Pada zaman kaum Bani Israil ada seorang rahib shalih bernama Barshesha, dia adalah seorang yang ahli ibadah dan terkenal pandai mengobati berbagai macam penyakit. Doa-doanya mustajab, sehingga ia dikenal oleh setiap orang dan menjadi tumpuan harapan masyarakat dalam masalah kesehatan.
Suatu ketika iblis merencanakan untuk merobohkan keimanan sang Rahib, iblis mengumpulkan seluruh kawan-kawannya yang berada di khayangan dan semua anak buahnya. Ia menjelaskan semua rencana jahatnya dan bagaimana teknisnya. Iblis menawarkan kepada anak buahnya, "Siapa diantara kalian yang sanggup untuk menyesatkan Rahib Barshesha maka akan aku naikkan pangkat jabatannya?"
Mendengar tawaran itu Ifrit menawarkan diri, dan ia adalah calon tunggal yang sanggup untuk menghancurkan dan menyesatkan keimanan Rahib Barshesha. Ifrit pun berjanji bahwa ia sanggup dikeluarkan dari golongannya apabila gagal dari tugas ini.
Ifrit segera menjalankan tipu dayanya, mula-mula ia mendatangi keluarga kerajaan yang kebetulan sang Raja mempunyai anak gadis yang tercantik diantara seluruh kaum Bani Israil. Ifrit menemui si Gadis yang sedang duduk-duduk santai bersama dayang-dayangnya, lalu memperdayai putri hingga trauma berat dan hilang ingatannya. Begitu melihat keadaan putri kesayangannya yang kerasukan sedemikian rupa, sang Raja kebingungan dan seluruh keluarga kerajaan dibuat gempar.
Mengetahui trik pertamanya berhasil, kemudian Ifrit mendatangi sang Raja dengan menyamar sebagai ahli ibadah, ia berpura-pura ikut berbela sungkawa atas kejadian yang menimpa putri raja serta memberikan masukan-masukan untuk membantu mengatasinya. Dengan penuh keyakinan sang Raja dan seluruh keluarga kerajaan dikumpulkan untuk mendengar nasihat-nasihat ifrit yang menyerupai ahli ibadah. "Apabila Tuan Raja menginginkan ananda tercinta sembuh dari penyakitnya, maka satu-satunya jalan adalah dimintakan obat kepada Rahib Barshesha, karena beliau adalah satu-satunya orang yang mampu mengobati segala macam penyakit," kata Ifrit panjang lebar.
Dari saran ahli ibadah itu, sang Raja segera memerintahkan kepada seluruh keluarga untuk mengurus keberangkatan putrinya dan segera ke tempat tinggal Rahib Barshesha yang dimaksudkan. Ternyata memang benar saran yang diberikan Ifrit, obat pemberian pendeta Barshesha sangat manjur dan seketika itu pula sang Putri menjadi sehat kembali sehingga ia bisa segera kembali ke kerajaan.
Selanjutnya Ifrit menganggu putri sang Raja untuk kedua kalinya. Akan tetapi kali ini godaan Ifrit melebihi yang pertama hingga putri raja kembali hilang ingatan dan stress. Dengan berubah wujud sebagai ahli ibadah, Ifrit kembali memberikan saran kepada keluarga kerajaan. "Apabila Tuan Raja menginginkan kesehatan ananda tercinta menjadi lebih baik dan tidak kambuh lagi, sebaiknya dititipkan saja kepada Rahib Barshesha dalam waktu beberapa hari saja. Dengan demikian perawatan akan lebih intensif," saran Ifrit kepada keluarga kerajaan.
Saran itupun kembali diterima oleh sang Raja. Mendengar keinginan sang Raja yang sesuai dengan saran Ifrit, pendeta Barshesha menolak karena sadar bahwa itu akan sangat membahayakan dirinya. Ia tahu apabila seorang laki-laki merawat gadis di numahnya adalah haram hukumnya, lebih-lebih posisinya sebagai pendeta yang akan selalu menjadi contoh masyarakat. Akan tetapi karena paksaan sang Raja yang tidak bisa dihindari lagi, maka dengan sangat terpaksa dia terima sang Putri Raja di rumahnya. Selanjutnya putri raja menjalani rawat inap di rumah pendeta Barshesha.
Selama beberapa hari dirawat, diberi makan dan minum ramuan obat racikannya sendiri, keadaannya berangsur-angsur membaik. Hingga suatu hari ketika pendeta Barshesha memberikan obat, dilihatnya sekujur tubuh sang Putri Raja yang sedang tidur terlentang. Dipandanginya tubuh gadis itu dan saat itulah Ifrit langsung memanfaatkan kesempatan emas, ia menggoda pendeta Barshesha hingga terjadilah peperangan nafsu dalam Rahib.
Kelicikan Ifrit akhirnya membuahkan hasil, perbuatan yang selama ini sangat ditakuti olehnya akhirnya ia lakukan juga. Rahib Barshesha terperangkap dalam perbuatan zina, kesucian putri raja direnggutnya.
Begitu Ifrit merasa berhasil dan ia melihat sang Rahib Barshesha yang tengah menyesali perbuatannya, Ifrit kembali menyamar sebagai manusia dan berpura-pura bersimpati atas kejadian yang menimpa Rahib Barhesha. Sambil merencanakan tindakan liciknya ia berkata, "Wahai Tuan Rahib yang malang, mengapa perbuatan hina itu mesti kau lakukan? Padahal itu sangat tercela menurut agama kita. Lebih parah lagi gadis yang kau nodai adalah seorang putri raja, maka tidak ada jalan keluar lagi untuk menghindar dari masalah ini, kecuali apabila pendeta membunuh gadis itu dan
dikubur di sebelah tempat ibadahmu. Dan apabila orang-orang menanyakan hal itu, maka cukuplah kau jawab bahwa ia mati karena Allah, niscaya semua orang akan mempercayaimu."
Karena kepanikan dan ketakutan yang sangat kepada sang Raja atas kejadian tersebut, maka saran yang sebenarnya keluar dari mulut iblis itu dituruti juga. Putri raja yang telah direnggut kehormatannya kini dibunuh juga dengan tangannya sendiri dan dikubur di dekat tempat ibadahnya. Ketika masyarakat tahu dan berdatangan, kebanyakan dari mereka menanyakan bagaimana kematian itu terjadi, Rahib Barshesha menjawab bahwa putri raja meninggal karena Allah. Demikianlah kebohongan demi kebohongan telah dilakukan oleh pendeta yang alim dan sholeh karena tidak kuat terhadap tipu daya setan.
Mendengar berita kematian putrinya yang dalam masa pengobatan di tempat Rahib Barshesha, kemarahan sang Raja memuncak, emosinya tidak bisa dikendalikan, karena putri satu-satunya telah tiada. Tanpa berpikir panjang, sang Raja segera memutuskan bahwa Rahib Barshesha harus dihukum mati sebab tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Hari berikutnya satu pasukan mendatangi rumah pendeta Barshesha dengan membawa surat penangkapan yang telah ditanda tangani oleh sang Raja. Tanpa bisa mengelak akhirnya Rahib Barshesha dibawa ke kerajaan dengan status sebagai tahanan. Pada saat itulah Ifrit kembali mendatangi pendeta Barshesha yang secara terang-terangan akan menjerumuskan keimanannya. Ifrit berkata, "Wahai Rahib yang shalih, saat ini keadaanmu berbahaya, kamu tidak akan selamat kecuali dengan pertolonganku. Hanya akulah yang selama ini peduli terhadapmu, oleh karena itu kali ini pun aku akan menyelamatkanmu dengan syarat kamu harus sujud kepadaku dan berpaling dari Allah Swt."
Itu adalah syarat yang sangat memberatkan apabila dipenuhi. Ia harus mempertahankan keimanannya demi menyelamatkan diri dari maut. Karena keadaan yang sangat terjepit itulah akhirnya sang Rahib menyanggupinya, "Akan tetapi bagaimana aku bisa melakukannya sementara tubuhku terikat kuat di tiang ini?" kata pendeta Barshesha sebagai jawaban atas kesanggupannya.
Kemudian Ifrit berpura-pura memberikan kemurahan padanya, cukup hanya dengan menganggukan kepala sebagai gantinya sujud. Setelah itu bersujudlah Rahib Barshesha dengan isyarat anggukan kepalanya di hadapan Ifrit. Naudzubillah min dzalik" hanya dengan sekali anggukan kepala musnahlah semua keimanan pendeta yang semula sangat sholeh itu. Ia telah menyekutukan Allah Swt dan berpaling pada iblis jahanam.
Dan akhirnya Ifrit mengingkari janjinya, ia meninggalkan pendeta Barshesha dalam keadaan terikat pada tiang dan berkata, "Pendeta tolol, sekarang aku telah berhasil memperdayaimu dan aku sudah tidak ada lagi urusan denganmu. Tugasku telah selesai, kemaksiatan yang telah kau lakukan kini kau tanggung sendiri akibatnya."
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.