Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih, dari kakeknya, Idris, dia berkata: Saya dapati keterangan dalam sebuah kitab, bahwa Nabi Isa as. pernah berkata kepada ibunya: "Sesungguhnya negeri ini adalah negeri yang tidak kekal, negeri yang tidak abadi, sedang akhirat adalah negeri abadi. Maka, marilah [kita pergi untuk mengasingkan diri] hai ibunda."
Kedua insan itu (Nabi Isa dan Ibunya) berangkat ke gunung Libanon. Di sana mereka berdua berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari. Mereka makan dari dedaunan pohon dan minum dari air hujan. Demikianlah mereka bertahan di gunung tersebut dalam waktu yang lama.
Kemudian, pada suatu hari, Nabi Isa as. turun gunung menuju ke kedalaman lembah untuk memetik rumput buat berbuka mereka berdua. Tatkala Nabi Isa sedang turun gunung, maka datanglah malaikat maut kepada ibunya (siti Maryam) seraya berkata: "Assalaamu'alaiki hai Maryam yang sedang berpuasa dan beribadah”.
"Siapa kau? Sesungguhnya kulitku benar-benar mengkerut mendengar suaramu, dan akalku terbang melihat rupamu yang mengerikan itu". Tanya Maryam.
"Akulah makhluk yang tidak mengasihi si kecil karena kecilnya, dan tidak memuliakan orang besar karena kebesarannya, dan aku inilah si pencabut nyawa." Jawab malaikat maut.
"Hai malaikat maut," kata Maryam, "Apakah kau datang untuk berkunjung ataukah untuk mencabut nyawa?"
"Bersiap-siaplah untuk mati," tegas malaikat maut.
Maryam menawar, "Tidakkah engkau mengizinkan aku sampai pulangnya kesayanganku, penyejuk kedua bola mataku, buah hatiku dan wewangian jantungku?"
Jawab malaikat maut kepadanya, "Aku tidak diperintahkan untuk itu. Aku hanyalah seorang hamba yang diperintah. Demi Alloh, aku tak bisa mencabut nyawa seekor nyamuk sekalipun. Karena Tuhanku benar-benar telah menyuruh aku untuk tidak menggeser telapak kakiku dari telapak kaki yang lain sebelum aku mencabut nyawamu di tempatmu ini."
"Hai malaikat maut, aku pasrah kepada perintah Alloh Ta'ala. Maka laksanakanlah perintah Alloh itu kepadaku", sahut Maryam kepada malaikat maut.
Maka, malaikat maut pun mendekat kepadanya dan mencabut nyawanya. Sementara Nabi Isa as. tidak segera datang di waktu itu sampai masuk waktu Isya’ yang terakhir. Dan tatkala beliau mendaki gunung dengan membawa rumput dan sayur-sayuran, beliau memperhatikan ibunya yang tengah tidur di tempat ibadahnya. Beliau menyangka ibunya telah menunaikan ibada-ibadah fardhu. Oleh karena itu, beliau letakkan rumputnya, lalu menuju tempat sembahyang, dan terus bersembahyang sampai malam. Barulah sesudah itu beliau memperhatikan ibunya lagi, lalu memanggil dengan suara yang pilu, karena hati yang khusyu': "Assalamu 'alaiki, wahai ibunda, malam telah larut, orang-orang yang berpuasa telah berbuka dan orang-orang beribadah telah berhenti, kenapakah engkau tidak bangun-bangun juga untuk beribadah kepada Yang Maha Pengasih?"
Namun Nabi Isa as. balik berkata, "Sesungguhnya ada pula tidur yang nyaman," kemudian Beliau menuju tempat sembahyangnya, sedang ibunya belum makan sesuatu pun, sehingga lewat dua pertiga malam. Dengan kelakuan seperti itu, beliau ingin sekali berbakti kepada ibunya, yakni dengan berbuka bersamanya.
Nabi Isa masih tetap berdiri. Lalu dengan suara yang pilu dan hati yang sedih beliau berseru: "Assalamu'alaiki, wahai ibunda". Namun tidak ada jawaban. Lalu beliau kembali menuju tempat sembahyangnya sampai terbit fajar. Setelah itu barulah beliau menempelkan pipinya pada pipi ibunya dan mulutnya pada mulut ibunya seraya memanggilnya dengan menangis tersedu-sedu: "Assalamalaiki, wahai ibunda. Malam telah lewat dan siang segera datang. Sekarang inilah saatnya menunaikan kewajiban kepada Yang Maha Pengasih".
Maka, menangislah para malaikat langit, dan menangis pula jin-jin di sekelilingnya, sementara gunung di bawahnya bergetar. Lalu Alloh Ta'ala pun mewahyukan kepada para malaikat, "Kenapa kalian menangis?"
"Ya Tuhan kami, Engkau lebih tahu," jawab para malaikat.
Maka Allah Ta'ala mewahyukan: "Memanglah Aku lebih tahu dan Akulah Yang Pengasih di antara mereka yang pengasih."
Dan tiba-tiba terdengarlah suatu seruan memanggil: "Hai Isa, angkatlah kepalamu! Sesungguhnya ibumu telah meninggal dunia, semoga Alloh Taala memperbesar pahalamu.”
Nabi Isa as. mengangkat kepalanya seraya menangis dan berkata: "Siapakah yang akan mengisi kesunyianku, siapakah yang akan menghibur kesepianku, siapakah yang akan aku ajak bercengkerama dalam pengasinganku ini, dan siapakah yang akan membantuku dalam ibadahku?"
Maka, Alloh Ta'ala mewahyukan kepada gunung: "Berilah nasehat kepada roh (ciptaan)-Ku itu!"
Gunung berkata: "Hai roh (ciptaan) Alloh, keluhan apakah ini, apakah kamu menginginkan kekasih selain Alloh?"
Kemudian, turunlah Nabi Isa dari gunung itu ke sebuah perkampungan Bani Israel, lalu berseru: "Assalamu' alaikum, hai Bani Israel."
Mereka bertanya: "Siapa kamu, hai hamba Alloh, keelokan wajahmu benar-benar menyinari rumah-rumah kami?"
Beliau menjawab: "Aku adalah roh (ciptaan) Alloh, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia di pengasingan. Maka, bantulah aku memandikannya mengkafaninya dan menguburkannya.”
"Hai roh (ciptaan) Alloh," kata mereka, "Sesungguhnya gunung ini banyak ularnya, yang kecil-kecil maupun yang besar-besar. Gunung ini tak pernah diinjak oleh bapak-bapak maupun kakek-kakek kami sejak tiga ratus tahun lalu."
Maka, kembalilah Nabi Isa as. ke gunung, dan ternyata di sana beliau mendapati dua orang pemuda yang gagah-gagah. Beliau mengucapkan salam kepada mereka berdua, dan mereka pun membalas salamnya. Kemudian Nabi Isa berkata kepada kedua pemuda itu: "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dalam pengasingannya di gunung ini. Maka bantulah aku untuk menyelenggarakan pengurusan jenazahnya!"
Salah seorang dari kedua pemuda itu berkata kepada Nabi Isa: "Ini Mika'il, dan aku Jibril, dan inilah minyak pengawet dan kain-kain kafan dari Tuhanmu. Sesungguhnya bidadari yang bermata jeli sekarang ini telah turun dari surga dan memandikan ibumu serta mengkafaninya." Sementara itu malaikat Jibirl as. membelah kuburnya di puncak gunung, dan mereka pun menguburkan Siti Maryam di sana, setelah mereka menyalatinya dan mengantarkan jenazahnya.
Selanjutnya, Nabi Isa as. berdoa: "Ya Alloh, sesungguhnya Engkau mengetahui tempatku dan mendengar perkataanku, dan tidak tersembunyi bagi-Mu sesuatu pun dari urusanku. Sesungguhnya ibuku meninggal dunia sedang aku tidak menyaksikannya ketika ia wafat. Maka, ijinkanlah ia berbicara kepadaku."
Alloh Ta'ala mewahyukan kepada Nabi Isa: "Sesungguhnya Aku telah mengizinkan ibumu." Maka, datanglah Nabi Isa as. lalu berdiri di atas kubur ibunya. Dan Beliau berkata pada ibunya dengan suara pilu:"Assalamu’alaiki, wahai ibunda."
Ibunya menjawab kepadanya dari balik kubur: "Waalaikas salam...wahai kesayanganku, wahai penyejuk kedua bola mataku."
Nabi Isa berkata kepada ibunya: "Wahai ibunda, Bagaimanakah engkau dapati tempat pembaringanmu dan tempat kembalimu, dan bagaimana engkau lihat kehadiranmu di hadapan Tuhanmu?"
Sang Ibu menjawab: "Tempat pembaringanku adalah sebaik-baik tempat pembaringan, dan tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat kembali. Aku datang di hadapan Tuhanku, lalu aku dapati Dia ridho dan tidak murka."
"Wahai ibunda," kata Nabi Isa, "Bagaimana engkau rasakan kepedihan mautmu?"
Sang Ibu menjawab: "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai seorang Nabi, kepedihan maut belumlah hilang dari kerongkonganku, dan keseraman malaikat maut belumlah sirna dari depan mataku. Maka, semoga kesejahteraan terlimpahkan atasmu duhai kesayanganku.... sampai hari kiamat."
PUSTAKA:
Kitab Durrotun Nasihin halaman 145-146
Kitab Durrotun Nasihin halaman 145-146
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.