Tuesday, October 1, 2024

KISAH HIKMAH DIBALIK TRAGEDI PEMBUNUHAN

Dalam kitab An-Nawadir (اَلنَّوَادِرُ) ---karya Imam al-Qolyubi--- halaman 105 terdapat keterangan sebagai berikut:


اَلْحِكَايَةُ الْعِشْرُوْنَ بَعْدَ الْمِائَةِ: فِي الْاِنْتِقَامِ وَلَوْ بَعْدَ حِيْنٍ. 

حُكِيَ عَنْ وَهْبٍ بْنِ مُنَبِّهٍ أَنَّهُ قَالَ: كَانَ عَابِدٌ مِنْ عِبَادِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ يَعْبُدُ اللّٰهَ فِيْ صَوْمَعَةٍ عَلٰى جَانِبِ نَهْرٍ كَانَ بِقُرْبِهِ قَصَّارٌ يُقَصِّرُ الثِّيَابَ، فَجَاءَ فَارِسٌ مَعَهُ هِمْيَانٌ، فَنَزَعَ ثِيَابَهُ وَ هِمْيَانَهُ وَاغْتَسَلَ فِي النَّهْرِ، ثُمَّ لَبِسَ ثِيَابَهُ وَنَسِيَ هِمْيَانَهُ وَذَهَبَ. فَجَاءَ صَيَّادٌ يَصِيْدُ السَّمَكَ بِشَبَكَةٍ فَرَأٰى الْهِمْيَانَ فَأَخَذَهُ وَمَضٰى، ثُمَّ رَجَعَ الْفَارِسُ فَلَمْ يَجِدْ هِمْيَانَهُ، فَقَالَ لِلْقَصَّارِ: نَسِيْتُ هِمْيَانِيْ هُنَا. فَقَالَ لَهُ: مَا رَأَيْتُهُ. فَسَلَّ الْفَارِسُ سَيْفَهُ وَقَتَلَ الْقَصَّارَ. فَلَمَّا رَأَى الْعَابِدُ ذٰلِكَ كَادَ أَنْ يَفْتَتِنَ وَقَالَ: إِلٰهِيْ وَسَيِّدِيْ، يَأْخُذُ الصَّيَّادُ الْهِمْيَانَ وَيَقْتُلُ الْقَصَّارَ. فَلَمَّا جَاءَ اللَّيْلُ وَنَامَ الْعَابِدُ أَوْحَى اللّٰهُ إلَيْهِ فِيْ مَنَامِهِ: أَيُّهَا الْعَابِدُ الصَّالِحُ لَا تَفْتَتِنْ وَلَا تَدْخُلْ فِيْ عِلْمِ رَبِّكَ وَاعْلَمْ أَنَّ الْفَارِسَ كَانَ قَتَلَ أَبَا الصَّيَّادِ وَأَخَذَ مَالَهُ فَالْهِمْيَانُ مِنْ مَالِ أَبِيْهِ وَأَنَّ الْقَصَّارَ كَانَتْ صَحِيْفَتُهُ مَمْلُوْءَةً بِالْحَسَنَاتِ وَلَيْسَ فِيْهَا إلَّا سَيِّئَةٌ وَاحِدَةٌ وَكَانَتْ صَحِيْفَةُ الْفَارِسِ مَمْلُوْءَةً بِالسَّيِّئَاتِ وَلَيْسَ فِيْهَا إلَّا حَسَنَةٌ وَاحِدَةٌ فَلَمَّا قُتِلَ الْقَصَّارُ مُحِيَتْ سَيِّئَاتُهُ وَمُحِيَتْ حَسَنَةُ الْفَارِسِ وَرَبُّك يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ.

Artinya:

Hikayat yang ke seratus dua puluh[120]: tentang pembalasan [terhadap suatu perbuatan] walaupun setelah masa [yang lama].


Telah diceritakan dari Syeh Wahab bin Munabbih, bahwa beliau pernah berkata: Dahulu ada seorang ahli ibadah [sebut saja si abid] diantara para ahli ibadah-nya Bani Isroil, ia selalu menyembah Alloh di tempat pertapaannya di pinggir sungai. Di dekatnya [di sekitar tempat pertapaannya] ada seorang penatu [tukang cuci dan setrika pakaian] yang sering mencuci dan menyetrika pakaian. Lalu datanglah seorang penunggang kuda yang membawa sabuk, lalu ia [penunggang kuda] mencopot pakaian-pakaiannya dan sabuknya, dan ia mandi di sungai. Kemudian [selesai mandi], ia [penunggang kuda] memakai pakaiannya [lagi], namun ia lupa dengan sabuknya, dan ia pergi. Lalu datanglah seorang pemburu yang sedang memburu ikan dengan jala. Lalu ia [pemburu ikan] melihat sabuk itu, lalu ia mengambilnya, dan ia berlalu [pergi begitu saja]. Kemudian penunggang kuda tadi kembali [ke sungai], lalu ia tidak menemukan sabuknya. Lalu ia berkata kepada seorang penatu itu: “Saya lupa [pernah menaruh dan meninggalkan] sabuk saya disini.”


Lalu tukang penatu itu berkata kepadanya: “Saya tidak melihat sabuk itu.”


Lalu penunggang kuda itu menghunus pedangnya dan membunuh tukang penatu itu.


Lalu tatkala si abid tadi melihat [kejadian] itu, ia nyaris terkena fitnah. Dan ia berkata: “Wahai Tuhanku dan junjunganku, pemburu itu yang mengambil sabuk tersebut, namun [kenapa] ia [penunggang kuda kok malah]membunuh tukang penatu.”


Lalu tatkala tiba waktu malam dan si abid itu tidur, maka Alloh mewahyukan kepadanya di dalam mimpinya [yang berisi]: “Wahai seorang ahli ibadah yang sholeh, janganlah kamu terkena fitnah dan janganlah kamu masuk [ikut campur] dalam ilmu Tuhanmu. Dan ketahuilah bahwa penunggang kuda itu telah membunuh bapaknya si pemburu ikan, dan pemburu ikan itu [lalu] mengambil harta bapaknya. Maka sabuk itu termasuk harta bapaknya si pemburu ikan. Dan sesungguhnya tukang penatu itu keadaan catatan amalnya dipenuhi dengan amal-amal kebaikan, dan tidak ada di catatan amalnya itu kecuali hanya satu amal keburukan. Sementara catatan amal penunggang kuda itu dipenuhi dengan amal-amal kejahatan, dan tidak ada di catatan amalnya kecuali hanya satu amal kebaikan. Lalu tatkala penunggang kuda itu membunuh tukang penatu, maka terhapuslah segala dosa tukang penatu itu dan terhapus [juga] amal kebaikan penunggang kuda itu. Dan Tuhanmu berbuat apa saja yang Dia mau dan menetapkan apa saja yang Dia kehendaki.”

Friday, January 19, 2024

KISAH QORUN DAN KEDURHAKAANNYA

Qorun adalah anak dari paman Nabi Musa. Dia seorang laki-laki fakir yang gemar beribadah dan soleh. Pada suatu hari, Qorun mendatangi saudara perempuan Nabi Musa dan berkata kepadanya: "Dari mana Musa memiliki emas yang dia infakkan?" 

Saudara Nabi Musa menjawab: "Sesungguhnya Alloh telah mengajarkan kimia kepada kami." 

Saudara Nabi Musa kemudian mengajarkan kimia kepada Qorun. Setelah itu, Qorun mempraktekkan kimianya sehingga akhirnya dia memiliki pakaian yang mewah, kuda pilihan, rumah gedung yang tinggi, dan dia bisa mengumpulkan harta yang banyak. Alloh SWT berfirman:

وَاٰتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوْزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوْءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ (القصص: ٧٦)

"Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya (Qorun) perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." (QS. Al-Qoshosh [28]: 76).

Maksudnya kunci-kunci gudangnya diangkut di atas empat puluh bighol.

Pada saat itu, Qorun meninggalkan ibadah. Sibuk dengan harta dan melalaikan Tuhannya, sampai orang-orang ada yang berkata:

يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوْتِيَ قَارُوْنُ (القصص: ٧٩)

"Mudah-mudahan kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun." (QS. Al-Qoshosh [28]: 79). 

Sekelompok orang-orang yang beriman berkata: 

وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا (القصص: ٨٠)

"Kecelakaan yang besarlah bagimu, sesungguhnya pahala dari Alloh lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal saleh." (QS. Al-Qoshosh [28]: 80).

Pada suatu ketika, Nabi Musa menasehati Qoron, tetapi Qorun malah berkata: "Dia (Musa) menasihatiku karena hasud." Hingga pada suatu ketika, Qorun berkata kepada seorang wanita yang berparas cantik, tetapi fakir dan lapar: "Apabila kamu menuduh Musa dan mengatakan bahwa dia telah mengajakku untuk berbuat keji (zina) denganku, tetapi aku tidak menurutinya, maka aku akan memberimu harta yang banyak dan kamu akan aku nikahi." Wanita itu pergi dari hadapan Qorun. Pada malam harinya, Alloh memberikan hidayah ke dalam hati wanita tersebut untuk bertobat.

Keesokan harinya, wanita itu datang ke kumpulan Bani Isroil yang di sana juga ada Qorun, lalu wanita itu berkata: "Yang akan kusampaikan ini adalah tentang perang antara kebaikan dan kejelekan di dalam hati. Ketahuilah, bahwa kemarin Qorun memanggilku. Dia berkata kepadaku begini dan begini. Dia menyuruhku untuk membuat kebohongan tentang Nabi Musa, begini dan begini, padahal Nabi Musa telah melarangku dari berbuat kerusakan yang pernah aku lakukan. Sekarang aku bertobat kepada Alloh."

Mendengar apa yang disampaikan oleh wanita itu, orang-orang Bani Isroil menjauh dari Qorun, mencaci dan mencelanya lalu meninggalkannya. 

Kabar tersebut akhirnya sampai kepada Nabi Musa. Beliau pun marah dan berkata: "Ya Tuhanku, aku serahkan dia kepada-Mu."  Alloh mewahyukan kepada Nabi Musa: "Aku telah memerintahkan kepada bumi untuk menuruti perintahmu dan Aku kuasakan dirimu atasnya." 

Setelah mendapatkan wahyu tersebut, Nabi Musa pergi mendatangi Qorun. Beliau berkata: "Hai musuh Alloh, kamu ingin mencemarkan aku? Hai bumi, telanlah dia!" 

Maka rumah Qorun amblas satu lutut ke dalam bumi sehingga Qorun terjatuh dari kursinya. Rumah tersebut terus amblas ke dalam bumi hingga seukuran kaki Qorun. Dia meminta tolong kepada Nabi Musa.

Nabi Musa 'alaihis salam berkata: "Hai musuh Alloh, kamu membangun rumah dan gedung seperti ini dan makan dalam wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak, padahal aku telah melarangmu, tetapi kamu tidak berhenti juga. Hai bumi, telanlah dia!" 

Bumi menelan Qorun sedikit demi sedikit, sementara Qorun terus minta tolong kepada Nabi Musa. Nabi Musa berkata: "Apakah engkau tidak mengambil pelajaran dari binasanya Fir'aun dan umat-umat terdahulu? Hai bumi, telanlah dia!" 

Akhirnya, bumi menelan Qorun dan seluruh rumahnya. Alloh berfirman:

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُوْنَهُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ (القصص: ٨١)

"Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Alloh, dan tiadalah dia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)." (QS. Al-Qoshosh [28]: 81).


📚 SUMBER:

==========

Dikutip dari Kitab Badai’uz Zuhur (بَدَائِعُ الزُّهُوْرِ), karya Ibnu Iyas, Haromain, hal. 172-173