Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya Mirqotu Shu'udit Tashdiq (مِرْقَاةُ صُعُوْدِ التَّصْدِيْقِ) halaman 69 menuturkan sebagai berikut:
(وَمَطْلُ الْغَنِيِّ) أَيِ الْقَادِرِ عَلٰى وَفَاءِ الدَّيْنِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ، رَوَاهُ الشَّيْخَانُ. فَالْمَطْلُ إِطَالَةُ الْمُدَافَعَةِ بِأَنْ تَكُوْنَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَكْثَرَ. فَقَوْلُهُ ظُلْمٌ أَيْ كَبِيْرَةٌ مُفْسِقٌ. أَمَّا الْمُدَافَعَةُ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ فَلَيْسَتْ مَطْلًا مُفْسِقًا وَإِنْ كَانَتْ حَرَامًا مِنَ الصَّغَائِرِ. وَمَحَلُّ ذٰلِكَ إِذَا طُوْلِبَ فَإِنْ لَمْ يُطَالِبْ فَلَا مَعْصِيَةَ. أَفَادَ ذٰلِكَ الشَّرْقَاوِيُّ.
TERJEMAH:
Dan [termasuk ma'siat lisan adalah] mengulur-ulur pembayaran hutang bagi orang yang kaya, yakni bagi orang yang mampu untuk membayar hutang. Berdasarkan sabda Nabi Saw:
Artinya:
"Mengulur-ulur pembayaran hutang oleh orang yang kaya adalah suatu kedzoliman." (HR. Bukhori Muslim)
Maksud lafadz اَلْمَطْلُ (mengulur-ulur pembayaran hutang) adalah: memperpanjang penundaan dengan keadaan penundaannya itu berulang sampai tiga kali atau lebih. Sedangkan sabda Nabi Saw berupa lafadz ظُلْمٌ (suatu kedzoliman), maksudnya adalah: suatu dosa besar yang membuat fasik pelakunya.
Penundaan pembayaran hutang yang dilakukan sekali atau dua kali, bukanlah ketegori penundaan yang membuat fasik pelakunya. Cuma, hal ini merupakan suatu keharaman yang tergolong dosa kecil. Dan letak keharamannya adalah apabila orang yang berhutang telah ditagih. Sehingga jika si penghutang belum ditagih, maka tidak ada kemaksiatan (dosa) baginya. Demikianlah keterangan berfaedah yang diberikan oleh Imam Asy-Syarqowiy.
مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ (رَوَاهُ الشَّيْخَانُ)
"Mengulur-ulur pembayaran hutang oleh orang yang kaya adalah suatu kedzoliman." (HR. Bukhori Muslim)
Maksud lafadz اَلْمَطْلُ (mengulur-ulur pembayaran hutang) adalah: memperpanjang penundaan dengan keadaan penundaannya itu berulang sampai tiga kali atau lebih. Sedangkan sabda Nabi Saw berupa lafadz ظُلْمٌ (suatu kedzoliman), maksudnya adalah: suatu dosa besar yang membuat fasik pelakunya.
Penundaan pembayaran hutang yang dilakukan sekali atau dua kali, bukanlah ketegori penundaan yang membuat fasik pelakunya. Cuma, hal ini merupakan suatu keharaman yang tergolong dosa kecil. Dan letak keharamannya adalah apabila orang yang berhutang telah ditagih. Sehingga jika si penghutang belum ditagih, maka tidak ada kemaksiatan (dosa) baginya. Demikianlah keterangan berfaedah yang diberikan oleh Imam Asy-Syarqowiy.
Wallohu A'lam
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.