Cukup lama aku merenungkan kisah yang diceritakan oleh Ibnu Asakir dalam buku sejarahnya tentang seseorang yang disebutnya dengan nama Abu Yahya As-Sukari. Orang ini pernah berkata: "Ketika aku memasuki masjid Damasqus, aku melihat beberapa halaqoh (perkumpulan belajar). Diam-diam, aku berkata: `Negeri ini pernah disinggahi oleh para sahabat, tentunya ulama di sini telah mewarisi ilmu mereka`."
Abu Yahya pun bergabung dengan salah satu kelompok belajar tersebut, dan di tengah-tengah mereka, duduk seorang syeh. Abu Yahya ikut duduk di antara mereka. Seorang anggota kelompok itu bertanya kepada syeh: "Siapakah Ali bin Abu Tholib itu?"
Syeh itu menjawab: "Seseorang yang lemah, yang pernah tinggal di Irak dan diikuti oleh sejumlah orang. Lalu, Amirul Mukminin hendak memeranginya, maka Alloh memberikan kemenangan kepada Amir."
Tentu saja, Abu Yahya merasa kaget dengan jawaban itu. Jawaban yang telah mendiskreditkan Ali bin Abu Tholib, Kholifah Ar-Rasyidin keempat dan salah seorang yang diberi berita gembira dengan surga. Dia segera meninggalkan halaqoh karena merasa heran atas kebodohan yang amat buruk itu.
Sebenarnya, dia (Abu Yahya As-Sukari) tak perlu heran, karena sikap semacam itu memang sengaja diciptakan melalui propaganda sesat yang dirancang dinasti Umayyah.
Akan tetapi, yang didengar oleh Abu Yahya sesudah itu lebih aneh dan lebih mengherankan lagi. Setelah beranjak meninggalkan halaqoh tadi, dia melewati seorang syeh yang sedang sholat di salah satu sisi masjid. Dia melihat Syeih itu berpenampilan rapi, bersikap santun, sempurna rukun-rukun shalotnya, terlihat khusyuk, dan tampak tanda-tanda kebaikan pada dirinya. Abu Yahya hendak mengadukan apa yang merisaukan hatinya dan menyakitkan jiwanya, seraya bertutur: "Ya Syeh, aku seseorang yang berasal dari Irak. Aku pernah duduk bersama halaqoh itu." Dan dia pun menceritakan kisahnya.
Syeh itu berkata: "Dalam masjid ini memang banyak keanehan. Aku diberi tahu bahwa sebagian penghuni masjid ini sering mencela Abu Muhammad Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi. Adapun Ali bin Abu Tholib, siapakah dia?" Kemudian syeh itu pun menangis.
Sebagian orang yang ditemuinya kemudian ternyata tidak kalah bodohnya dengan syeh yang menangis ini. Orang-orang yang memuji-muji Abu Muhammad Al-Hajjaj, lalu mencela Ali bin Abu Thalib seraya berkata, "Siapa dia?" tidak pantas untuk dilayani berdebat.