Wednesday, December 3, 2025

Terjemah Alamul Jin Bag.2

 

ASAL USUL PENCIPTAAN JIN

 

الْمَادَّةُ الَّتِيْ خُلِقَ مِنْهَا الْجِنُّ.

Bahan yang digunakan untuk menciptakan jin.

 

أَعْلَمَنَا اللهُ تَعَالٰى أَنَّهُ قَدْ خَلَقَ الْجِنَّ مِنَ النَّارِ، وَذٰلِكَ فِيْ آيَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ مِثْلَ قَوْلِهِ تَعَالٰى: ﴿وَالْجَانُّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ﴾ سُوْرَةُ الْحِجْرِ الْآيَةُ ٢٧. وَقَالَ تَعَالٰى: ﴿وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ﴾ سُوْرَةُ الرَّحْمٰنِ الْآيَةُ ١٥.

Alloh Ta'ala telah memberitahukan kepada kita bahwa Dia menciptakan jin dari api, hal tersebut disebutkan dalam beberapa ayat, seperti firman Alloh Ta'ala: "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum [Adam] dari api yang sangat panas." (QS. Al-Hijr: 27). Dan firman Alloh Ta'ala: "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api." (QS. Ar-Rahman: 15).

 

وَالْمَارِجُ هُوَ طَرَفُ اللَّهَبِ، كَمَا أَخْبَرَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَمُجَاهِدٌ وَغَيْرُهُمَا. وَفِيْ رِوَايَةٍ: مِنْ خَالِصِهِ وَأَحْسَنِهِ. وَقَالَ النَّوَوِيُّ: الْمَارِجُ اللَّهَبُ الْمُخْتَلِطُ بِسَوَادِ النَّارِ.

Dan "Al-Mārij" adalah ujung api, sebagaimana yang dikabarkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan yang lainnya. Dalam satu riwayat yang lain [disebutkan]: "[Dia menciptakan jin] dari api yang murni dan yang terbaik." Dan imam an-Nawawi berkata: "Al-Mārij adalah api yang bercampur dengan kegelapan/hitamnya api'."

 

وَقَدْ أَخْبَرَ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْضًا أَنَّ الْجِنَّ خُلِقَ مِنْ نَارٍ، حَيْثُ قَالَ: «خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُوْرٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ». أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ عَنْ عَائِشَةَ فِيْ كِتَابِ الزُّهْدِ.

Dan Rosululloh juga telah mengabarkan bahwa jin diciptakan dari api, di mana beliau bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian." Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Aisyah dalam kitab Az-Zuhd.

 

وَلٰكِنْ قَدْ يَسْأَلُ سَائِلٌ: إِذَا كَانَ اللهُ أَخْبَرَ أَنَّ الْجِنَّ خُلِقَ مِنْ نَارٍ، وَأَخْبَرَ أَنَّ الشُّهُبَ تَضُرُّهُمْ وَتُحْرِقُهُمْ، فَكَيْفَ تُحْرِقُ النَّارُ النَّارَ؟!

Akan tetapi, terkadang ada yang bertanya: "Jika Alloh telah mengabarkan bahwa jin diciptakan dari api, dan Dia juga mengabarkan bahwa meteor (panah-panah berapi) dapat melukai dan membakar mereka, lalu bagaimana mungkin api membakar api?!"

 

وَالْجَوَابُ عَلٰى ذٰلِكَ أَنَّ اللهَ تَعَالٰى أَضَافَ الشَّيَاطِيْنَ وَالْجِنَّ إِلَى النَّارِ حَسَبَ مَا أَضَافَ الْإِنْسَانَ إِلَى التُّرَابِ وَالطِّيْنِ وَالْفَخَّارِ. وَالْمُرَادُ بِهِ فِيْ حَقِّ الْإِنْسَانِ أَنَّ أَصْلَهُ الطِّيْنُ، وَلَيْسَ الْآدَمِيُّ طِيْنًا حَقِيْقَةً، لٰكِنَّهُ كَانَ طِيْنًا، كَذٰلِكَ الْجَانُّ كَانَ نَارًا فِي الْأَصْلِ.

Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah bahwa Alloh Ta'ala menyandarkan setan dan jin kepada api, sebagaimana Dia menyandarkan manusia kepada tanah, tanah liat, dan tembikar. Maksudnya dalam konteks manusia adalah bahwa asal-usulnya manusia adalah tanah, namun manusia [sekarang] bukanlah tanah yang sebenarnya [secara fisik], tetapi dahulunya berasal dari tanah. Demikian pula jin, dahulu asalnya adalah dari api.

________________________________________

Penjelasan ini menggunakan analogi untuk menjawab pertanyaan paradoks "bagaimana api membakar api?":

  • Penyandaran pada Asal Usul: Penyebutan "jin dari api" dan "manusia dari tanah" adalah penyandaran berdasarkan asal penciptaan atau bahan baku awal, bukan komposisi fisik mereka saat ini.
  • Analogi dengan Manusia: Seperti manusia yang diciptakan dari tanah tetapi sekarang tidak lagi berupa tanah (memiliki daging, tulang, dan darah), jin juga diciptakan dari api tetapi sekarang telah menjadi makhluk yang berbeda dengan sifatnya sendiri.
  • Kesimpulan: Karena jin bukan lagi "api" dalam pengertian fisik yang sama, mereka bisa dilukai dan dibakar oleh api lain (seperti meteor) yang diciptakan Alloh dengan sifat dan hukum yang berbeda.

________________________________________

 

وَالدَّلِيْلُ عَلٰى ذٰلِكَ مَا رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فَصَلّٰى صَلَاةَ الصُّبْحِ وَهُوَ خَلْفَهُ، فَقَرَأَ فَالْتَبَسَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ:

Dan dalil atas hal itu adalah keterangan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rosululloh pernah berdiri untuk melaksanakan sholat Subuh, sedangkan Abu Sa'id berada di belakang beliau. Lalu beliau membaca Al-Qur'an namun bacaan beliau menjadi kacau. Setelah menyelesaikan sholatnya, beliau bersabda:

 

«لَوْ رَأَيْتُمُوْنِيْ وَإِبْلِيْسَ فَأَهْوَيْتُ بِيَدِيْ، فَمَا زِلْتُ أَخْنُقُهُ حَتّٰى وَجَدْتُ بَرْدَ لُعَابِهِ بَيْنَ أُصْبُعَيَّ هَاتَيْنِ: الْإِبْهَامِ وَالَّتِيْ تَلِيْهَا، وَلَوْلَا دَعْوَةُ أَخِيْ سُلَيْمَانَ لَأَصْبَحَ مَرْبُوْطًا بِسَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي الْمَسْجِدِ يَتَلَاعَبُ بِهِ صِبْيَانُ الْمَدِيْنَةِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَلَّا يُحُوْلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ أَحَدٌ فَلْيَفْعَلْ».

"Seandainya kalian melihatku bersama Iblis ketika aku mengarahkan tanganku [untuk menangkapnya], dan aku terus mencekiknya hingga aku merasakan dingin air ludahnya di antara kedua jariku ini —yaitu jempol dan jari telunjuk—. Andaikan bukan karena doa saudaraku, Sulaiman, niscaya ia akan menjadi terikat di sebuah tiang di masjid, sehingga dijadikan mainan oleh anak-anak kecil Madinah. Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk tidak membiarkan seorang pun menghalangi antara dirinya dan kiblat [ketika sholat], maka hendaklah ia melakukannya.”

 

وَمَنْ يَكُوْنُ نَارًا مُحْرِقَةً كَيْفَ يَكُوْنُ رِيْقُهُ بَارِدًا؟ وَلَوْ كَانُوْا بَاقِيْنَ عَلٰى عُنْصُرِهِمُ النَّارِيِّ لَمَا كَانَ لَهُمْ رِيْقٌ.

Dan [pertanyaannya], makhluk yang asalnya adalah api yang membakar, bagaimana mungkin liurnya terasa dingin? Seandainya mereka (jin) tetap pada unsur apinya, niscaya mereka tidak akan memiliki air liur.

________________________________________

  • Jika jin benar-benar masih berupa "api" dalam arti harfiah dan fisik, maka mereka seharusnya tidak memiliki atribut fisik seperti liur. Lebih lanjut, liur mereka seharusnya panas, bukan dingin seperti yang dirasakan Nabi.
  • Pertanyaan ini justru mengukuhkan jawaban sebelumnya bahwa jin tidak lagi sama dengan "api" biasa. Mereka adalah makhluk ciptaan yang telah berubah dari asal penciptaannya (api) dan memiliki sifat-sifat fisiknya sendiri yang berbeda, yang memungkinkan mereka untuk merasakan dampak dari api (seperti meteor) dan memiliki karakteristik fisik seperti liur yang dingin.

________________________________________


Sumber: Kitab Alamul Jin (عَالَمُ الْجِنِّ) karya KH. Ahmad Yasin Asymuni, halaman 5-6; Pethuk Semen Kediri.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.