Tuesday, February 27, 2018

TERJEMAH KASYIFATUS SAJA Bag.31


﴿خَاتِمَةٌ﴾ وَشَرْطُ آخِذِ الزَّكَاةِ مِنْ هٰذِهِ الثَّمَانِيَةِ حُرِّيَّةٌ وَإِسْلَامٌ وَأَنْ لَا يَكُوْنَ هَاشِمِيًّا وَلَا مُطَّلِبِيًّا
(Penutup) Dan syarat pengambil zakat dari 8 golongan ini adalah harus merdeka dan beragama Islam, dan keadaan dirinya bukan keturunan Hasyim dan Muththolib.

لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هٰذِهِ الصَّدَقَةَ أَوْسَاخُ النَّاسِ وَإِنَّهَا لَا تَحِلُّ لِمُحَمَّدٍ وَلَا لِآلِ مُحَمَّدٍ
Berdasarkan sabda Nabi SAW: "Sesungguhnya shodaqoh [zakat] ini adalah kotoran-kotoran manusia, dan sesungguhnya shodaqoh [zakat] tidak halal bagi Muhammad dan keluarga Muhammad."

وَوَضَعَ الْحَسَنُ فِيْ فِيْهِ تَمْرَةً أَيْ مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَنَزَعَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلُعَابِهِ وَقَالَ كِخْ كِخْ إِنَّا آلُ مُحَمَّدٍ لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَاتُ.
Dan sayyidina Hasan pernah meletakkan sebutir korma di dalam mulutnya, yakni dari korma shodaqoh, lalu Rosululloh SAW menarik keluar korma itu berikut ludah sayyidina Hasan, dan Beliau bersabda: "Kikh kikh, sesungguhnya kita, keluarga Muhammad, tidak halal bagi kita berbagai shodaqoh [zakat] itu."

وَمَعْنٰى أَوْسَاخُ النَّاسِ لِأَنَّ بَقَائَهَا فِي الْأَمْوَالِ يُدْنِسُهَا كَمَا يُدْنِسُ الثَّوْبَ الْوَسَخُ.
Dan pengertian kotoran-kotoran manusia adalah karena masih tersisanya [sekedar harta yang wajib] zakat di dalam harta-harta itu dapat mengotori harta tersebut, sebagaimana pakaian dapat terkotori oleh kotoran.

وَقَوْلُهُ كِخْ كِخْ كَمَا قَالَ الصَّبَّانُ نَقْلًا عَنِ ابْنِ قَاسِمٍ هُوَ بِكَسْرِ الْكَافِ وَتَشْدِيْدِ الْخَاءِ سَاكِنَةً وَمَكْسُوْرَةً.
Dan sabda Nabi "Kikh kikh", sebagaimana Syeh As-Shobban telah berkata dengan mengutip dari Syeh Ibnu Qosim: "Kata kikh dengan dikasrohkan huruf kaf-nya, dan bertasydid huruf kho'-nya dengan tidak berharokat [sukun], dan bisa pula dengan berharokat kasroh".

وَعَنِ الْقَامُوْسِ جَوَازُ تَخْفِيْفِ الْخَاءِ وَجَوَازُ تَنْوِيْنِهَا وَجَوَازُ فَتْحِ الْكَافِ، وَهِيَ اِسْمُ صَوْتٍ وُضِعَ لِزَجْرِ الطِّفْلِ عَنْ تَنَاوُلِ شَيْءٍ.
Dan dari kitab al-Qomus [disebutkan]: "Diperbolehkan meringankan [tidak ditasydid] huruf kho'-nya, dan diperbolehkan men-tanwin-kannya, dan diperbolehkan mem-fathah-kan huruf kaf-nya". Dan kata kikh adalah isim shout [sebutan untuk suara tertentu] yang difungsikan untuk melarang anak kecil dari meraih sesuatu.

وَنُقِلَ عَنِ الْأُصْطُخْرِيِّ اَلْقَوْلُ بِجَوَازِ صَرْفِ الزَّكَاةِ إِلٰى بَنِيْ هَاشِمٍ وَبَنِي الْمُطَّلِبِ عِنْدَ مَنْعِهِمْ مِنْ خُمُسِ الْخُمُسِ.
Dan dikutip dari Syeh Al-Ushtukhriy sebuah pendapat mengenai dibolehkan menyalurkan zakat kepada Bani Hasyim dan Bani Muththolib, ketika terhalangnya mereka dari mendapatkan Khumusul Khumus [hak mereka 4% dari harta ghonimah dan 4% dari harta fai'].

Friday, February 9, 2018

TERJEMAH KASYIFATUS SAJA Bag.30

وَالسَّابِعُ سَبِيْلُ اللهِ وَهُمْ الْغُزَاةُ الْمُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ أَيِ الَّذِيْنَ لَا رِزْقَ لَهُمْ فِي الْفَيْءِ فَيُعْطَوْنَ وَلَوْ أَغْنِيَاءَ إِعَانَةً لَهُمْ عَلَى الْغَزْوِ.
Dan yang ketujuh adalah sabilillah, dan mereka adalah orang-orang yang berperang yang menjalankan ketaatan dengan ber-jihad [beriuang membela Islam], yakni pelaku jihad yang tidak ada rezeki [tidak mendapat bagian] bagi mereka pada harta fai, maka mereka diberikan zakat, walaupun berupa orang-orang kaya, lantaran memberi bantuan kepada mereka untuk berperang.

وَالثَّامِنُ اِبْنُ السَّبِيْلِ وَهُوَ عَلٰى قِسْمَيْنِ مَجَازِيٍّ وَهُوَ مُنْشِئُ سَفَرٍ مِنْ بَلَدِ مَالِ الزَّكَاةِ وَحَقِيْقِيٍّ وَهُوَ مَارٌّ بِبَلَدِ الزَّكَاةِ فِيْ سَفَرِهِ.
Dan yang kedelapan adalah lbnu Sabil, yaitu terdiri atas dua bagian. ①Majazi, yaitu seorang yang baru akan mengadakan perjalanan [berangkat] dari negeri [penyaluran] harta zakat. Dan ②hakiki yaitu orang yang lewat di negeri [penyaluran] zakat dalam perjalanannya.

وَذٰلِكَ إِنِ احْتَاجَ بِأَنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ مَا يُوْصِلُهُ مَقْصَدَهُ أَوْ مَالَهُ فَيُعْطٰى مَنْ لَا مَالَ لَهُ أَصْلًا.
Dan hal [pemberian zakat] itu, jika ibnu sabil itu membutuhkan, seumpama tidak terdapat bersamanya sesuatu [bekal] yang dapat mengantarkannya ke tempat tujuannya, atau ke tempat hartanya [berada]. Maka bagian zakat diberikan kepada orang yang tidak memiliki harta sama sekali. 

وَكَذَا مَنْ لَهُ مَالٌ فِيْ غَيْرِ الْبَلَدِ الْمُنْتَقَلِ إِلَيْهِ بِشَرْطِ أَنْ لَا يَكُوْنَ سَفَرُهُ مَعْصِيَةً.
Dan begitu pula diberikan [bagian zakat] kepada orang yang memiliki harta di selain negeri yang dipindahinya [ditiggalkannya itu] dengan syarat bahwa bepergiannya itu bukan suatu kemaksiatan.

قَالَ فِي الْمِصْبَاحِ وَقِيْلَ لِلْمُسَافِرِ اِبْنُ السَّبِيْلِ لِتَلَبُّسِهِ بِهِ أَيْ بِالسَّبِيْلِ وَالطَّرِيْقِ.
Telah berkata [Syekh Ahmad Al-Muqry] di dalam kitab al-Mishbäh: "Dikatakan bagi musafir sebagai ibnu sabil [anak jalan adalah] karena terkait erat dirinya dengannya, yakni dengan jalan dan jalanan."

قَالُوْا وَالْمُرَادُ بِابْنِ السَّبِيْلِ فِي الْآيَةِ مَنِ انْقَطَعَ عَنْ مَالِهِ. اِنْتَهٰى.
Para ulama berkata: . "Yang dimaksud dengan ibnu sabil dalam ayat [Al-Qur'an] adalah orang yang terputus dari hartanya". selesai al Mishbah.

Thursday, February 8, 2018

KEMATIAN ABDULLAH BIN SALAM

Kisah ini diriwayatkan oleh sahabat Ali ra.. Suatu hari ketika para sahabat berkumpul bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba datang seorang laki-laki, ia segera mendekati Rasul dan melaporkan bahwa telah terjadi sesuatu, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Abdullah bin Salam sangat mengharapkan kedatanganmu saat ini, dia juga ingin berpamitarn kepada baginda untuk yang terakhir kalinya, saat ini dia dalam keadaan sakit keras dan sudah mendekati ajal."

Begitu mendengar laporan tersebut, Nabi mengajak para sahabat untuk menemui Abdullah. Sesampainya di sana Nabi mendekatinya dan duduk di samping kepalanya lalu bersabda, "Wahai Abdullah, ucapkanlah Syahadat!"

Demikian Nabi memerintahkannya hingga tiga kali, namun Abdullah tetap tidak mampu mengucapkan kalimat itu. Melihat kejanggalan yang ada padanya kemudian Nabi berkata pada Bilal, "Wahai Bilal, pergilah engkau pada istrinya, tanyakan padanya perbuatan apa yang telah ia lakukan selama hidup dan apakah pula pekerjaannya selama ini?"

Bilal datang pada istri Abdullah dan sang Istri menjawabnya, "Demi Allah dan Rasul-Nya, semenjak perkawinannya denganku, tidak sekalipun aku melihatnya meninggalkan sholat jamaah di belakang rasul, juga tidak pernah satu haripun meninggalkan sedekah, ia selalu bersedekah apapun yang ia punya. Terhadap keluarga ia sangat bertanggung jawab dan ia selalu mencari nafkah dengan cara yang halal, hanya saja dia masih mempunyai seorang ibu yang tidak ridho padanya."

Dari jawaban istri Abdullah, Nabi segera menemukan jawaban atas kejanggalan yang terjadi pada Abdullah di akhir hayatnya, selanjutnya beliau memerintahkan kembali kepada Bilal untuk memanggil ibu kandung Abdullah. Kepada sang Ibu Bilal berkata, "Wahai ibu, taatilah perintah Rasulullah bahwasanya anda harus mengampuni kesalahan serta meridhoi putra ibu (Abdullah bin Salam), karena saat ini dia sedang menghadapi Sakhratul Maut, dan ridhomu sangat diharapkan," pinta Bilal penuh harap.

"Tidak, aku tidak akan mengabulkannya, aku tidak akan menghalalkan perbuatan yang pernah ia lakukan padaku, hingga saat ini aku masih merasakan sakitnya," tanggapan sang Ibu.

Mendengar tanggapan sang Ibu yang tetap bertahan pada kekecewaannya terhadap anaknya, Bilal segera menyampaikannya pada Rasul. Dan selanjutnya Rasul pun menunjuk sahabat yang lain, yakni sahabat Umar bin Khotob dan sahabat Ali bin Tholib, mereka berdua diperintahkan untuk segera membawa sang Ibu kepada Rasul sebab keadaan Abdullah semakin kritis. Sesampainya disana kedua 
sahabat terus mendesak dan memberikan pengertian-pengertian agar mau menemui putranya atas undangan Rasulullah saw. hingga akhirnya sang Ibu mau menemui putranya walau dengan berat hati.

Kedatangan sang Ibu disambut dengan ramah oleh Rasullulah saw. sambil beliau menunjukkan ke arah anaknya yang tengah sekarat dan beliau bersabda, "Wahai ibu lihat dan perhatikanlah keadaan anakmu saat ini!!"

Melihat tubuh yang terkapar tak berdaya seakan-akan hanya tinggal hitungan detik saja usianya, nafasnya tersengal-sengal hendak beranjak meninggalkan jasad yang telah sekian tahurn menyelubunginya, sang Ibu merasakannya dan ikut sedih tapi ia tetap pada pendiriannya, "Wahai anakku, demi Allah aku tidak akan menghalalkarn hak-hakmu terhadapku, aku tidak akan meridhoimu baik di dunia maupun di akhirat."

Mendengar ucapan itu Rasulullah sangat sedih, beliau lalu berkata, "Wahai ibu yang dimuliakan Allah, aku memohon kepadamu halalkan perbuatannya yang terdahulu, ampunilah salahannya dan ridhoilah putramu agar kemudahan menyertainya."

"Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa nenghalalkannya, sedangkan dia telah memukulku lalu mengusir aku dari rumahnya karena rasa berat terhadap istrinya, sungguh itu membuat aku sakit hati dan luka itu masih aku rasakan hingga saat ini, ia telah mendurhakai aku ya Rasull" jawab sang Ibu penuh kekecewaan.

Untuk terakhir kalinya Rasul mencoba memberi pengertian sampai-sampai beliau mempertaruhkan dirinya dalam masalah ini, "Wahai ibu kalau memang demikian hal adanya akulah sebagai penanggungjawab atas segala hak-hakmu apabila kamu menghalalkannya.

Akhimya dengan cara demikian hati ibu bisa ditaklukkan ia bersedia memaafkan segala dosa yang pernah dilakukan putranya semasa hidup. Rasulullah sangat lega mendengar pengakuan itu, lalu beliau mendekati Abdullah serta menuntutnya membaca kalimat syahadat untuk yang kedua kalinya. Dan akhimya atas Rahmat Allah jualah Abdullah diberi kemudahan untuk mengucapkan kedua kalimat itu dan setelah berhasil Abdullah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.

Pemakaman segera dilaksanakan, di akhir acara pemakaman Rasulullah bersabda di depan para sahabat dan seluruh yang hadir, "Wahai kaumku semua! Barangsiapa yang mempunyai ibu akan tetapi tidak bisa berbakti kepadanya maka orang tersebut niscaya akan keluar dari dunia tanpa mampu mengucapkan kalimat syahadat (Su'ul Khotimah). Naudzubillah mindzalik


Wednesday, February 7, 2018

BARSHESHA

Pada zaman kaum Bani Israil ada seorang rahib shalih bernama Barshesha, dia adalah seorang yang ahli ibadah dan terkenal pandai mengobati berbagai macam penyakit. Doa-doanya mustajab, sehingga ia dikenal oleh setiap orang dan menjadi tumpuan harapan masyarakat dalam masalah kesehatan.

Suatu ketika iblis merencanakan untuk merobohkan keimanan sang Rahib, iblis mengumpulkan seluruh kawan-kawannya yang berada di khayangan dan semua anak buahnya. Ia menjelaskan semua rencana jahatnya dan bagaimana teknisnya. Iblis menawarkan kepada anak buahnya, "Siapa diantara kalian yang sanggup untuk menyesatkan Rahib Barshesha maka akan aku naikkan pangkat jabatannya?"


Mendengar tawaran itu Ifrit menawarkan diri, dan ia adalah calon tunggal yang sanggup untuk menghancurkan dan menyesatkan keimanan Rahib Barshesha. Ifrit pun berjanji bahwa ia sanggup dikeluarkan dari golongannya apabila gagal dari tugas ini.

Ifrit segera menjalankan tipu dayanya, mula-mula ia mendatangi keluarga kerajaan yang kebetulan sang Raja mempunyai anak gadis yang tercantik diantara seluruh kaum Bani Israil. Ifrit menemui si Gadis yang sedang duduk-duduk santai bersama dayang-dayangnya, lalu memperdayai putri hingga trauma berat dan hilang ingatannya. Begitu melihat keadaan putri kesayangannya yang kerasukan sedemikian rupa, sang Raja kebingungan dan seluruh keluarga kerajaan dibuat gempar.

Mengetahui trik pertamanya berhasil, kemudian Ifrit mendatangi sang Raja dengan menyamar sebagai ahli ibadah, ia berpura-pura ikut berbela sungkawa atas kejadian yang menimpa putri raja serta memberikan masukan-masukan untuk membantu mengatasinya. Dengan penuh keyakinan sang Raja dan seluruh keluarga kerajaan dikumpulkan untuk mendengar nasihat-nasihat ifrit yang menyerupai ahli ibadah. "Apabila Tuan Raja menginginkan ananda tercinta sembuh dari penyakitnya, maka satu-satunya jalan adalah dimintakan obat kepada Rahib Barshesha, karena beliau adalah satu-satunya orang yang mampu mengobati segala macam penyakit," kata Ifrit panjang lebar.

Dari saran ahli ibadah itu, sang Raja segera memerintahkan kepada seluruh keluarga untuk mengurus keberangkatan putrinya dan segera ke tempat tinggal Rahib Barshesha yang dimaksudkan. Ternyata memang benar saran yang diberikan Ifrit, obat pemberian pendeta Barshesha sangat manjur dan seketika itu pula sang Putri menjadi sehat kembali sehingga ia bisa segera kembali ke kerajaan.

Selanjutnya Ifrit menganggu putri sang Raja untuk kedua kalinya. Akan tetapi kali ini godaan Ifrit melebihi yang pertama hingga putri raja kembali hilang ingatan dan stress. Dengan berubah wujud sebagai ahli ibadah, Ifrit kembali memberikan saran kepada keluarga kerajaan. "Apabila Tuan Raja menginginkan kesehatan ananda tercinta menjadi lebih baik dan tidak kambuh lagi, sebaiknya dititipkan saja kepada Rahib Barshesha dalam waktu beberapa hari saja. Dengan demikian perawatan akan lebih intensif," saran Ifrit kepada keluarga kerajaan.

Saran itupun kembali diterima oleh sang Raja. Mendengar keinginan sang Raja yang sesuai dengan saran Ifrit, pendeta Barshesha menolak karena sadar bahwa itu akan sangat membahayakan dirinya. Ia tahu apabila seorang laki-laki merawat gadis di numahnya adalah haram hukumnya, lebih-lebih posisinya sebagai pendeta yang akan selalu menjadi contoh masyarakat. Akan tetapi karena paksaan sang Raja yang tidak bisa dihindari lagi, maka dengan sangat terpaksa dia terima sang Putri Raja di rumahnya. Selanjutnya putri raja menjalani rawat inap di rumah pendeta Barshesha.

Selama beberapa hari dirawat, diberi makan dan minum ramuan obat racikannya sendiri, keadaannya berangsur-angsur membaik. Hingga suatu hari ketika pendeta Barshesha memberikan obat, dilihatnya sekujur tubuh sang Putri Raja yang sedang tidur terlentang. Dipandanginya tubuh gadis itu dan saat itulah Ifrit langsung memanfaatkan kesempatan emas, ia menggoda pendeta Barshesha hingga terjadilah peperangan nafsu dalam Rahib.

Kelicikan Ifrit akhirnya membuahkan hasil, perbuatan yang selama ini sangat ditakuti olehnya akhirnya ia lakukan juga. Rahib Barshesha terperangkap dalam perbuatan zina, kesucian putri raja direnggutnya.

Begitu Ifrit merasa berhasil dan ia melihat sang Rahib Barshesha yang tengah menyesali perbuatannya, Ifrit kembali menyamar sebagai manusia dan berpura-pura bersimpati atas kejadian yang menimpa Rahib Barhesha. Sambil merencanakan tindakan liciknya ia berkata, "Wahai Tuan Rahib yang malang, mengapa perbuatan hina itu mesti kau lakukan? Padahal itu sangat tercela menurut agama kita. Lebih parah lagi gadis yang kau nodai adalah seorang putri raja, maka tidak ada jalan keluar lagi untuk menghindar dari masalah ini, kecuali apabila pendeta membunuh gadis itu dan
dikubur di sebelah tempat ibadahmu. Dan apabila orang-orang menanyakan hal itu, maka cukuplah kau jawab bahwa ia mati karena Allah, niscaya semua orang akan mempercayaimu."

Karena kepanikan dan ketakutan yang sangat kepada sang Raja atas kejadian tersebut, maka saran yang sebenarnya keluar dari mulut iblis itu dituruti juga. Putri raja yang telah direnggut kehormatannya kini dibunuh juga dengan tangannya sendiri dan dikubur di dekat tempat ibadahnya. Ketika masyarakat tahu dan berdatangan, kebanyakan dari mereka menanyakan bagaimana kematian itu terjadi, Rahib Barshesha menjawab bahwa putri raja meninggal karena Allah. Demikianlah kebohongan demi kebohongan telah dilakukan oleh pendeta yang alim dan sholeh karena tidak kuat terhadap tipu daya setan.

Mendengar berita kematian putrinya yang dalam masa pengobatan di tempat Rahib Barshesha, kemarahan sang Raja memuncak, emosinya tidak bisa dikendalikan, karena putri satu-satunya telah tiada. Tanpa berpikir panjang, sang Raja segera memutuskan bahwa Rahib Barshesha harus dihukum mati sebab tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.

Hari berikutnya satu pasukan mendatangi rumah pendeta Barshesha dengan membawa surat penangkapan yang telah ditanda tangani oleh sang Raja. Tanpa bisa mengelak akhirnya Rahib Barshesha dibawa ke kerajaan dengan status sebagai tahanan. Pada saat itulah Ifrit kembali mendatangi pendeta Barshesha yang secara terang-terangan akan menjerumuskan keimanannya. Ifrit berkata, "Wahai Rahib yang shalih, saat ini keadaanmu berbahaya, kamu tidak akan selamat kecuali dengan pertolonganku. Hanya akulah yang selama ini peduli terhadapmu, oleh karena itu kali ini pun aku akan menyelamatkanmu dengan syarat kamu harus sujud kepadaku dan berpaling dari Allah Swt."

Itu adalah syarat yang sangat memberatkan apabila dipenuhi. Ia harus mempertahankan keimanannya demi menyelamatkan diri dari maut. Karena keadaan yang sangat terjepit itulah akhirnya sang Rahib menyanggupinya, "Akan tetapi bagaimana aku bisa melakukannya sementara tubuhku terikat kuat di tiang ini?" kata pendeta Barshesha sebagai jawaban atas kesanggupannya.

Kemudian Ifrit berpura-pura memberikan kemurahan padanya, cukup hanya dengan menganggukan kepala sebagai gantinya sujud. Setelah itu bersujudlah Rahib Barshesha dengan isyarat anggukan kepalanya di hadapan Ifrit. Naudzubillah min dzalik" hanya dengan sekali anggukan kepala musnahlah semua keimanan pendeta yang semula sangat sholeh itu. Ia telah menyekutukan Allah Swt dan berpaling pada iblis jahanam.

Dan akhirnya Ifrit mengingkari janjinya, ia meninggalkan pendeta Barshesha dalam keadaan terikat pada tiang dan berkata, "Pendeta tolol, sekarang aku telah berhasil memperdayaimu dan aku sudah tidak ada lagi urusan denganmu. Tugasku telah selesai, kemaksiatan yang telah kau lakukan kini kau tanggung sendiri akibatnya."



ORANG SHOLEH TERJEBAK TIPU DAYA SETAN

Alkisah ada seorang laki-laki ahli ibadah yang hidup dalam suatu lingkungan yang mayoritas kaumnya mempunyai kebiasaan menyembah kepada pohon yang dianggap keramat dan suci. Melihat keadaan yang demikian halnya, hati nuraninya sangat menentang karena berlawanan dengan ajaran agama yang selama ini ia pelajari. Kemusyrikan yang mereka lakukan sangat melampaui batas.

Hingga suatu hari terlintas dalam pikirannya untuk berniat menebang pohon yang disembah kaum tersebut. Tanpa kompromi dan tanpa banyak komentar lagi ia mengayunkan kampaknya ke arah pohon itu. Namun sebelum kampak itu mengenai pohon tiba-tiba datanglah iblis menghentikan niat baiknya.

Si Iblis mengajukan beberapa pertanyaan untuk menggoyahkan niatnya, "Hai orang shalih! Apa tujuanmu ke tempat ini? Apakah kamu tidak merasa rugi, menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Apa tidak lebih baik waktumu itu kau gunakan untuk beribadah?" Kata si Iblis.

Lelaki itu menjawab, "Aku harus menebang pohon ini, sebab pohon ini telah dijadikan kaumku sebagai Tuhan. Mereka telah menyekutukan Allah Swt. dan aku berjanji akan menebangnya dan memberitahukan kepada mereka bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah.”

Iblis tetap bersikeras menghentikan niat lelaki shalih itu dengan berdalih, "Sebenarnya apakah untungnya bagimu apabila menebang pohon itu, toh masalah itu sebenarnya bukanlah urusanmu dan tidak pula menjadi tanggunganmu! Tinggalkan pohon itu dan biarkan ia tetap hidup, pohon itu juga makhluk Allah Swt. yang juga harus dimuliakan. Lebih baik saat ini kau melanjutkan ibadahmu saja.”

Mendengar kata iblis yang menghina harga diri dan agamanya, si Lelaki shalih yang semula tenang-tenang saja menjadi naik darah. Sehingga perkelahianpun tidak bisa dihindarkan. Mereka beradu kekuatan yang mana kekuatan itu tidak dimiliki oleh manusia biasa.

Pada akhirnya kekalahan ada pada pihak iblis sehingga ia menggunakan akal liciknya untuk menghadapi lelaki shalih itu. "Wahai orang shalih! Sebaiknya mulai sekarang kita berdamai saja, karena tidak ada hasilnya apabila kita terus-terusan berkelahi, kita akan sama-sama rugi. Untuk itu sebaiknya kamu kembali ke rumahmu melanjutkan ibadahmu dan aku berjanji akan memberimu empat dirham setiap harinya yang akan keluar dari bawah sajadahmu jika kamu selesai sholat," kata si Iblis.

Saran sang Iblis yang sebenarnya akan menjerumuskan itu justru sangat menarik perhatiannya, ia menyakinkan lagi dengan mengulangi pertanyaan, "Apakah benar janjimu itu?" tanya si Lelaki Shalih.

"Aku berjanji tidak akan membohongi, kau boleh menebang pohon itu sepuasmu jika aku ingkar dan aku takkan menghalangimu lagi," jawab si Iblis.

Sejak saat itulah dia setiap harinya menemukan uang sebanyak empat dirham yang keluar dari bawah sajadahnya. Hal demikian terjadi selama tiga hari berturut-turut, akan tetapi pada hari yang keempat ia tidak lagi menemukan uang dari bawah sajadahnya dan begitu pula hari-hari berikutnya.

Dugaannya ternyata benar bahwa iblis akan mengingkari janjinya, lalu kembalilah ia pada tujuan semula, mengambil kampak dan menuju pohon yang menjadi sumber kemusyrikan itu. Akan tetapi lagi-lagi iblis mencegahnya di tengah jalan dan berkata, "Hendak kemana hai orang shalih?"

Lelaki itu menjawab, "Aku akan menebang pohon itu, sebab kau telah mengingkari janji."

Mendengar jawaban itu si Iblis justru mengejeknya dengan perkataan, "Kamu tidak akan mampu menebang pohon dan kau tidak akan bisa mengalahkanku!!"

Perkelahian pun tidak bisa dihindarkan lagi, anehnya kali ini justru iblislah yang menang, ia heran mengapa demikian. "Dulu ketika perkelahian yang pertama akulah yang mengalahkannya tapi mengapa sekarang justru sebaliknya? gumamnya dalam hati.

Sementara itu iblis tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Memang benar dulu engkaulah yang selalu mengalahkanku, sebab niatmu itu suci karena Allah. Namun keberangkatanmu kali ini adalah menebang pohon karena tidak lagi kau temukan empat dirham di bawah sajadahmu. Oleh karena itu aku pasti mengalahkanmu. Lebih baik sekarang kau pulang saja!! Kalau tidak akan ku penggal lehermu."

Kemudian pulanglah ia dengan penuh penyesalan dan menyadari bahwa niatnya yang mulia telah berubah menuju perkara yang tidak diridhoi Allah Swt.

DOKTER YANG CERDIK

Ada sepasang suami istri yang sudah membina rumah tangga cukup lama, kurang lebih 10 tahunan. Namun, mereka belum juga dikaruniai anak, sehingga mereka dirundung kesedihan. Setiap hari yang menjadi topik pembicaraan mereka tidak ada yang lain kecuali 'Kapan kita punya anak?'. Berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mendapatkan anak. Beberapa dokter juga orang pintar, telah didatanginya. Namun, belum juga membuahkan hasil. Tetapi mereka tidak pernah putus asa dalam berusaha.

Hingga suatu saat mereka mendapat informasi tentang adanya seorang dokter yang cerdik dan bagus pengobatannya. Tanpa menunggu waktu, datanglah pasangan suami istri itu ke sang dokter. Mereka menceritakan keinginannya agar segera punya momongan (anak), juga apa saja yang telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Begitu mereka masuk ke ruang praktik, dokter pun memeriksa merek secara seksama. Dimulai dari kondisi sang suami, kemudian dilanjutkan pemeriksaan kepada sang istri yang juga tidak kalah telitinya.

Selesai pemeriksaan mereka berdua diminta duduk di kursi yang berhadapan dengan Sang dokter. Dokter memandang pasangan suami istri tersebut dengan wajah yang terlihat agak sedih. Lalu ia berkata begini: "Bapak dan Ibu, dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan, Bapak dan Ibu dinyatakan sehat lahir dan batin, tidak ada masalah apapun. Secara medis tidak mustahil Anda berdua memiliki anak."

Dengan hati yang gembira sang suami balik bertanya: "Tapi dokter, kalau memang kami berdua dinyatakan sehat dan normal, kenapa sampai 10 tahun lebih belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada istri saya?"

Sang dokter terdiam sejenak sambil menata hati dan pikirannya, seperti ingin mengatakan sesuatu hal yang sangat penting tapi merasa sangat berat untuk diucapkan. "Begini Bapak dan Ibu, bolehkan saya menyampaikan sesuatu yang sangat penting? tapi saya yakin apa yang akan saya sampaikan pasti membuat Anda berdua terkejut."

Mendengar kata-kata sang dokter mereka menjadi sangat penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan oleh sang dokter. Spontan saja mereka berdua menjawab: "Oh tentu saja boleh, justru harus anda sampaikan kepada kami. Apapun yang terjadi kami siap menerimanya."

Ahli medis itu terlihat menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan yang mengisyaratkan beratnya beban yang ingin diucapkannya. Dengan perlahan sang dokter berkata: "Menurut ilmu kedokteran yang saya pelajari, dari pemeriksaan yang saya lakukan pada ibu tadi, mulai dari detak jantung, denyut nadi, serta pemeriksaan yang lainnya, dapat diambil kesimpulan bahwa, Tuhan mungkin tidak menghendaki Ibu punya anak."

"Lho dokter itu bagaimana? tadi katanya saya sehat dan tidak punya masalah, kenapa sekarang berkata bahwa Tuhan mungkin tidak menghendaki Saya punya anak? Yang benar kalau memberi penjelasan!" Kata sang istri dengan nada tinggi.

Sejenak sang dokter menundukkan kepala kemudian dipandanginya wajah pasangan suami istri itu satu persatu. Lagi-lagi terdengar suara sang dokter seperti tersendat, lantaran saking beratnya apa yang ingin Ia katakan. Akhirnya dengan suara terbata-bata, sang dokter berkata: "Maksud saya.... maksud saya.... Maksud saya begini Ibu.... Maksud saya.... usia ibu yang tidak memungkinkan lagi untuk hamil. Sebab berdasarkan ilmu medis menunjukkan bahwa usia Ibu Hanya Tinggal 40 hari lagi dari sekarang, tidak lebih."

Mendengar kata-kata sang dokter tersebut, mereka berdua kaget bukan kepalang. Bagai disambar petir di siang bolong, spontan mereka berdua berpelukan dengan tangis yang tidak bisa ditahan lagi. Sang istri menjerit-jerit karena tidak kuat mendengar keterangan dokter. Mereka berdua hanya menangis sambil berpelukan erat, seolah tidak mau berpisah.

Sengaja oleh sang dokter mereka berdua dibiarkan dalam keadaan demikian. Tanpa terasa setengah jam sudah berlalu, akhirnya sang dokter mulai angkat bicara: "Maaf Bapak dan Ibu, kalau perkataan saya tadi sangat menyakitkan Anda berdua. Namun, itulah hasil dari pemeriksaan medis yang saya dapatkan. Saya merasa sangat bersalah kalau menyembunyikannya dari bapak dan ibu." Jelas sang dokter dengan ekspresi yang tak kalah sedihnya dengan pasangan suami istri itu.

Dengan suara terbata-bata, sang suami mulai dapat berbicara. "Tetapi benarkah hasil itu dokter? Apakah tidak ada jalan keluarnya? Apa yang harus kami berdua perbuat?"

"Benar, tidak ada jalan keluar secara medis." Sang dokter menimpali. "Nasehatku kepada bapak, Rawatlah istri anda sebaik-baiknya, agar kelak kalian berdua dipertemukan oleh Allah di akhirat. Siapa tahu di sana Anda berdua akan mendapatkan kehormatan. Anda berdua mempunyai anak serta menjadi keluarga yang lebih damai."

Penjelasan sang dokter justru membuat tangis pasangan suami istri itu meledak lagi. Sambil bergegas pulang, mereka berderai air mata disertai dengan pelukan erat. Seolah tak mau terlepas sedetikpun. Sesampainya di rumah rumah, mereka berdua bergegas mengumpulkan segenap keluarga dan sanak kerabat serta para tetangga dengan berurai air mata. Diceritakanlah hasil pemeriksaan dari dokter. Tak lupa mereka juga menyampaikan cerita akan kematian sang istri yang kata dokter tidak lebih dari 40 hari lagi. Mendengar itu semua, meledaklah tangis orang-orang seisi rumah. Mereka saling berpelukan satu sama lain. Tak seorangpun mampu berkata-kata.

Semenjak hari itu, setiap orang saling mengunjungi dan menasehati. Mereka juga memberikan hadiah apa pun yang mampu diberikan kepada sang istri. Dengan pemikiran barangkali itu adalah penghormatan atau bentuk kasih sayang mereka yang terakhir. Lain halnya dengan sang istri. Semenjak peristiwa itu, ia tidak mampu lagi menggerakkan mulutnya. Ia hanya bungkam seribu bahasa, karena tidak mampu lagi berkata apa-apa. Tiada sesuatu apapun yang masuk ke dalam perutnya. Kecuali hanya beberapa Tetes air. Nafsu makannya hilang sama sekali. Disamping hilangnya nafsu makan, ia juga mengharap ampunan Allah sambil berpuasa di akhir hayatnya. Hanya satu yang dipintanya, yaitu mati dalam keadaan khusnul khotimah.

Setelah sampai saatnya waktu yang paling ditakutkan oleh semua keluarga tiba, yaitu 40 hari dari pemeriksaan dokter, semuanya berkumpul. Mereka menangis histeris hingga tidak terbendung lagi sambil mendekap seorang perempuan yang hanya menunggu detik kematian yang sudah di depan mata. Semua perlengkapan dan syarat merawat jenazah pun sudah dipersiapkan. Mulai dari liang kubur, batu nisan, kain kafan, hingga tempat untuk memandikan jenazah.

Namun apa yang terjadi 40 hari telah berlalu. Bahkan telah lebih dari 1 hari, perempuan yang menurut analisa dokter seharusnya meninggal kemarin ternyata masih hidup sehat, normal lahir dan batin. Memang tampak ada perubahan pada diri si perempuan. Duluu sebelum peristiwa tersebut, berat badannya 120 kg. Sekarang menjadi kurus sekitar 50 kg akibat puasa 40 hari. Tidak ada sesuatu apapun yang masuk ke dalam perutnya.

Akhirnya keluarga merasa kebingungan, Kenapa demikian? tertipukah kita? siapa yang bertanggung jawab dengan masalah ini? Siapa biang penipuan yang menggegerkan ini? Ditemukanlah jawaban bahwa semua ini gara-gara analisa dokter yang menimbulkan fitnah besar. Mereka lalu bergerak demo dan unjuk rasa sebagai balasan dari ulahnya yang keji. Kalau perlu mereka akan membunuh Sang dokter. Sesampainya di rumah sang dokter, mereka berteriak: "Bunuh dokter!.... Bunuh dokter!

Sang dokter pun kemudian keluar menemui mereka seraya bertanya: "Wahai bapak dan ibu sekalian! Sesungguhnya saya tahu bahwa keluarga anda yang satu ini sangat sehat dan belum ada tanda-tanda datangnya kematian. Namun ingatlah! Bukankah dia datang kepadaku karena ingin hamil?"

Serempak mereka menjawab: "Betul ia memang ingin hamil. Tapi, kenapa kau tipu kami dengan berita kematiannya?"

Sang dokter tersenyum mendengar perkataan orang-orang itu seraya berkata: "Ketahuilah saudaraku! dia tidak bisa hamil karena pintu rahimnya tertutup lemak, ia terlalu gemuk. Karena itulah saya memutuskan untuk membuat rekayasa agar berat badan dia bisa normal. Sekarang bapak dan ibu bisa lihat, dengan cara saya menganalisa masalah ini dia bisa normal berat badannya, yang semula 120 kg sekarang menjadi 50 kg. Oleh karena itu silahkan berkumpul dengan suami, Insya Allah dia akan hamil." Jelas sang dokter dokter panjang lebar.

Mendengar penjelasan sang Dokter bubarlah kerumunan massa itu. Mereka pulang ke rumah masing-masing sambil menunggu bukti dari apa yang dokter ucapkan. Alhamdulillah beberapa bulan kemudian tampaklah tanda kehamilan pada perempuan tersebut. Dengan rasa syukur mereka menyampaikan terima kasih kepada sang dokter.

MIMISAN KETIKA SHOLAT

★ PERTANYAAN:
Apa yang harus dilakukan bagi orang yang mimisan (hidung keluar darah) ketika sedang sholat atau sebelum sholat?

★ JAWAB:
Deperinci sebagai berikut:
ⓐ. Ketika sholat: jika darah yang keluar sedikit, maka tetap meneruskan sholatnya. Namun jika banyak, maka harus menghentikan sholatnya.
ⓑ. Sebelum sholat: jika kemungkinan bisa berhenti dan waktu sholat masih longgar, maka harus menanti darah tersebut berhenti. Jika tidak, maka harus melakukan hal-hal seperti orang beser dalam mekasnisme bersucinya.

★ REFERENSI:

➊ Kitab Bughyatul Mustarsyidin (بُغْيَةُ الْمُسْتَرْشِدِيْنَ) halaman 87:

(فَائِدَةٌ): قَالَ فِي التُّحْفَةِ: وَلَوْ رَعَفَ فِي الصَّلَاةِ وَلَمْ يُصِبْهُ إِلَّا الْقَلِيْلُ لَمْ يَقْطَعْهَا، وَإِنْ كَثُرَ نُزُوْلُهُ عَلَى مُنْفَضِلٍ عَنْهُ، فَإِنْ كَثُرَ مَا أَصَابَهُ لَزِمَهُ قَطْعُهَا وَلَوْ جُمْعَةً، وَإِنْ رَعَفَ قَبْلَهَا وَاسْتَمَرَّ فَإِنْ رَجٰى انْقِطَاعَهُ وَالْوَقْتُ مُتَّسِعٌ اِنْتَظَرَهُ وَإِلَّا تَحَفَّظَ كَالسَّلِسِ. اهــ

Artinya:
(Faidah): Mushonnif (pengarang kitab) berkata dalam kitab Tuhfah: “Andai seseorang mimisan didalam sholat, dan darah yang keluar hanya sedikit, maka ia tidak boleh membatalkan sholatnya. Apabila darah yang keluar banyak hingga mengenai bagian badan yang lain, lalu bila darah yang mengenai bagian badan lain itu sangat banyak, maka seseorang yang sedang sholat itu harus membatalkan sholatnya meski dia sedang sholat Jum'at. Bila mimisan keluar sebelum sholat dan keluar terus menerus, namun dimungkinkan mimisan berhenti dan waktu sholat masih longgar, maka dianjurkan untuk menunggu hingga berhenti, apabila tidak mungkin menunggu hingga berhenti, maka hidung disumpal saat shalat sebagaimana orang yang beser".

➋ Kitab Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab juz 1 halaman 581:

وَحُكْمُ سَلِسِ الْبَوْلِ وَالْمَذْيِ وَمَنْ بِهِ حَدَثٌ دَائِمٌ وَجُرْحٌ سَائِلٌ حُكْمُ الْمُسْتَحَاضَةِ عَلَى مَا سَبَقَ وَكَذَا الْوُضُوءُ الْمَضْمُومُ إلَيْهِ التَّيَمُّمُ لِجُرْحٍ أَوْ كَسْرٍ لَهُ حُكْمُ الْمُسْتَحَاضَةِ وَإِذَا شٙفٰى الْجَرِيْحُ لَزِمَهُ النَّزْعُ كَالْمُسْتَحَاضَةِ صَرَّحَ بِهِ الصَّيْدَلَانِيُّ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَغَيْرُهُمَا. اهــ

Artinya:
Dan hukumnya orang yang beser kencing ataupun madzi dan orang orang yang selalu punya hadats, dan juga orang yang punya luka yang darahnya terus mengalir, berlaku seperti hukumnya orang yang istihadlah seperti keterangan yang telah lalu, demikian juga wudlunya [orang yang diperban] yang digabung dengan tayammum karena ada luka atau ada bagian tubuh yang retak juga berlaku seperti hukumnya orang yang istihadlah. Lalu apabila telah sembuh sakitnya, maka wajib baginya untuk melepas perbannya seperti halnya orang yang istihadlah. Hal ini menurut penjelasan Ash-Shoydalani, Imam Al-Haromain dan yang lainnya.

Wallohu A'lam

PENGERTIAN RISYWAH (SUAP)

مرقاة صعود التصديق شرح سلم التوفيق صحــ:٤٣٢ ڤوستكا ممڤير
-----------
(وَأَخْذُ الرِّشْوَةِ) بِكَسْرِ الرَّاءِ، وَهُوَ مَا يُعْطِيْهِ الشَّخْصُ لِحَاكِمٍ أَوْ غَيْرِهِ لِيَحْكُمَ لَهُ أَوْ يَحْمِلَهُ عَلٰى مَا يُرِيْدُ، كَذَا فِي الْمِصْبَاحِ

Artinya:
(dan [haram] mengambil [menerima] suap) kata risywah [suap] dengan dibaca kasroh huruf ro'nya, yaitu: harta yang diberikan oleh seseorang kepada hakim atau selainnya supaya memberikan keputusan yang menguntungkannya, atau mendorongnya agar memutuskan hukum yang sesuai dengan keinginannya. Demikian [keterangan yang diambil] dalam kitab al-Mishbah,
---------------------------------------------------------

وَقَالَ صَاحِبُ التَّعْرِيْفَاتِ وَهُوَ مَا يُعْطٰى لِإِبْطَالِ حَقٍّ أَوْ لِإِحْقَاقِ بَاطِلٍ

Artinya:
Dan penulis kitab At-Ta'rifat [Syeh Muhammad al-Jurjani] berkata: "Risywah adalah sesuatu yang diberikan untuk membatalkan suatu kebenaran, atau untuk membenarkan sesuatu yang batil (salah)."

PENCURI ANAK BURUNG

Alkisah pada zaman Nabi Sulaiman as ada seekor burung yang datang kepada Nabi Sulaiman as dan mengadukan sesuatu kepada beliau: "Wahai Nabi, Ada seorang lelaki yang memiliki pohon dan aku menetaskan telurku di atas pohon itu. Kemudian dia mengambil beberapa anakku, tolonglah aku wahai nabi, lakukanlah sesuatu yang bisa melindungi aku dan anak-anakku."

Kemudian nabi Sulaiman as memanggil si pemilik pohon itu dan melarangnya mengambil anak burung lagi. Nabi Sulaiman as juga menugaskan dua setan agar menjaga si burung dan anaknya. "Wahai setan! Aku perintahkan kalian berdua, bila tahun depan si pemilik pohon ini mengambil anak burung lagi, maka ambillah dia dan potonglah tubuhnya menjadi dua bagian. Satu potong buanglah ke belahan bumi bagian timur dan satu potong yang lain buanglah ke belahan bumi bagian barat."

Pada tahun berikutnya si pemilik pohon tersebut lupa akan larangan Nabi Sulaiman as. Dia mengambil lagi anak burung yang ada di pohon miliknya, namun sebelum itu ia sempat memberikan sedekah berupa sepotong roti kepada seorang pengemis yang datang ke rumahnya. Begitu melihat sang pemilik pohon yang mengambil Anaknya lagi, si burung kemudian mendatangi Nabi Sulaiman as dan mengadukan lagi kejahatan pemilik pohon. Mendapat pengaduan si burung, nabi memanggil kedua setan yang telah diberinya tugas untuk dimintai pertanggungjawaban. Lalu nabi bertanya: "Mengapa kalian tidak melaksanakan tugas yang telah Aku perintahkan?"

Mereka pun menjawab: "Wahai khalifah Allah, sesungguhnya di saat dia akan memanjat pohon, kami telah berusaha menikamnya, namun sayang sekali, sebelum melakukan niat jahatnya itu dia terlebih dahulu bersedekah kepada peminta-minta yang datang kepadanya dengan memberikan sepotong roti, sehingga Allah SWT mengutus dua malaikat untuk menjaganya dari langit, satu diantaranya memegangiku lalu melempar aku ke belahan bumi bagian barat, dan yang lainnya memegangi kawanku dan melemparnya ke belahan bumi bagian timur. Hal itu membuat rencana kami gagal berantakan dan tugas kami tidak bisa terlaksana karena perlindungan dari kedua malaikat tersebut."

RAJA PERAMPAS HASIL BUMI

Di zaman keemasan ada suatu desa yang sangat subur dan makmur, gemah ripah loh jinawe. Di sana terdapat segala macam tanaman dan buah-buahan serta hewan-hewan ternak yang hidup bebas tanpa ada yang mengusik. Suasana masyarakat aman, tentram, damai dan hidup rukun serta bersatu padu. Tidak pernah terjadi percekcokan maupun keributan antara sesama warga. Kebutuhan mereka bisa dibilang lebih dari cukup, sehingga masyarakat jauh dari sifat tamak dan serakah. Semua warga desa memeluk agama Islam, tua muda, anak-anak dan remaja tekun beribadah dengan khusyuk.

Diantara penduduk desa itu ada seorang janda yang hidup bersama anak gadisnya. Kesibukan mereka sehari-hari yaitu merawat tanaman jeruk yang ada di sekeliling rumahnya, serta memelihara sapi perah yang setiap harinya menghasilkan susu murni sebanyak sepuluh ember atau bahkan lebih. Setiap harinya bila malam telah larut, si ibu membangunkan anak gadisnya untuk bersama-sama melakukan sholat Tahajud. Setelah itu si anak diberi tugas memerah susu lalu memasaknya untuk dijual ke pasar setelah pagi hari tiba, sementara sang Ibu tetap melanjutkan berdo’a.

Suatu pagi yang cerah sang Raja penguasa wilayah tersebut berjalan-jalan menuju ke pedalaman desa dengan menggunakan kendaraan kuda dan diikuti beberapa pengawalnya. Sang Raja meninjau situasi setiap pedesaan yang selama ini belum pernah dijangkau dari pengawasannya dengan menyamar sebagai pemburu liar, sang Raja bermaksud menyembunyikan identitas Raja di depan rakyatnya. Dan memang cukup banyak pemburu liar yang melintasi daerah itu, bahkan menginap di sana, sehingga bagi mereka hal itu sudah biasa.

Setelah berkeliling seharian penuh, dan hari pun menjelang senja, rombongan raja memasuki desa yang subur makmur tersebut. Dan yang lebih menarik lagi di setiap rumah penduduk dikelilingi pohon jeruk yang rimbun serta dipenuhi buah. melihat itu semua, sang raja berfikir: “Alangkah indahnya desa ini, betapa tentramnya masyarakat yang bermukim di sini, seandainya aku bukan seorang raja tentu aku akan tinggal di sini. Tapi hal itu mustahil, kenyataannya aku adalah seorang raja, aku mempunyai banyak urusan dan pekerjaanku banyak sekali. Hari sudah hampir larut, sebaiknya aku bermalam bersama mereka di sini, tetapi bagaimana dengan nasib pengawalku yang begitu banyak? Adakah orang yang bersedia menampung kami semua?”

Saat Maghrib hampir tiba, semua orang kampung itu meninggalkan rumahnya dan menuju ke Masjid untuk sholat jama’ah Maghrib. Raja beserta rombongannya memperhatikan seorang ibu yang menggandeng anak gadisnya dan berjalan melewati rombongan sang Raja, mereka berdua menggunakan mukena dan hendak ke Masjid. Dengan sopan sang raja menyapa mereka: “Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam,” jawab sang Ibu dan anak gadisnya.

“Apakah ibu bersedia jika kami menumpang bermalam di rumah ibu?” pinta sang Raja.

Si Ibu berunding dengan anaknya, lalu memberinya jawaban: “Jika hanya satu atau dua orang kami sangat senang hati. Tetapi kalau sekian banyaknya kami mohon maaf, karena rumah kami sangat kecil.”

Setelah selesai solat berjamaah, semua rombongan diperintahkan kembali ke kerajaan dan hanya Sang Raja dan seorang pengawalnya yang mengikuti si ibu dan anak gadisnya ke rumah.

Sesampainya di rumah, kedua tamu tersebut dipersilahkan duduk dan pemilik rumah menuju ke dapur untuk memasak. Selesai makan bersama kedua tamunya dipersilahkan beristirahat di kamar khusus tamu sedangkan ibu dan anak gadisnya di kamar lain. Namun sampai larut malam kedua tamu itu tidak bisa tidur karena tidak habis-habisnya mendiskusikan kemakmuran kampung itu. Di akhir pembicaraannya sang raja berbisik kepada pengawalnya bahwa ia akan membuat pajak separuh dari penghasilan penduduk desa ini. Sang pengawal menolak ide sang raja, karena merasa berkuasa sang raja bersikeras bahwa separuh itu adalah keputusan yang sangat bijaksana, sebab Kampung ini sangat subur dan makmur serta sudah lama tidak pernah dipungut biaya karena tidak bisa dijangkau oleh kerajaan.

Seperti kebiasaannya, selesai sholat tahajud si anak bertugas memeras susu sapi di kandang sedangkan sang Ibu tetap melanjutkan beribadah. Namun kali ini sungguh berbeda dengan hari-hari biasanya susu yang dihasilkan tidak seperti biasanya, bahkan satu ember pun tidak penuh. Menyaksikan hal itu, si anak heran lalu berteriak memanggil Ibunya. Mendengar teriakan anaknya sang Ibu langsung menuju ke kandang untuk menyaksikan ada kejadian apa yang sebenarnya terjadi.

Melihat yang terjadi sang Ibu teringat akan wasiat kakeknya sebelum meninggal kemudian berkata: "Anakku, Ibu teringat wasiat kakek bahwa terjadinya kerusakan rizki itu disebabkan oleh kedholiman dari penguasa. Berarti kejadian ini menunjukkan bahwa kita akan menghadapi kedholiman itu. Karena itu lebih baik kita berdoa kepada Allah semoga dipendekkan umur kita daripada menyaksikan kedholiman di desa kita."

Selama percakapan antara si ibu dan anaknya, ternyata sang raja diam-diam mendengarkan pembicaraan tersebut. Seolah mendapatkan mutiara di dasar lautan yang sangat berharga, nasehat ibu kepada anaknya itu sangat menyentuh hati Sang Raja. Dalam hatinya terlintas pikiran: "Betapa jahatnya aku, betapa celaka dan hinanya diriku ini
Betapa sholeh nya itu itu, betapa mulianya hati wanita itu. Mengapa Bukan diriku yang berhati mulia."

Sejak saat itu hati Sang Raja gelisah mengingat semua kedholiman yang pernah ia lakukan pada rakyatnya. Atas petunjuk Allah SWT, sang raja akhirnya sadar dan ia berjanji bahwa ia akan bertaubat kepada Allah serta akan kembali ke jalan yang diridhai-Nya, dia akan meninggalkan semua perbuatan zalim sebagai ungkapan terima kasih sang raja, juga akan memberikan hadiah kepada si Ibu yang sholehah itu jika sampai di kerajaan nanti.

Begitu sang raja menyatakan taubatnya, tiba-tiba saat itu juga air susu yang semula tidak keluar mendadak mengalir lagi seperti semula hingga akhirnya bisa memenuhi 10 ember seperti biasanya. Melihat hal itu, sang anak sangat kegirangan dan kembali berteriak memanggil ibunya. Sang ibu yang semula melanjutkan doanya segera menuju ke kandang lagi untuk melihat apalagi yang terjadi kali ini.

Melihat kejadian itu, si ibu sangat bersyukur: "Alhamdulillah anakku, berarti kita masih diselamatkan dari kedholiman penguasa. Ini adalah suatu bukti bahwa penguasa yang semula berniat dholim telah berubah niatnya, karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah."

Keesokan harinya, sang raja berpamitan pulang dan mengucapkan terima kasih atas penghormatan yang si Ibu berikan. Dalam hal ini sang raja tetap dalam penyamarannya seperti layaknya tamu atau pemburu liar lainnya. Iya menunjukkan seolah-olah tidak terjadi apapun semalam.

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah sang raja kembali ke kerajaan, selang beberapa hari sang raja datang kembali ke desa tersebut. Namun kali ini lengkap dengan pakaian kebesaran serta Pasukan Pengawalnya. Sang raja juga membawa puluhan ekor kuda yang memuat berbagai macam barang berharga sebagai hadiah untuk sang ibu dan anak gadisnya.

Melihat kedatangan pasukan kerajaan yang menuju ke rumahnya sang ibu dan anaknya menangis ketakutan. Si Ibu lalu berkata: "Wahai anakku, Apa yang akan terjadi pada kita hari ini, Lihatlah! Raja dan pasukannya menuju ke rumah kita, jangan-jangan inilah saatnya kedatangan raja yang akan berbuat dholim itu. Betapa Malangnya nasib kita jika benar demikian."

Setibanya di tempat yang dituju, Raja turun dari kudanya. Ia segera berlutut di hadapan sang Ibu dan mencium telapak kakinya, karena baginya ibu itu adalah juru selamat dan perantara Allah dalam memberikan hidayah-Nya. Melihat hal itu si Ibu sangat heran. Namun setelah sang raja menceritakan semuanya yang terjadi dan mendengar pengakuan sang raja, maka menangislah si Ibu karena terharu dan bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang diberikan kepada rajanya.

TIGA ORANG YANG DIUJI OLEH ALLOH

Kisah ini diriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa ada suatu kejadian yang menimpa tiga orang Bani Israil. Mereka diberi ujian berupa penyakit yang berbeda-beda. Orang pertama diberi penyakit belang pada kulitnya, yang kedua botak kepalanya dan yang ketiga buta matanya. Semua itu adalah ujian dari Allah SWT.

Suatu hari Allah SWT mengirimkan malaikat kepada mereka bertiga. Pertama malaikat mendatangi Si Belang dan bertanya: "Wahai orang belang! Apakah perkara yang paling Kau sukai di dunia ini?"

Si Belang menjawab: "Yang paling saya sukai adalah warna kulit yang bersih dan hilangnya belang-belang yang membuat semua orang jijik melihatku."

Maka diusaplah badan Si Belang oleh malaikat sehingga menjadi bersih dari penyakit yang menjijikan itu serta diberikan juga oleh Allah SWT warna kulit yang putih dan halus. Selain itu diberikannya juga hewan ternak kesukaan Si Belang, yaitu unta yang sedang mengandung, serta didoakan oleh malaikat Semoga Allah SWT memberkahi untanya itu.

Yang kedua malaikat mendatangi Si Botak dan kemudian menanyainya: "Hai botak, perkara apakah yang paling kamu sukai di dunia ini?"

Si Botak menjawab: "Perkara yang paling hanba sukai adalah rambut yang indah dan hilangnya botak di kepalaku agar orang tidak jijik melihatku."

Lalu malaikat mengusap kepala Si Botak dan diberinya rambut yang indah sehingga tidak botak lagi. Sekarang yang tampak adalah pria yang tampan. Selain itu, juga diberikan kepadanya hewan ternak, yaitu sapi yang sedang mengandung. Kemudian malaikat pun mendoakan semoga Allah SWT memberkahi sapinya itu.

Terakhir malaikat datang kepada si buta dan bertanyalah pada si buta: "Wahai orang buta, kenikmatan apakah yang engkau inginkan di dunia ini?"

Si Buta menjawab: "Aku akan sangat bersyukur sekali apabila Allah SWT mengembalikan mataku sehingga aku bisa melihat indahnya dunia serta menyaksikan keajaiban-keajaiban yang ada di langit dan di bumi."

Selanjutnya malaikat mengusap kedua matanya, sehingga seketika itu juga si buta bisa melihat kembali seperti semula. Adapun harta yang diinginkannya adalah ternak kambing. Maka ia pun diberi kambing yang sedang mengandung hingga nantinya bisa berkembang. Sebelum pergi malaikat mendoakan akan keberkahan kambingnya itu.

Sejak saat itulah hewan-hewan ternak yang diberikan kepada ketiga orang tersebut berkembang dengan pesatnya. Unta yang dipelihara Si Belang telah berbilang ratusan ekor. Sapi yang dimiliki Si Botak juga telah berbilang ratusan ekor. Demikian juga dengan kambing si buta, telah memenuhi beberapa puluh kandang.

Setelah demikian sempurnanya kenikmatan ketiga orang tersebut, Allah SWT kembali mengutus malaikat untuk menguji mereka bertiga.

Yang pertama malaikat mendatangi Si Belang. Kali ini malaikat menjelma sebagai pengemis yang kulitnya belang seperti dirinya dulu, lalu berkata: "Wahai tuan, saya ini seorang pengemis yang kekurangan bekal untuk melanjutkan perjalanan, hari ini saya benar-benar tidak tidak punya apapun kecuali hanya mengharap uluran tangan dari Tuan. Oleh karena itu, saya mohon demi Dzat yang maha kuasa yang memberi Tuan kulit dan wajah tampan, telah memberikan harta sedemikian banyaknya, berilah hamba 1 ekor unta saja untuk bekal perjalanan hamba."

"Wahai pengemis, urusan yang harus aku selesaikan masih banyak, cepat pergi, jangan kau ganggu aku." Sahut Si Belang.

'Sepertinya saya pernah berjumpa dengan Tuan. Bukankah Tuan itu dulunya seorang yang belang seperti saya sehingga dihindari oleh semua orang karena mereka merasa jijik. Dan Tuan juga seorang yang fakir kemudian Allah menyembuhkan penyakit Tuan serta memberi kekayaan agar Tuan bisa menikmati indahnya hidup." Ujar malaikat.

"Tidak!! Kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku." jawab Si Belang.

Maka malaikat pun berkata: "Baiklah, jika apa yang tuan katakan itu ternyata bohong, maka saya doakan agar Allah mengembalikan keadaanmu seperti semula, yaitu belang dan Fakir."

Lalu malaikat mendatangi Si Botak dengan menjelma sebagai seorang pengemis berkepala botak sama seperti keadaannya dulu. "Wahai Tuan yang kaya raya, saya ini seorang fakir yang hina. Saat ini saya sedang melakukan perjalanan jauh. Akan tetapi di tengah-tengah perjalanan ini saya kehabisan bekal, sudilah kiranya Tuan memberi saya seekor sapi saja untuk bekal perjalanan saya." Kata malaikat.

"Maaf, saat ini keperluanku masih banyak, masih banyak kewajiban-kewajiban yang belum aku lakukan, serta masih banyak lagi urusan yang belum aku selesaikan. Saat ini tidak ada lagi waktu untuk meladeni kamu, apalagi memberikan seekor sapi padamu. Itu bukan urusanku. Cepat pergi sana dan jangan ganggu aku lagi!" Jawab Si Botak.

Mendengar jawaban itu malaikat lalu berkata: "Bukankah dahulu kita pernah berjumpa dan aku masih ingat bahwa Tuan adalah seorang yang buta dan fakir. Lalu Allah SWT menyembuhkan serta memberi kekayaan kepada tuan agar Tuan bisa menikmati hidup dan bersyukur kepada Allah SWT. Benarkah demikian Tuan?"

"Tidak Kekayaan ini adalah hasil warisan nenek moyangku dan hasil kerja kerasku selama ini." Sahut Si Botak.

Malaikat berkata lagi: "Baiklah jikalau apa yang telah Tuan katakan itu bohong, maka saya doakan semoga Allah mengembalikan keadaan tuan seperti sedia kala."

Terakhir malaikat mendatangi Si Buta serta menyamar menyerupai keadaan yang sama dengan dirinya dulu. "Ampun Tuan, saya ini orang yang miskin, buta dan lemah. Saat ini saya dalam perjalanan jauh. Bekal saya telah habis. Tiada yang dapat ku harap lagi hari ini dan juga esok kecuali kemurahan dari Allah SWT dan uluran tangan dari Tuan. Demi Dzat yang telah mengembalikan penglihatan Tuan serta memberi harta kekayaan kepada tuan, saya mohon berikanlah padaku seekor kambing untuk melanjutkan perjalanan hidup saya."

Dengan menunduk Si Buta mengingat masa lalunya serta nikmat yang saat ini dirasakannya, ia sangat terharu melihat orang lain yang bernasib sama dengan dirinya dulu. Lalu ia berkata: "Benar, semula saya memang fakir dan buta seperti engkau. Lalu Allah SWT menyembuhkan penglihatanku. Selain itu, aku juga diberi kekayaan sehingga aku bisa menikmatinya seperti sekarang ini dan bisa senantiasa bersyukur kepada Allah. Maka dari itu, ambillah Apa yang kau perlukan dan tinggalkan apa yang tidak perlu. Demi Allah, aku tidak akan menyusahkanmu hari ini atas sesuatu yang kau minta Dengan menyebut nama Allah."

Malaikat lalu menyuruh kepadanya agar menyimpan kembali hartanya seraya berkata. "Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah untuk menguji kalian bertiga, yaitu kamu dan kedua temanmu, Si Belang dan Si Botak. Allah sangat meridhoi kamu dan mengutuk terhadap kedua kawanmu."

Setelah kejadian itu, seiring berjalannya waktu, Si Belang ditimpa berbagai macam malapetaka sehingga penyakit belangnya datang lagi dan semua kekayaannya serta unta-untanya pun habis tak tersisa tanpa kecuali. Begitu juga yang terjadi dengan si Botak, ia kembali botak seperti semula, harta dan semua ternak sapinya tak ada yang tersisa. Lain halnya dengan si buta, keadaannya semakin membaik dan kambingnya semakin berkembang, karena ia telah lulus dari ujian Allah SWT serta mendapat Ridhonya.

KISAH PENCURI JASAD NABI MUHAMMAD SAW

Peristiwa yang memilukan dan nyaris menampar wajah umat Islam terjadi pada tahun 1164 M atau 557 H. Jasad Nabi Muhammad SAW pernah terusik dan nyaris di curi oleh orang kafir Laknatullah. Akhirnya Allah menyelamatkannya dari rencana jahat yang mengancam sang Nabi tercinta.

Usaha-usaha mengambil jasad Nabi dari makamnya untuk dipindah ke tempat lain sudah berkali-kali dilakukan orang, diantaranya adalah yang terjadi pada tahun 557 H (1163 M). Dikisahkan dalam kitab Fusul  min Tarikhil Madinah, sebagaimana telah dicatat oleh sejarawan Ali Hafidz.

Pada tahun itu Sultan Nuruddin Mahmud Zanki yang menguasai Mesir dan Syria, terkenal sebagai raja yang sholeh dan memperhatikan Islam. Pada suatu malam ketika ia tidur di istananya di Damaskus, ia mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW sedang menudingkan tangannya ke arah dua orang berwajah Eropa seraya berkata: "Wahai Mahmud! tolonglah aku dari dua orang ini."

Kemudian ia bangun dan tertegun kaget, lalu berwudhu dan sholat dua rokaat dan tidur lagi. Ketika sudah tertidur dia melihat seperti yang ia lihat tadi. Kemudian terbangun, ambil air wudhu, sholat dan tidur lagi, dan yang untuk ketiga kalinya dia bermimpi seperti yang ia lihat pada mimpi yang pertama.

Tanpa menunggu pagi, saat itu juga ia memanggil menterinya yang sholeh dan taat beragama, bernama Jamaluddin Al-Musilli. Setelah Sultan cerita semua yang ia alami tadi, maka Al-Musilli dengan hati-hati berkata: "Ini pasti terjadi sesuatu yang negatif di Madinah. Sekarang juga kita harus ke sana dan harus kita rahasiakan dahulu peristiwa yang sultan alami tadi."

Malam itu juga Sultan segera mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan dari Damaskus ke Madinah yang memakan waktu 16 hari dengan mengendarai kuda bersama 20 pengawal serta banyak sekali harta yang diangkut oleh puluhan kuda. Sesampainya di Madinah, Sultan langsung menuju masjid Nabawi untuk melakukan sholat di Roudhoh dan berziarah ke makam Nabi SAW. Sultan bertafakur dan termenung dalam waktu yang cukup lama di depan makam Nabi SAW, ia bingung dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Berkatalah menteri kepada Sultan: "Dapatkah tuan Sultan memastikan dua orang itu kalau sekarang tuan Sultan melihatnya?", "Ya pasti" jawab Sultan.

Maka menteri langsung berdiri dan mengemukakan agar semua penduduk Madinah datang ke masjid, karena Sultan akan membagikan hadiah dan sedekah, jangan sampai ada yang ketinggalan. Kemudian satu per satu penduduk Madinah datang dan dicatat di depan Sultan. Sampai pada orang yang terakhir, Sultan tidak melihat orang yang terlihat dalam mimpi. Lantas Sultan bertanya: "Masih adakah yang lain?"

Penduduk Madinah kemudian menjawab: "Memang masih ada, yaitu dua orang jamaah haji dari Maroko yang mukim di sini. Mereka sholeh dan kaya. Sering memberi sedekah dan selalu sholat berjamaah di Masjid Nabawi. Mereka merasa sudah cukup sehingga tidak perlu ambil sedekah atau hadiah."

"Datangkan mereka ke sini sekarang juga!".... Perintah Sultan.

Terkejutlah Sultan ketika melihat dua orang itu persis dengan yang ia lihat dalam mimpi. Lalu ia bertanya: "Darimana asal kalian berdua?"..... "Kami berdua dari Maroko, kami berdua beribadah haji dan ingin bermukim di dekat makam Nabi satu tahun", jawab mereka. "Apakah keterangan kalian dapat saya percayai?".... Desak Sultan agar mereka mengaku yang sebenarnya. Namun, tetaplah mereka bersikeras pada keterangannya dan tidak mengakui apa yang mereka kerjakan sebenarnya.

Maka Sultan datang ke rumah yang mereka sewa (rumah dekat makam nabi dari arah kiblat) dan sesampainya di rumah itu yang ditemuinya adalah tumpukan harta, sejumlah buku dalam rak dan dua buah mushaf Alquran. Lalu Sultan berkeliling ke kamar sebelah. Saat itu Alloh memberikan ilham. Sultan Mahmud tiba-tiba berinisiatif membuka tikar yang menghampar di lantai kamar tersebut. Masya Alloh..... Subhanalloh.... ternyata ada lubang gua.

Semuanya yang melihat jadi terkejut dan Sultan memerintahkan salah satu pengikutnya untuk masuk. Dan Alangkah terkejutnya, ternyata lubang itu menuju arah bawah masjid Nabawi dan sudah menembus tembok masjid, hampir sampai tembok makam Nabi. Seketika itu juga, Sultan segera menghampiri kedua lelaki berambut pirang tersebut dan menghantamnya dengan sangat keras "Pluaak....Pluook...." Keduanya pun jatuh tersungkur.

Setelah bukti ditemukan, mereka mengaku diutus oleh raja Nasrani di Eropa, misinya untuk mencuri jasad Nabi saw. Isi pengakuan mereka adalah: 1- Mereka adalah dua orang Kristen dari Spanyol, datang ke Madinah menyamar sebagai jamaah haji dari Maroko. 2- Maksud kedatangannya adalah melaksanakan tugas suci dari Liga Kristen Internasional untuk mengambil jasad Nabi Muhammad SAW dan dibawa ke Eropa. 3- Dengan menggali terowongan dan membuang tanah galian ke Baqi', setiap malam mereka optimis berhasil mengambil jasad Nabi SAW. 4- Semua biaya ditanggung oleh Liga tersebut.

Pada Pagi harinya setelah mengakui semua perbuatannya mereka dihukum pancung di sebelah timur makam Nabi SAW dan disaksikan semua Penduduk Madinah. Karena peristiwa tersebut, Sultan memerintahkan untuk memperkuat bangunan makam Nabi SAW dengan menggali sekelilingnya sedalam 15 meter, kemudian dicor atau dibeton dengan timah. Setelah pembangunan selesai Sultan Mahmud dan rombongan pulang ke negeri Syam untuk kembali memimpin kerajaannya.

SEORANG LELAKI MEMBUKTIKAN RIZKI

Ada seorang lelaki yang tidak percaya bahwa rizki datangnya semata-mata karena Allah SWT. Ia berpikir jika seseorang tidak mau berusaha mencari rizki, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan rezeki. Dia ingin membuktikan bahwa apakah benar rizki itu datangnya dari Allah, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, bila saatnya tiba maka akan datang dengan sendirinya. Dengan kata lain, rizki datangnya secara paksa seperti halnya kematian, tidak bisa ditawar-tawar ataupun dihindari.

Untuk membuktikan hal tersebut, ia memutuskan untuk menyendiri di sebuah jurang di dalam hutan yang terpencil jauh dari keramaian orang. Ia telah bertekad bulat untuk tidak makan ataupun minum. Ia juga tidak berusaha mencari makanan atau minuman. Satu jam berlalu, ia tetap bertahan dalam kesendiriannya dan tekadnya. Tidak ada sesuatu apapun yang masuk dalam perutnya.

Tak lama kemudian, sekelompok pedagang melewati daerah itu. Salah satu dari pedagang terpisah dari rombongan. Ia berjalan seorang diri mencari kawan-kawannya. Di tengah pencariannya, tak sengaja ia melintasi jurang tempat di mana si lelaki menyendiri. Ia pun mencoba untuk menanyai lelaki itu: "Permisi Pak, apa yang sedang Bapak kerjakan di sini?"

Lelaki itu tetap diam membisu tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutnya sebagai jawaban atas pertanyaan si pedagang. Melihat si lelaki itu hanya diam saja, maka si pedagang berusaha mendekati si lelaki itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukan lelaki ini. Ia pun mencoba kembali menyapanya: "Pak Ada yang bisa saya bantu? Apakah anda baik-baik saja?"

Mengetahui lelaki itu diam saja dan tidak menjawab, ia pun memanggil kawan-kawannya yang ternyata berada tidak jauh dari jurang. Ia pun menceritakan kepada kawan-kawannya tentang seorang lelaki yang ada di sebuah jurang. Mendengar cerita dari temannya, rombongan pedagang itu pun berbondong-bondong menuju jurang. Mereka ingin melihat lelaki yang diceritakan temannya itu.

Sesampainya di jurang, rombongan pedagang itu mengerumuni si lelaki. Ada yang bertanya, ada yang hanya melihat. Banyak di antara mereka berpikir, "Mungkin lelaki ini sangat kelaparan sehingga tidak punya tenaga untuk berbicara dan makan." Mereka pun berusaha menyuapi si lelaki, tapi apa yang terjadi, mulut si lelaki terkunci rapat, dibuka pun sangat sulit, apalagi disuapi. Jadi bagaimana mungkin ada makanan yang masuk kedalam mulutnya. Di tengah kebingungan orang banyak, salah satu diantara mereka menawarkan ide: "Bagaimana kalau kita buka secara paksa mulut lelaki ini, mungkin karena terlalu lama tidak makan giginya menjadi terkatup, apakah ada yang mempunyai alat untuk membuka giginya?"

Salah seorang dari rombongan pedagang itu menjawab: "Aku punya kampak, linggis, pisau kecil dan obeng. Mungkin obeng ini bisa kita gunakan."

"Baiklah kita gunakan obeng ini, siapa tahu bisa membantu untuk membuka mulutnya.".... Sahut salah seorang temannya.

Si pedagang itu menerima obeng dari temannya. Ketika obeng itu akan dimasukkan ke dalam mulut si lelaki, tiba-tiba si lelaki berteriak ketakutan: "Jangan kalian gunakan obeng itu untuk membuka mulutku! Aku baik-baik saja, aku bisa makan makanan ini sendiri tanpa perlu kalian buka mulutku dengan obeng."

Si lelaki itu pun kemudian menjelaskan apa yang sedang ia lakukan di jurang, bahwa ia sedang membuktikan apakah benar izki itu datangnya dari Allah, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka. Bila saatnya tiba maka akan datang dengan sendirinya. Dengan kata lain, meski datangnya secara paksa, seperti halnya kematian, tidak bisa ditawar-tawar ataupun dihindari. Dengan kejadian yang baru saja terjadi, akhirnya membuat si lelaki percaya bahwa rizki itu datangnya dari Allah tanpa ada hubungan daya upaya dari manusia sedikit pun.

QODHO' SHOLAT UNTUK ORANG YANG SUDAH MATI

★ PERTANYAAN:
Salah seorang keluarga si A meninggal dunia. Selama 2 bulan terakhir, dia tidak mengerjakan sholat karena sakit. Lalu dia berwasiat, kalau mati nanti supaya sholatnya diqodho' oleh ahli warisnya. Bagaimana hukumnya menqodho' sholat untuk orang yang sudah mati?

★ JAWABAN:
Sholat merupakan ibadah mahdhoh, yaitu ibadah yang dilakukan seorang hamba dengan langsung berhubungan dengan sang Kholiq. Maka pertanggungjawabannya kepada Alloh SWT secara pribadi. Berkaitan dengan sholat yang pernah ditinggalkan oleh orang yang mati, maka tidak ada kewajiban qodho' bagi ahli warisnya. Demikian juga, mereka tidak berkewajiban menebusnya dengan harta yang ditinggalkan si mayit. Hanya saja sebagian ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa sholat yang ditinggalkan si mayit boleh diqodho' oleh ahli warisnya, baik sebelum meninggal dunia dia berwasiat atau tidak.

(فَائِدَةٌ) مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَلَاةٌ فَلَا قَضَاءَ وَلَا فِدْيَةَ وَفِيْ قَوْلٍ كَجَمْعِ مُجْتَهِدِيْنَ أَنَّهَا تُقْضٰى عَنْهُ لِخَبَرِ الْبُخَارِيِّ وَغَيْرِهِ وَمِنْ ثَمَّ اِخْتَارَهُ جَمْعٌ مِنْ أَئِمَّتِنَا وَفَعَلَ بِهِ السُّبْكِيُّ عَنْ بَعْضِ أَقَارِبِهِ وَنَقَلَ اِبْنُ بُرْهَانٍ عَنِ الْقَدِيْمِ أَنَّهُ يَلْزَمُ الْوَلِيَّ إِنْ خَلَفَ تِرْكَةً أَنْ يُصَلِّيَ عَنْهُ  كَالصَّوْمِ. (إعانة الطالبين، ج ١ ص ٢٤)

Artinya:
(Faedah) barangsiapa yang mati dan punya tanggungan sholat, maka tidak wajib qodho' dan membayar tebusan (oleh ahli warisnya). Dan dalam satu pendapat seperti pendapat segolongan mujtahid, bahwa sholat itu diqodho' karena ada hadis riwayat Imam Bukhari dan lainnya. Dari sanalah, lalu segolongan Imam-imam kita (Syafi'iyah) memilihnya. Imam Subki pernah mengerjakan (qodho' sholat) itu untuk kerabatnya. Ibnu Burhan menukil dari qoul qodim bahwa jika si mayit meninggalkan harta, maka keluarganya wajib menqodho' sholat untuknya sebagaimana puasa. (Kitab I'anatut Tholibin Juz 1 halaman 24)

Jadi, kalau mengikuti pendapat ini, maka sholat yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia itu boleh diganti (qodho') oleh keluarganya.

Wallohu a'lam

BEKERJA ITU TIDAK BISA MENAMBAH JATAH REZEKI

Di dalam Kitab Minhajul Abidin (مِنْهَاجُ الْعَابِدِيْنَ) karya Imam Ghozali halaman 49 terdapat keterangan sebagai berikut:

فَإِنْ قُلْتَ : هَلْ يَزِيْدُ الرِّزْقُ بِالطَّلَبِ وَهَلْ يَنْقُصُ بِتَرْكِ الطَّلَبِ؟ قُلْتُ: كَلَّا فَإِنَّهُ مَكْتُوْبٌ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ مُقَدَّرٌ وَمُؤَقَّتٌ وَلَا تَبْدِيْلَ لِحُكْمِ اللّٰهِ وَلَا تَغْيِيْرَ لِقِسْمَتِهِ وَكِتَابِهِ. هٰذَا هُوَ الصَّحِيْحُ عِنْدَ عُلَمَائِنَا رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ.

Artinya:
Lalu jika engkau berkata: "Apakah rezeki dapat bertambah dengan mencarinya (bekerja) dan apakah rezeki dapat berkurang dengan tidak mencarinya (tidak bekerja/nganggur)?" Maka aku (Imam Ghozali) berkata: "Sekali-kali tidak, karena sesungguhnya Rezeki itu telah tercatat di Lauhul Mahfudz yang telah ditentukan dan dipastikan, dan tidak ada pertukaran bagi keputusan Allah, dan tidak ada perubahan bagi pembagiannya dan catatannya." Ini merupakan pendapat yang shohih (benar) menurut ulama kita, semoga Alloh meridhoi mereka.

IBLIS BERJUBAH WALI

Saya mau curhat sedikit. Seperti yang pembaca lihat, judulnya saya akui memang agak provokatif. Bagaimana tidak, sebab figur IBLIS dan WALI memiliki kontradiksi dalam segala hal. Mata orang awam bahkan sudah dapat menilai dengan tegas dan jelas mana yang Wali dan mana yang iblis.

Tapi kawan, ada kalanya dalam hidup ini batas antara kewalian dan iblisisme itu menjadi begitu samar dan rabun. Batas yang seharusnya jelas itu bahkan tampak seperti kabut di pagi hari. Hari yang sejuk terasa di kulit, tapi menghalangi kejernihan pandangan mata. Bukankah jauh lebih berbahaya bila kita menempuh suatu perjalanan dengan mata yang terhalang ketimbang kita terlena dengan sejuknya perjalanan. Jauh lebih selamat bila kita dapat melihat jalur apa yang sedang kita lalui.

Ada satu kisah menarik. Anda tahu salah seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Ibnu Ummi maktum? Nama aslinya adalah Abdulloh, dan ia adalah seorang sahabat yang tuna netra. Namun demikian, ia terkenal sebagai seorang yang gigih keimanan dan keislamannya, serta lurus jalan hidupnya. Oleh karena itu, setiap nabi Muhammad SAW memimpin ghozwah (perang), Beliau meminta Ibnu Ummi maktum untuk menjadi walikota di Madinah menggantikan tugas tugas kenegaraan Beliau.

Nah...... sebagai seorang tuna netra, tentu sahabat Ibnu Ummi maktum ini memiliki ketergantungan kepada bantuan orang lain dalam banyak hal, termasuk sholat jamaah di masjid. Setiap hari, setiap akan sholat, ia selalu berangkat bersama seorang sahabat. Hal itu berlangsung lama. Sampai Alloh menakdirkan sahabat yang selalu menemaninya ke masjid itu meninggal dunia. Setelah sang pengantar meninggal, Ibnu Ummi maktum menemui kesulitan untuk ke masjid. Ditambah lagi rumahnya juga cukup jauh dari masjid. Maka pada suatu hari,  ia menemui Nabi Muhammad SAW dan bertanya: "Ya Rosulalloh.... Bolehkah saya sholat di rumah saja? Saya seorang yang buta. Sulit bagi saya untuk selalu ke masjid."

Mendengar hal itu, yang mulia Nabi Muhammad SAW bersabda: "Apakah engkau masih bisa mendengarkan suara adzan?" (maksudnya: engkau memang buta, tapi apa engkau juga tuli?)

Ibnu Ummi maktum menjawab: "Sungguh saya masih sangat mendengar setiap seruan adzan yang dikumandangkan ya rosulalloh."

Lalu nabi bersabda: "Kalau begitu, datanglah untuk selalu berjamaah bersama kami."

Setelah mendengar sabda Nabi SAW, Ibnu Ummi maktum melihat, dia tidak punya pilihan lain selain taat pada Rasulullah SAW.

Pada keesokan harinya, terdengarlah alunan suara Bilal yang sedang mengumandangkan adzan sholat subuh. Ibnu Ummi maktum pun segera berangkat ke masjid. Namun malang, karena tidak mampu melihat, maka ia tersandung batu dan terjatuh hingga keningnya berdarah. D ia berusaha bangkit, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menolong dan mengantarnya ke masjid. Sang penolong yang ternyata masih muda itu juga mengantar Ibnu Ummi maktum setelah selesai jamaah sampai ke rumah. Tidak hanya itu, dia juga bahkan berjanji, esok, lusa dan seterusnya, untuk mengatur dan menjemput Ibnu Ummi maktum ke masjid hingga sepulang dari masjidnya.

"Mengapa kau begitu baik padaku?" tanya sahabat Ibnu Ummi maktum.

"Ah, Tak apa. Kita memang harus saling menolong antar sesama makhluk Alloh." jawab sang Pemuda.

"Kalau begitu, tolong beritahu aku siapa namamu anak muda?" Pinta Ibnu Ummi maktum.

"Untuk apa?".... Tanya sang Pemuda.

Ibnu Ummi maktum tersenyum dan berkata: "Aku akan berdoa kepada Alloh agar kau selalu diberi rahmat dan lindungan-Nya. Aku juga akan memohon kepada Rasululloh agar Beliau juga mendoakanmu. Sekarang katakan Siapa namamu!"

"Oh..... tidak usah seperti itu. Tidak apa-apa. Anda tidak perlu repot-repot mendoakan dan memperdulikan saya. Nanti saat masuk waktu dzuhur saya akan kembali. Sekarang Saya permisi dulu." Sang pemuda meminta izin.

"Anak muda.... kalau kau bersikeras tidak memberi tahu namamu, aku bersumpah, demi Alloh aku juga tak mau dan tak butuh bantuanmu!".... Ancam Ibnu Ummi maktum.

Melihat kekerasan dan kebulatan tekad Ibnu Ummi maktum, sang Pemuda akhirnya mengalah dan menjawab: "Baiklah, perkenalkan akulah yang disebut IBLIS."

Ibnu Ummi maktum Kaget dan berkata: "Jangan main-main kamu terhadap orang tua!"

"Aku tidak main-main atau berdusta. Aku adalah iblis. Akulah yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga."

Ibnu Ummi maktum terdiam sesaat lalu bertanya: "Kalau kau memang IBLIS, seharusnya kau menghalangiku untuk beribadah ke masjid. Kenapa malah menolong dalam mempermudah ibadahku?"

IBLIS berkata: "Wahai Abdulloh, sesungguhnya saat kau terjatuh tadi, Alloh SWT berfirman: {Hambaku terjatuh untuk menuju-Ku. Darahnya mengalir untuk menemui ridho-Ku. Maka, saksikanlah wahai para malaikat! Setiap ia terjatuh..... hapuslah setengah dari dosa-dosanya dan naikkan derajatnya}. Dengan sekali jatuh Allah mengampuni setengah dosamu. Aku menolongmu sebab aku khawatir, bila kau jatuh untuk kedua kali, maka dosa-dosamu akan diampuni semuanya. Aku tidak bisa membiarkan itu. Biarlah aku membantumu, dengan harapan, setengah dari dosamu sudah cukup untuk menyeretmu menjadi golonganku."

Pembaca yang budiman, apa yang dapat kita petik? Adakalanya terkadang IBLIS itu menghiasi perbuatan buruk seolah-olah ia adalah suatu kebaikan. Adakalanya iblis menjadikan perkara yang sunnah mengalahkan perkara yang wajib. Memelihara jenggot memang dikategorikan sunnah. Tapi, manfaatkah hal itu kalau kita kemudian mencela saudara seagama yang tidak berjenggot? Padahal memelihara ukhuwah (persaudaraan) adalah perkara yang wajib. Adakalanya IBLIS, membuat seseorang rajin beribadah dan rajin beramal sambil menyelipkan sifat riya' dalam hatinya. Sehingga ia merasa sesholeh WALI. Padahal amalannya hanya akan jadi debu di hadapan Allah SWT.

TAUBATNYA SEORANG PEMBUNUH

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim bahwa pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang berkelakuan sangat buruk. Bahkan bisa dikatakan si Pemuda itu adalah seorang ahli maksiat. Telah banyak kemaksiatan berat yang sudah ia lakukan. Ia telah menghilangkan nyawa 99 orang. la seorang peminum berat dan juga ahli zina. Setiap hari perbuatan itu telah ia lakukan. Segala bentuk kemaksiatan sudah pernah ia lakukan.

Suatu ketika dalam hati kecilnya ada keinginan untuk bertaubat. Ia ingin mencari jalan kebenaran. la ingin menjadi orang baik. Dengan niat ingin bertaubat, ia mencari seorang kiai yang bisa menunjukkan kepadanya bagaimana cara bertaubat. Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan seorang kiai. la pun mengutarakan keinginannya untuk bertaubat, "Pak kiai, saya ini seorang ahli maksiat. Telah banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat ini saya datang kepada Kiai dengan niat untuk bertaubat."

"Sebesar apakah dosamu?" tanya Kiai.

"Dosa saya amat besar, melebihi gunung,
melebihi air di samudra. Bahkan melebihi dunia ini," jawab si Pemuda.

"Dosa apa saja yang telah kamu lakukan,
sampai-sampai bisa melebihi gunung, melebihi air di samudra, bahkan melebihi duni ini?" tanya Kiai dengan penuh keheranan.

"Segala bentuk keimaksiatan dan dosa besar telah saya lakukan. Saya telah membunuh 99 orang. Minum-minuman keras dan zina telah menjadi pekerjaan saya sehari-hari, " jelas si Pemuda.

Sang Kiai sangat terkejut mendengar pengakuan si Pemuda. Bahkan hampir saja ia tidak bisa berkata-kata. "Dosamu sangatlah besar. Terlalu banyak kemaksiatan yang telah kamu lakukan. Hidupmu bergelimangan dengan dosa. Allah tidak akan mungkin mengampunimu," kata sang Kiai dengan nada tinggi.

Mendengar jawaban sang Kiai, si Pemuda naik pitam. Ia tersinggung dengan jawaban sang Kiai. Tanpa pikir panjang ia bunuh kiai itu. Hingga genaplah 100 nyawa melayang ditangannya.

Tetapi niat dia untuk bertaubat tidak berhenti sampai disitu saja. la masih mempunyai keinginan yang kuat untuk bertaubat. Ia pun kembali berjalan untuk mencari kiai yang lain. Tak berapa lama kemudian, ia menemukan seorang kiai. Dengan niat untuk bertaubat, ia pun mengatakan hal yang sama seperti ketika ia menemui kiai yang pertama tadi, "Pak kiai, saya ini seorang ahli maksiat. Telah banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat ini saya datang kepada Kiai dengan niat untuk bertaubat."

"Sebesar apakah dosamu?" tanya Kiai.

"Dosa saya amat besar, melebihi gunung,
melebihi air di samudra. Bahkan melebihi dunia ini," jawab si Pemuda.

"Dosa apa saja yang telah kamu lakukan,
sampai-sampai bisa melebihi gunung, melebihi air di samudra, bahkan melebihi dunia ini?" tanya Kiai dengan penuh keheranan.

"Segala bentuk kemaksiatan dan dosa besar telah saya lakukan. Saya telah membunuh 99 orang dan seorang kiai. Minum minuman keras dan zina telah menjadi pekerjaan saya sehari-hari," jelas si Pemuda.

Dengan tenang dan muka tersenyum, sang Kiai menjawab, "Sebesar apapun dosamu tidak akan pernah melebihi besarnya rahmat Allah."

Mendengar jawaban sang Kiai, si Pemuda merasa agak sedikit tenang. Dengan ragu-ragu ia bertanya, "Jika saya bertaubat, apakah taubat saya akan
diterima oleh Allah?"

Dengan tegas sang Kiai menjawab, "Insya Allah akan diterima oleh Allah jika kamu berniat sungguh-sungguh untuk bertaubat dan melakukan taubat dengan benar dan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah."

"Kalau begitu apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya supaya saya bisa bartaubat?" tanya si Pemuda dengan penuh semangat.

"Kalau kamu benar-benar ingin bertaubat,
tinggalkan desa kamu, jangan lagi kamu tinggal di situ. Desa tempat tinggal kamu sekarang ini adalah desa yang penuh maksiat. Banyak masyarakat yang melakukan perbuatan maksiat. Jika kamu tetap tinggal di situ, tidak baik untuk keimanan kamu yang sedang
ingin memulai untuk belajar. Saya sarankan, pergilah kamu ke desa seberang. Di sana penduduknya ramah dan yang terpenting sebagian besar masyarakat di sana adalah masyarakat yang ahli beribadah. Dengan
lingkungan tempat tinggal yang baik, Insya Allah kamu akan mendapat ilmu agama dengan cepat. Akan banyak orang di sana yang akan membantu kamu untuk mendapatkan ilmu sebanyak -banyaknya," jawab sang Kiai panjang lebar.

Si Pemuda itupun menuruti saran sang Kiai. Ia pun berjalan menuju desa yang dimaksud oleh sang Kiai. Tapi siapa sangka, di tengah perjalanan menuju desa seberang, si Pemuda jatuh terpeleset. Ia meninggal seketika itu juga.
Kematian si Pemuda ternyata membuat
Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab saling berebut, mereka memperebutkan si Pemuda. Menurut Malaikat Rahmat, si Pemuda berhak mendapatkan Surga karena ia telah berniat untuk bertaubat, walaupun belum sempat melakukan pertaubatan. Sedangkan menurut
Malaikat Azab, si Pemuda tidak berhak mendapatkan Surga karena ia belum mencapai desa yang disarankan oleh sang Kiai. Malaikat Azab akan membawa si Pemuda ke Neraka untuk mempertanggungjawabkan perbuatan maksiat yang telah banyak ia lakukan.

Perdebatan antara Malaikat Rahmat dan
Malaikat Azab akhirnya membuat Allah Swt. mengutus malaikat yang menyerupai manusia untuk menyelesaikan persoalan ini. Allah Swt. meminta malaikat untuk mengukur jarak dari tempat si Pemuda meninggal ke desa yang ditinggalkan, juga ke desa yang dituju. Lebih dekat ke arah manakah? Jika lebih dekat ke arah desa yang dituju berarti si Pemuda berhak dibawa oleh Malaikat Rahmat ke Surga. Begitu juga sebaliknya, jika lebih dekat ke arah desa yang ditinggalkan berarti Malaikat Azab membawanya ke Neraka.

Akhirnya setelah diukur, ternyata lebih dekat sejengkal ke arah desa yang dituju, yang disarankan oleh sang Kiai. Dengan gembira, Malaikat Rahmat memanggul si Pemuda dan membawanya ke Surga. la telah mendapatkan rahmat dan pengampunan dari Allah Swt.