Alkisah ada seorang laki-laki ahli ibadah yang hidup dalam suatu lingkungan yang mayoritas kaumnya mempunyai kebiasaan menyembah kepada pohon yang dianggap keramat dan suci. Melihat keadaan yang demikian halnya, hati nuraninya sangat menentang karena berlawanan dengan ajaran agama yang selama ini ia pelajari. Kemusyrikan yang mereka lakukan sangat melampaui batas.
Hingga suatu hari terlintas dalam pikirannya untuk berniat menebang pohon yang disembah kaum tersebut. Tanpa kompromi dan tanpa banyak komentar lagi ia mengayunkan kampaknya ke arah pohon itu. Namun sebelum kampak itu mengenai pohon tiba-tiba datanglah iblis menghentikan niat baiknya.
Si Iblis mengajukan beberapa pertanyaan untuk menggoyahkan niatnya, "Hai orang shalih! Apa tujuanmu ke tempat ini? Apakah kamu tidak merasa rugi, menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Apa tidak lebih baik waktumu itu kau gunakan untuk beribadah?" Kata si Iblis.
Lelaki itu menjawab, "Aku harus menebang pohon ini, sebab pohon ini telah dijadikan kaumku sebagai Tuhan. Mereka telah menyekutukan Allah Swt. dan aku berjanji akan menebangnya dan memberitahukan kepada mereka bahwa Allah Swt adalah satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah.”
Iblis tetap bersikeras menghentikan niat lelaki shalih itu dengan berdalih, "Sebenarnya apakah untungnya bagimu apabila menebang pohon itu, toh masalah itu sebenarnya bukanlah urusanmu dan tidak pula menjadi tanggunganmu! Tinggalkan pohon itu dan biarkan ia tetap hidup, pohon itu juga makhluk Allah Swt. yang juga harus dimuliakan. Lebih baik saat ini kau melanjutkan ibadahmu saja.”
Mendengar kata iblis yang menghina harga diri dan agamanya, si Lelaki shalih yang semula tenang-tenang saja menjadi naik darah. Sehingga perkelahianpun tidak bisa dihindarkan. Mereka beradu kekuatan yang mana kekuatan itu tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Pada akhirnya kekalahan ada pada pihak iblis sehingga ia menggunakan akal liciknya untuk menghadapi lelaki shalih itu. "Wahai orang shalih! Sebaiknya mulai sekarang kita berdamai saja, karena tidak ada hasilnya apabila kita terus-terusan berkelahi, kita akan sama-sama rugi. Untuk itu sebaiknya kamu kembali ke rumahmu melanjutkan ibadahmu dan aku berjanji akan memberimu empat dirham setiap harinya yang akan keluar dari bawah sajadahmu jika kamu selesai sholat," kata si Iblis.
Saran sang Iblis yang sebenarnya akan menjerumuskan itu justru sangat menarik perhatiannya, ia menyakinkan lagi dengan mengulangi pertanyaan, "Apakah benar janjimu itu?" tanya si Lelaki Shalih.
"Aku berjanji tidak akan membohongi, kau boleh menebang pohon itu sepuasmu jika aku ingkar dan aku takkan menghalangimu lagi," jawab si Iblis.
Sejak saat itulah dia setiap harinya menemukan uang sebanyak empat dirham yang keluar dari bawah sajadahnya. Hal demikian terjadi selama tiga hari berturut-turut, akan tetapi pada hari yang keempat ia tidak lagi menemukan uang dari bawah sajadahnya dan begitu pula hari-hari berikutnya.
Dugaannya ternyata benar bahwa iblis akan mengingkari janjinya, lalu kembalilah ia pada tujuan semula, mengambil kampak dan menuju pohon yang menjadi sumber kemusyrikan itu. Akan tetapi lagi-lagi iblis mencegahnya di tengah jalan dan berkata, "Hendak kemana hai orang shalih?"
Lelaki itu menjawab, "Aku akan menebang pohon itu, sebab kau telah mengingkari janji."
Mendengar jawaban itu si Iblis justru mengejeknya dengan perkataan, "Kamu tidak akan mampu menebang pohon dan kau tidak akan bisa mengalahkanku!!"
Perkelahian pun tidak bisa dihindarkan lagi, anehnya kali ini justru iblislah yang menang, ia heran mengapa demikian. "Dulu ketika perkelahian yang pertama akulah yang mengalahkannya tapi mengapa sekarang justru sebaliknya? gumamnya dalam hati.
Sementara itu iblis tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Memang benar dulu engkaulah yang selalu mengalahkanku, sebab niatmu itu suci karena Allah. Namun keberangkatanmu kali ini adalah menebang pohon karena tidak lagi kau temukan empat dirham di bawah sajadahmu. Oleh karena itu aku pasti mengalahkanmu. Lebih baik sekarang kau pulang saja!! Kalau tidak akan ku penggal lehermu."
Kemudian pulanglah ia dengan penuh penyesalan dan menyadari bahwa niatnya yang mulia telah berubah menuju perkara yang tidak diridhoi Allah Swt.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.