا اڠ براڠ
عَنْهُ كڠ ايكو تٓتٓڤ سكيڠ مَا
غِنٰى اتوي سٓموڬيه (اورا بوتوه)
وَزِدْتُ لن نمباهي سڤا اڠسن
هُ اڠ كتاب اَصَلْ
فَوَائِدًا اڠ ڤيرا٢ فائده
بِهَا كڠ ِايكو كلوان ڤيرا٢ فائده
الْغِنٰى اتوي سٓموڬيه
TERJEMAH:
Dan sungguh saya telah membuang sebagian masalah yang ada dalam kitab asal (jurumiyah), yang sekiranya tidak perlu untuk disebutkan. Dan saya tambahkan beberapa faidah yang belum disebutkan di dalam kitab asal tersebut.

NADHOM KE-15
مُتَمِّمًا لِغَالِبِ الْأَبْوَابِ ☼ فَجَاءَ مِثْلَ الشَّرْحِ لِلْكِتَابِ

MAKNO GANDUL:
مُتَمِّمًا حالي ڽمڤورناءكي اڤا نظم
لِغَالِبِ الْأَبْوَابِ مريڠ كاڤراهي ڤيرا٢ بابي كتاب اصل
فَجَاءَ مڠكا تٓكا اڤا نظم
مِثْلَ الشَّرْحِ حالي ڠومڤماني شرح
لِلْكِتَابِ مريڠ كتاب اصل
TERJEMAH:
[Nadhom kitab imrithi ini] adalah sebagai penyempurna bagi bab-bab dari kitab asal (jurumiyah). Maka dengan demikian nadhom ini bagaikan syarah (komentar) bagi kitab asal tersebut.

NADHOM KE-16
سُئِلْتُ فِيْهِ مِنْ صَدِيْقٍ صَادِقِ ☼ يَفْهَمُ قَوْلِيْ لِاعْتِقَادٍ وَاثِقِ

MAKNO GANDUL:
سُئِلْتُ دين جالوئي سڤا اڠسن
فِيْهِ اڠدالٓم ايكيله نظم
مِنْ صَدِيْقٍ سكيڠ كونچا
صَادِقٍ كڠ تٓمٓنْ
يَفْهَمُ كڠ فهم سڤا صَدِيقْ
قَوْلِيْ اڠ ڤٓڠوچاڤ اڠسن
لِاعْتِقَادٍ كٓرانا اعتقاد
وَاثِقٍ كڠ قوات
TERJEMAH:
Dalam menadhomkan kitab imrithi ini, saya telah dimintai oleh teman saya yang memahami ucapan saya, karena memiliki keyakinan yang kuat (bahwa saya mampu dalam hal ini).
KETERANGAN:

Perbedaan antara sahabat, kekasih, kekasih sejati dan teman:
  • Sahabat (صَدِيْقٌ) : orang yang merasa senang bila temannya senang dan merasa susah dan sedih bila temannya sedang susah.
  • Kekasih (خَلِيْلٌ) : orang yang merasa bahagia bila temannya bahagia, merasa susah bila temannya susah dan rasa cintanya telah bercampur ke dalam anggota tubuh.
  • Kekasih sejati (حَبِيْبٌ) : orang yang merasa bahagia bila temannya bahagia, merasa susah bila temannya susah dan rasa cintanya telah bercampur ke dalam anggota tubuh serta sanggup mengorbankan harta benda untuknya.
  • Teman (صَاحِبٌ) : orang yang sudah lama bergaul denganmu. Kata ini mencakup semuanya, karena ada teman karib (صَدِيْقٌ), teman tapi mesra (kekasih) dan teman biasa.

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.5

NADHOM KE-10
وَكَانَ خَيْرُ كُتْبِهِ الصَّغِيْرَةْ ☼ كُرَّاسَةً لَطِيْفَةً شهِيْرَةْ

MAKNO GANDUL:
وَكَانَ لن انا
اڤا خَيْرُ كُتُبِهِ لويه بڬوس٢سي ڤيرا٢ كتاب نحو
اَلصَّغِيْرَةِ كڠ چيليك
ايكو كُرَّاسَةً كتاب سأكُورَاسْ
لَطِيْفَةً كڠ الوس
شهِيْرَةً تور كڠ كونچارا
TERJEMAH:
Adapun kitab nahwu kecil yang paling baik adalah kitab [matan Jurumiyah] yang hanya satu kuras (beberapa lembar kertas saja) yang halus (tipis dan mungil bentuknya) lagi sangat populer.

NADHOM KE-11
فِيْ عُرْبِهَا وَعُجْمِهَا وَالرُّوْمِ ☼ اَلَّفَهَا الْحَبْرُ ابْنُ اٰجُرُّوْمِ

MAKNO GANDUL:
فِيْ عُرْبِهَا اڠدالٓم تنه عربي كُرَّاسَةْ
وَعُجْمِهَا لن تنه عجمي كُرَّاسَةْ
وَالرُّوْمِ لن تنه رَوْمَاوِي
اَلَّفَ كڠ ڠاراڠ
هَا اڠ كُرَّاسَةْ
سڤا الْحَبْرُ ووڠ عالم كڠ كيا مَڠْسِي
روڤاني اِبْنُ اٰجُرُّوْمِ شيخ ِاِبْنُ اٰجُرُّومْ
TERJEMAH:
[Populer] di tanah Arab dan 'Ajam (selain Arab) termasuk ke tanah Romawi, yang dikarang oleh orang alim yang diserupakan dengan tinta di dalam banyaknya memberi manfaat kepada orang lain, yaitu Syeh Shonhaji Aa-Jurumi.

NADHOM KE-12
وَانْتَفَعَتْ أَجِلَّةٌ بِعِلْمِهَا ☼ مَعْ مَا تَرَاهُ مِنْ لَطِيْفِ حَجْمِهَا

MAKNO GANDUL:
وَانْتَفَعَتْ لن ڠلاڤ منفعة
سڤا أَجِلَّةٌ ڤيرا٢ ووڠ اڬوڠ
بِعِلْمِهَا كلوان علموني كُرَّاسَةْ
مَعَ مَا اڠدالٓم سرتاني براڠ
تَرَا كڠ وٓروه سڤا سيرا
هُ اڠ مَا
ڽتاني مِنْ لَطِيْفِ حَجْمِهَا سكيڠ لٓمبوتي جِرِمَيْ (اوكوراني/بٓنتوكي) كُرَّاسَةْ
TERJEMAH:
Sekalipun kitab satu kuras (matan Jurumiyah) itu kecil bentuknya, namun kandungan ilmunya telah diambil manfaatnya oleh para ulama' dan orang-orang agung lainnya.

NADHOM KE-13
نَظَمْتُهَا نَظْمًا بَدِيْعًا مُقْتَدِيْ ☼ بِالْأَصْلِ فِيْ تَقْرِيْبِهِ لِلْمُبْتَدِيْ

MAKNO GANDUL:
نَظَمْتُ نظماكي سڤا اڠسن
هَا اڠ كُرَّاسَةْ
نَظْمًا كلوان نظمان
بَدِيْعًا كڠ اِينْداه
مُقْتَدٍ حالي كڠ انوت
بِالْأَصْلِ كلوا كتاب اَصَلْ (كتاب اٰجرومية)
فِيْ تَقْرِيْبِهِ اڠدالٓم مارٓكاكي نظم
لِلْمُبْتَدِيْ مريڠ ووڠكڠ كاويتان سيناهو ڠاجي
TERJEMAH:
Kitab satu kuras tersebut saya susun dalam bentuk nadhom yang sangat indah dengan pembahasan yang sesuai dengan urutan dalam kitab asal (matan Jurumiyah), agar lebih mudah difahami dan dihafalkan bagi mubtadi' (orang yang baru belajar ilmu nahwu).

 TINGKATAN PELAJAR ATAU SANTRI

➊ Pelajar pemula atau santri junior (مُبْتَدِئٌ) : orang yang baru mempelajari disiplin ilmu dan ia belum mampu menggambarkan dan menyimpulkan sebuah permasalahan.

➋ Pelajar atau santri tingkat menengah (مُتَوَسِّطٌ) : orang yang mempelajari disiplin ilmu dan sudah mampu menggambarkan dan menyimpulkannya, namun ia belum mampu menyampaikan dalilnya (argumentasinya).

➌ Pelajar atau santri senior alias santri tingkat mahir (مُنْتَهٍ) : orang yang mempelajari disiplin ilmu dan ia sudah mampu menggambarkan dan menyimpulkan sebuah permasalahan beserta dalil-dalilnya (argumentasinya).

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.4

NADHOM KE-9
وَالنَّحْوُ أَوْلٰى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا ☼ إِذِ الْكَلَامُ دُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَا

MAKNO GANDUL:
وَالنَّحْوُ لن اتوي علم نحو
ايكو أَوْلٰى لويه اوتما
أَوَّلًا اڠدالٓم كاويتاني
اڤا أَنْ يُعْلَمَ يينطا دين ڠٓرتيني اڤا علم نحو
إِذِ الْكَلَامُ كرنا اتوي كلام عرب
دُوْنَهُ تنڤا علم نحو
ايكو لَنْ يُفْهَمَ اورا بكال بيصا دين ڤهم اڤا كلام عرب
TERJEMAH:
Ilmu nahwu itu lebih berhak pertama kali untuk dipelajari, karena kalam arab tanpa nahwu, tidak akan bisa dipahami.Adapun kitab nahwu kecil yang paling baik adalah kitab [matan Jurumiyah] yang hanya satu kuras (beberapa lembar kertas saja) yang halus (tipis dan mungil bentuknya) lagi sangat populer.

KETERANGAN:
Definisi ilmu nahwu:
Kata nahwu dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna.

Diantara maknanya adalah اَلْجِهَةُ (arah), engkau katakan ذَهَبْتُ نَحْوَ فُلَانٍ, yakni (aku pergi ke arahnya).

Diantara maknanya juga adalah اَلشِّبْهُ dan اَلْمِثْلُ  (mirip/seperti). Engkau katakan مُحَمَّدٌ نَحْوُ عَلِيٍّ, yakni (Muhammad mirip dengan Ali).

Sedangkan definisi ilmu nahwu menurut istilah adalah:
هُوَ عِلْمٌ بِأُصُوْلٍ يُعْرَفُ بِهَا أَحْوَالُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ اِعْرَابًا وَبِنَاءً
"Nahwu adalah mengetahui dasar-dasar (kaidah) yang dengannya bisa digunakan untuk mengetahui keadaan akhir suatu kalimah (kata) dari segi I'rob dan mabninya kalimah tersebut."
Hukum mempelajari ilmu nahwu adalah fardhu kifayah atas penduduk setiap kampung dan fardhu 'ain bagi setiap pembaca Tafsir dan hadis seperti para santri, ustadz dan para kiyai.

Imam Jalaluddin As-Suyuti (penulis tafsir Jalalain) mengatakan di dalam kitab syarah alfiyahnya: "Sungguh para ulama telah bersepakat bahwa ilmu nahwu adalah ilmu yang dibutuhkan di dalam segala bidang ilmu, lebih-lebih dalam ilmu tafsir dan hadis. Tidak diperbolehkan bagi seorang pun berbicara mengenai Kitabulloh (Al-Qur'an) sehingga ia menguasai bahasa Arab. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah berbahasa Arab yang tidak akan dapat dipahamai maksud-maksudnya kecuali dengan mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab. Begitu pula berbicara tentang hadis."

Sebagian ulama' mengatakan dalam bentuk bait syair sebagai berikut:


مَنْ فَاتَهُ النَّحْوُ فَذَاكَ الْأَخْرَسُ وَفَهْمُهُ فِيْ كُلِّ عِلْمٍ مُفْلِسُ
"Barang siapa yang terlepas dari ilmu nahwu maka dialah orang yang bisu ☼ Pemahamannya terhadap setiap ilmu adalah merugi."
وَقَدْرُهُ بَيْنَ الْوَرٰى مَوْضُوْعُ وَإِنْ يُنَاظِرْ فَهُوَ الْمَقْطُوْعُ
"Kedudukannya diantara manusia menjadi rendah, ☼ dan bila bertukar pikiran maka ia menjadi orang yang terputus (tak dapat mengikuti yang lain)."
لَا يَهْتَدِيْ لِحِكْمَةٍ فِى الذِّكْرِ وَمَا لَهُ فِيْ غَامِضٍ مِنْ فِكْرٍ
"Tidaklah mendapatkan hikmah dalam dzikirnya ☼ dan ia tidak dapat menjelaskan pemikirannya."

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.3

NADHOM KE-6
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَمَّا اقْتَصَرْ ☼ جُلُّ الْوَرٰى عَلَى الْكَلَامِ الْمُخْتَصَرْ

MAKNO GANDUL:
وَبَعْدُ لن اڠدالٓم سأووسي بسملة، حمدلة لن صلوة سلام
فَاعْلَمْ مڠكا ڠرتيها سيرا
أَنَّهُ اڠ تمن ستوهوني كلاكوان
ايكو لَمَّا اقْتَصَرَ اڠدالٓم تٓتكلاني ڠلاڤ چكوڤ
سڤا جُلُّ الْوَرٰى اكيه٢هي منوڠصا
عَلَى الْكَلَامِ اڠتسي كلام
الْمُخْتَصَرِ كڠ دين ريڠكٓس
TERJEMAH: 
Setelah membaca basmalah, hamdalah, sholawat dan salam. Ketahuilah! bahwa kebanyakan manusia itu menyukai menganggap cukup pada kalam mukhtashor (sedikit lafadznya namun kandungan maknanya luas).

NADHOM KE-7
وَكَانَ مَطْلُوْبًا أَشَدَّ الطَّلِبِ ☼ مِنَ الْوَرٰى حِفْظُ اللِّسَانِ الْعَرَبِيْ

MAKNO GANDUL:
وَكَانَ لن اڠدالٓم تٓتكلاني انا
ايكو مَطْلُوْبًا دين سوڤريه
أَشَدَّ الطَّلِبِ كلوان لويه باڠتي ڤاڽوڤريه
مِنَ الْوَرٰى سكيڠ منوڠصا
اڤا حِفْظُ اللِّسَانِ ڠٓرٓكصا لسان
الْعَرَبِيِّ كڠ بوڠصا عرب
TERJEMAH: 
Sedangkan mereka juga sangat dituntut dan diperintahkan oleh agama untuk menjaga dan mempelajari bahasa arab.

NADHOM KE-8
كَيْ يَفْهَمُوْا مَعَانِيَ الْقُرْاٰنِ ☼ وَالسُّنَّةِ الدَّقِيْقَةِ الْمَعَانِيْ

MAKNO GANDUL:
كَيْ يَفْهَمُوْا سوڤيا ڤدا بيصا مهامي سڤا منوڠصا
مَعَانِيَ الْقُرْاٰنِ اڠ ڤيرا٢ معناني القران
وَالسُّنَّةِ لن حديث
الدَّقِيْقَةِ الْمَعَانِيْ كڠ لٓمبوة٢ ڤيرا٢ معناني
TERJEMAH:
Agar mereka bisa memahami makna kandungan Al-Qur'an dan hadis Rosul yang lembut (sulit dan pelik) maknanya.

=====

KISAH
=====
Ada suatu cerita pada zamannya Sahabat Umar bin Khoththob menjadi kholifah. Pada suatu ketika ada orang A'robi (pedalaman) datang ke Madinah, kemudian A'robi tadi mengatakan: "Siapakah orang yang mau mengajariku kitab Al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Alloh Swt kepada Nabi Muhammad Saw? Sebenarnya ada seoarang lelaki yang telah mengajariku Al-Qur'an dengan membacakan surat At-Taubah ayat 3 kepadaku, yaitu ayat:

اَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلِهِ
(Sesungguhnya Alloh berlepas diri dari orang-orang musyrik dan utusan-Nya); dengan dibaca kasroh huruf lamnya. 
Apakah betul Alloh berlepas diri (tidak mengurusi) dari utusan-Nya? Kalau memang Alloh berlepas diri dari utusan-Nya, maka akupun juga ikut berlepas diri dari utusan-Nya!"
Kabar tentang A'robi tersebut masyhur/terkenal dimana-mana hingga sampai kepada Kholifah Umar bin Khoththob, maka Kholifah Umar sangat marah. Kemudian Beliau memanggil A'robi tersebut dengan mengatakan: "Wahai A'robi! Apakah kamu telah berlepas diri dari utusan Alloh?!" Lalu A'robi menjawab dan menceritakan masalah-masalah yang telah dilaluinya.
Kemudian Kholifah Umar berkata kepada A'robi: "Sebenarnya yang betul tidak seperti itu wahai A'robi!" Lalu A'robi melontarkan pertanyaan: "Bagaimanakah yang betul? Wahai amirul mukminin!" Kholifah Umar menjawab: 
اَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلُهُ
(Sesungguhnya Alloh dan utusan-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik); dengan dibaca dlommah lamnya.
Kemudian A'robi berkata: "Demi Alloh aku pasti berlepas diri dari barang yang dilepas oleh alloh dan utusan-Nya!"
Kemudian Kholifah Umar bin Khoththob memerintahkan kepada Abul Aswad ad-Dualy untuk mengarang ilmu nahwu.

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.2

NADHOM KE-4
ثُمَّ الصَّلَاةُ مَعْ سَلَامٍ لَّائِقِ ☼ عَلَى النَّبِيِّ أَفْصَحِ الْخَلَائِقِ

MAKNO GANDUL:
ثُمَّ الصَّلَاةُ نولى اتوي تمباهى رحمة تعظيم
مَعْ سَلَامٍ سرتا روبا كسلامتان
لَائِقِ كڠ ڤاتوت
ايكو عَلَى النَّبِيِّ موڬا تتڤ اڠتسى كنجڠ نبي
أَفْصَحِ الْخَلَائِقِ كڠ دادي لويه فصيح٢حي ڤيرا٢ مخلوق
TERJEMAH:
Kemudian sholawat serta salam sejahtera semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang menjadi paling fasihnya makhluq.

NADHOM KE-5
مُحَمَّدٍ وَالْاٰلِ وَالْاَصْحَابِ ☼ مَنْ اَتْقَنُوا الْقُرْاٰنَ بِالإِعْرَابِ

MAKNO GANDUL:
روڤاني مُحَمَّدٍ كنجٓڠ نبي محمد
وَالْاٰلِ لن كلورڬاني كنجٓڠ نبي
وَالْاَصْحَابِ لن ڤيرا٢ صحابتي كنجٓڠ نبي
روڤاني مَنْ ووڠ
اَتْقَنُوْا كڠ ڤدا ڠوكوهاكى سڤا من
اَلْقُرْاٰنَ اڠ القران
بِالإِعْرَابِ كلوان اعراب
TERJEMAH: 
Dan semoga juga terlimpahkan kepada para keluarga dan sahabat Beliau, yaitu orang-orang yang mantap dan kokoh Al-Qur'annya sebab mengerti tentang I'rob / Nahwu. 

KETERANGAN :

Rosululloh adalah satu-satunya makhluq yang paling fasih, seperti sabda Rosululloh:
 
أَنَا أَفْصَحُ مَنْ نَطَقَ بِالضَّادِ
"Saya adalah orang yang paling fasih dalam mengucapkan huruf ض"
Definisi اَلْأٰلِ:
هُمْ مُؤْمِنُوْنَ بَنِيْ هَاشِمٍ وَبَنِى الْمُطَلِّبِ
"Yaitu orang-orang yang beriman dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Mutholib"
Definisi ini adalah mengikuti qoul ashoh (pendapat yang paling benar), sedang menurut qoul muqobil ashoh (pendapat yang membandingi qoul ashoh) adalah setiap orang mukmin.
Definisi sahabat:
مَنْ اِجْتَمَعَ بِالنَّبِيِّ مُؤْمِنًا فِيْ حَيَاتِهِ وَلَوْ سَاعَةً وَاحِدَةً
"Yaitu orang beriman yang pernah berkumpul dengan nabi pada masa hidup Beliau, walau hanya sesaat"
Definisi di atas mencakup setiap orang meskipun ia sama sekali tidak meriwayatkan satu hadis pun, dan orang yang buta, seperti sahabat ibnu Ummi Maktum, dan anak kecil yang pernah ditahnik (dicetaki) oleh Rosul, atau kepalanya pernah diusap oleh Rosul.

NGAJI KITAB NAHWU IMRITHI Bag.1

  PENDAHULUAN (مُقَدِّمَةٌ)
 
NADHOM KE-1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ قَدْ وَفَّقَا ☼ لِلْعِلْمِ خَيْرَ خَلْقِهِ وَلِلتُّقَى

MAKNO GANDUL:
اَلْحَمْدُ اتوي سكابيهاني ڤوجى
ايكو لِلّٰهِ تتڤ كدوي الله
اَلَّذِيْ ذات
قَدْ وَفَّقَا كڠ تمن٢ ووس ڤاريڠ ڤتولوڠ سڤا الله
لِلْعِلْمِ ماريڠ ڠرتينى علم شريعة
خَيْرَ خَلْقِهِ اڠ لويه بڬوس٢سى مخلوقى الله
وَلِلتُّقٰى لن مريڠ تقوى

TERJEMAH: 
Segala puji milik Alloh yang telah memberi taufiq pada (nabi Muhammad) makhluk terbaiknya untuk menghasilkan ilmu syari'at dan melakukan taqwa.

NADHOM KE-2
حَتّٰى نَحَتْ قُلُوْبُهُمْ لِنَحْوِهِ ☼ فَمِنْ عَظِيْمِ شَأْنِهِ لَمْ تَحْوِهِ

MAKNO GANDUL:
حَتّٰى نَحَتْ هيڠڬا نجا
اڤا قُلُوْبُهُمْ ڤيرا٢ اتيني مخلوق
لِنَحْوِهٖ ميڠ اراهى عباده اڠ الله
فَمِنْ عَظِيْمِ شَأْنِهِ مڠكا سٓكا اراه اڬوڠى تڠكاهى الله
لَمْ تَحْوِ اورا ڠليڤوتي اڤا اتي


هٖ اڠ الله
TERJEMAH:
(Dengan lantaran taufiq Alloh) sehingga hati makhluk pilihan tersebut terpusatkan untuk menuju kehadirat-Nya, akan tetapi tidak bisa menjangkau (untuk ma'rifat kepada-Nya) karena derajat-Nya yang Maha Agung.

NADHOM KE-3
فَأُشْرِبَتْ مَعْنٰى ضَمِيْرِ الشَّانِ ☼ فَأُعْرِبَتْ فِي الْحَانِ بِالْأَلْحَانِ

MAKNO GANDUL:
فَأُشْرِبَتْ نولي دين چامڤور اڤا اتي
مَعْنٰى ضَمِيْرِ الشَّانِ اڠ معناني ضمير شأن
فَأُعْرِبَتْ نولي دين ڤرتيلاأكي اڤا اتي
فِي الْحَانِ اڠدالم مقام محبة كڠ دين سروڤاءكي رٓستوران اراك
بِالْأَلْحَانِ كلوان اَسْرَارِ الرُّبُوْبِيَّة كڠ دين سروڤاءكي ڤيرا٢ تابوهان ڬيتار
TERJEMAH:
(Dan karena cintanya pada Alloh, mereka menjadi tenggelam dalam lautan cinta, lupa segala sesuatu yang selain Alloh) bagaikan seorang pecandu minuman yang sedang asyik meminumnya dengan diiringi irama lagu-lagu. 

KETERANGAN :
============
  • Taufiq adalah menjadikan kemampuan mengabdi pada seorang hamba dan memudahkan jalan kebaikan padanya.
  • Sedangkan yang dimaksud ilmu oleh nadzim adalah ilmu syar'i, seperti ilmu tafsir, hadis dan lain-lain.
  • Taqwa adalah melakukan perkara yang diperintahkan oleh Alloh dan menjahui setiap perkara yang dilarang-Nya.
✤✤ SYARAH MUFRODAT : ✤✤
  • Lafadh ضَمِيْرِ الشَّانِ : yang dimaksud adalah dlomir yang merujuk (kembali) pada Sya'an yang isinya adalah kalimah tauhid لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ, seperti yang disebutkan dalam firman Alloh : فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ (QS.Mhammad : 19) 
  • الْحَانِ : maknanya kedai minuman keras 
  • بِالْأَلْحَانِ : dengan diiringi irama lagu-lagu