★ PERTANYAAN:
Apakah
boleh menggali jenazah ketika tali pocongnya belum dilepas?
★ JAWABAN:
Tidak
diperbolehkan, karena kewajiban menggali kembali kuburan hanya dilakukan
apabila belum terpenuhi semua kewajiban tajhiz (perawatan) jenazah.
★ REFERENSI:
❖ Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzab Juz 5 halaman 303:
)وَأَمَّا)
نَبْشُ الْقَبْرِ فَلَا يَجُوزُ لِغَيْرِ سَبَبٍ شَرْعِيٍّ بِاتِّفَاقِ
الْأَصْحَابِ وَيَجُوزُ بِالْأَسْبَابِ الشَّرْعِيَّةِ كَنَحْوِ مَا سَبَقَ
وَمُخْتَصَرُهُ أَنَّهُ يَجُوزُ نَبْشُ الْقَبْرِ إذَا بَلِيَ الْمَيِّتُ وَصَارَ
تُرَابًا وَحِينَئِذٍ يَجُوزُ دَفْنُ غَيْرِهِ فِيهِ وَيَجُوزُ زَرْعُ تِلْكَ
الْأَرْضِ وبنائها وَسَائِرُ وُجُوهِ الِانْتِفَاعِ وَالتَّصَرُّفِ فِيهَا
بِاتِّفَاقِ الْأَصْحَابِ وَإِنْ كَانَتْ عَارِيَّةً رَجَعَ فِيهَا الْمُعِيرُ
وَهَذَا كُلُّهُ إذَا لَمْ يَبْقَ لِلْمَيِّتِ أَثَرٌ مِنْ عَظْمٍ وَغَيْرِهِ ----- وَيَجُوزُ نَبْشُ
الْمَيِّتِ إذَا دُفِنَ لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ أَوْ بِلَا غُسْلٍ عَلَى الصَّحِيحِ
فِيهِمَا أَوْ بِلَا كَفَنٍ أَوْ فِي كَفَنٍ مَغْصُوبٍ أَوْ حَرِيرٍ أَوْ أَرْضٍ
مَغْصُوبَةٍ أَوْ ابْتَلَعَ جَوْهَرَةً أَوْ وَقَعَ فِي الْقَبْرِ مَالٌ عَلَى مَا
سَبَقَ فِي كُلِّ ذَلِكَ مِنْ التَّفْصِيلِ وَالْخِلَافِ
Artinya:
(Dan adapun) menggali kubur tanpa sebab syar'iy adalah tidak diperbolehkan menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah, dan boleh [menggalinya] dengan sebab-sebab syar'iy, seperti semacam keterangan yang terdahulu. Dan kesimpulannya adalah boleh menggali kubur apabila mayatnya sudah membusuk dan menjadi debu dan pada saat itu, boleh mengubur mayat lain di dalamnya, menanami tanahnya, membangunnya dan berbagai bentuk pemanfaatan dan tindakan lainnya menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah. Dan jika keberadaan tanahnya adalah tanah pinjaman maka yang meminjam [harus] mengembalikannya. Dan semua ini [boleh dilakukan] apabila bekas dari mayit, berupa tulang dan selainnya, sudah tidak ada yang tersisa. ----- Dan menurut pendapat yang shohih boleh menggali mayat jika dikebumikan [dalam keadaan] tidak menghadap kiblat, tanpa dimandikan, tanpa dikafani, dikafani dengan kain kafan yang ghosob, dikafani dengan kain sutera, dikebumikan di tanah yang ghosob, si mayit telah menelan permata atau adanya harta yang jatuh di dalam kubur. Kesemuanya ini adalah berdasarkan keterangan terdahulu, berupa tafshil (perincian) dan khilaf (perbedaan pendapat).
(Dan adapun) menggali kubur tanpa sebab syar'iy adalah tidak diperbolehkan menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah, dan boleh [menggalinya] dengan sebab-sebab syar'iy, seperti semacam keterangan yang terdahulu. Dan kesimpulannya adalah boleh menggali kubur apabila mayatnya sudah membusuk dan menjadi debu dan pada saat itu, boleh mengubur mayat lain di dalamnya, menanami tanahnya, membangunnya dan berbagai bentuk pemanfaatan dan tindakan lainnya menurut kesepakatan para ulama' syafi'iyyah. Dan jika keberadaan tanahnya adalah tanah pinjaman maka yang meminjam [harus] mengembalikannya. Dan semua ini [boleh dilakukan] apabila bekas dari mayit, berupa tulang dan selainnya, sudah tidak ada yang tersisa. ----- Dan menurut pendapat yang shohih boleh menggali mayat jika dikebumikan [dalam keadaan] tidak menghadap kiblat, tanpa dimandikan, tanpa dikafani, dikafani dengan kain kafan yang ghosob, dikafani dengan kain sutera, dikebumikan di tanah yang ghosob, si mayit telah menelan permata atau adanya harta yang jatuh di dalam kubur. Kesemuanya ini adalah berdasarkan keterangan terdahulu, berupa tafshil (perincian) dan khilaf (perbedaan pendapat).
❖ Al-Fatawi Al-Fiqhiyyah Al-Kubro Juz 2 halaman
26:
لَوْ دُفِنَ
الْمَيِّتُ قَبْلَ الْغُسْلِ أَوْ بَدَلِهِ وَهُوَ التَّيَمُّمُ نُبِشَ لَهُ
الْقَبْرُ وُجُوبًا تَدَارُكًا لِلْوَاجِبِ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ
Artinya:
Bila mayat dikebumikan sebelum dimandikan atau ditayamumi (sebagai gantinya mandi), maka kuburnya wajib dibongkar sebagai penyusulan terhadap perkara yang wajib, kecuali jika mayatnya telah berubah.
Bila mayat dikebumikan sebelum dimandikan atau ditayamumi (sebagai gantinya mandi), maka kuburnya wajib dibongkar sebagai penyusulan terhadap perkara yang wajib, kecuali jika mayatnya telah berubah.