Nabi Sulaiman as. diberi kekuasaan yang cukup besar oleh Alloh Swt. Dan kalau beliau memakai cincinnya maka jin, manusia, setan, dan binatang-binatang langsung hadir seketika itu juga, patuh berada di bawah kekuasaannya.
Terdapat beberapa
riwayat yang menjelaskan bahwa setan-setan pun dipekerjakan oleh sang Nabi
Sulaiman as., seperti untuk mengangkat dan membawa atau mengambil bebatuan dan
mengirim pasir dari suatu negeri ke negeri lainnya, demi memberdayakan
pembangunan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu ketika Nabi Sulaiman as. memohon kepada Alloh, “Ya Alloh, Engkau telah menundukkan bagiku manusia, jin, binatang buas, burung-burung, dan para malaikat. Ya Alloh, aku ingin menangkap Iblis lalu memenjarakan, merantai dan mengikatnya, sehingga manusia tidak berbuat dosa dan maksiat lagi.”
Alloh Swt kemudian mewahyukan kepada Nabi Sulaiman as, “Wahai Sulaiman, tidak ada baiknya jika Iblis ditangkap.” Nabi Sulaiman as. tetap memohon, “Ya Alloh, keberadaan makhluk terkutuk ini tidak memiliki kebaikan."
Alloh Swt menjawabnya, “Jika Iblis tidak ada, maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan.” Nabi Sulaiman as. berkata, “Ya Alloh, aku ingin menangkap makhluk terkutuk ini selama beberapa hari saja.” Alloh Swt menjawabnya lagi, “Baiklah, tangkaplah Iblis!" Kemudian Nabi Sulaiman as. pun menangkapIblis, merantai dan memenjarakannya.
Setelah beberapa waktu, Nabi Sulaiman as. merajut tas. Beliau makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Suatu hari, beliau membuat tasuntuk dijual di pasar. Dari hasil penjualan tas, beliau hendak membeli gandum sekadarnya untuk membuat roti. Padahal, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa setiap hari di dapur istana Nabi Sulaiman dimasak 4.000 ekor unta, 5.000 ekor sapi, dan 6.000 ekor kambing. Meski demikian, Nabi Sulaiman as. tetap membuat tas dan menjualnya ke pasar untuk mencari makan.
Keesokan harinya, Nabi Sulaiman as. mengutus anak buahnya untuk menjualkan tasnya ke pasar. Mereka melihat pasar itu tutup dan tak ada yang berdagang sama sekali. Mereka kembali dan mengabarkan hal itu kepada Nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman as. bertanya, “Apa yang telah terjadi?" Mereka menjawab, “Kami tidak tahu.”
Ya, tas buatan Nabi Sulaiman as. tidak bisa dijual. Malam itu, Nabi Sulaiman as. hanya minum segelas air. Hari berikutnya, anak buah Nabi Sulaiman as. kembali hendak menjual tas itu di pasar. Mereka kembali dengan membawa berita bahwa pasar tetap tutup dan semua orang pergi ke pekuburan, sibuk menangis dan meratap. Semua orang bersiap-siap melakukan perjalanan ke Alam Akhirat. Nabi Sulaiman as. bertanya kepada Alloh, “Ya Alloh, apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa orang-orang tidak bekerja mencari nafkah?”
Alloh Swt mewahyukan kepada Nabi Sulaiman as., “Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap Iblis, akibatnya manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankah sebelumnya telah Aku katakan kepadamu bahwa menangkap Iblis itu tidak mendatangkan kebaikan?"
Mendengar itu, Nabi Sulaiman as. segera membebaskan Iblis. Esok harinya, orang-orang bergegas ke pasar dan membuka toko mereka masing-masing. Mereka pun sibuk bekerja dan mencari nafkah.
Dari kisah tersebut kita dapat memahami lebih jelas hikmah yang tersembunyi di balik keberadaan Iblis. Dengannya juga, kisah tersebut bisa menjadi sebuah jawaban atas persoalan yang diangkat dalam prakata buku ini. Jadi sebagaimana api, keberadaan Iblis tidak semuanya sia-sia; api membakar, merusak, menghancurkan, namun di balik keberadaannya yang selalu berfungsi untuk membakar, kehadirannya juga banyak bermanfaat dan menjadi kebutuhan manusia sehari-hari.
Kita bisa saja menaruh panci untuk memasak di atasnya. Kita bisa mendidihkan air dengannya. Kita dapat membentuk logam dan besi dengannya. Kita bisa jadikan ia obor sebagai lentera penerangan, tetapi sungguh kita takkan pernah menaruh diri kita sendiri di atasnya, kita pasti akan menjauhkan diri, dan tidak sampai ingin tersentuh olehnya.
Iblis adalah cermin
segala keburukan dan kejahatan. Iblis adalah lawan yang tanpanya takkan ada
pertarungan. Iblis adalah sosok yang mesti hadir dalam panggung kehidupan,
namun bukan untuk dipuja atau dijadikan idola, melainkan untuk dilanggar,
dijauhkan, diperangi dan dikalahkan.