Soal :
Bolehkah menerjemahkan Khotbah Jum’at selain rukunnya atau beserta
rukunnya? Apabila diperbolehkan apakah yang terbaik dengan bahasa Arab
saja, atau beserta terjemahannya? Apabila yang terbaik beserta
terjemahannya, apa faedahnya?
Jawab :
Menerjemahkan Khotbah Jum’at selain
rukunnya itu boleh, sebagaimana tersebut dalam kitab-kitab madzhab
Syafi’i. Muktamar ini memutuskan: bahwa yang terbaik adalah Khotbah
dengan bahasa Arab kemudian diterangkan dengan bahasa yang dimengerti
oleh hadirin. Adapun faedahnya ialah: supaya hadirin mengerti
petuah-petuah yang ada dalam Khutbah.
Keterangan, dari kitab :
[1] Al-Hawasyi al-Madaniyah
وَ كَوْنُهُمَا بِالْعَرَبِيَّةِ وَ إِنْ كََانَ الْكُلُّ أَعْجَمِيِّيْنَ لِإِتْبَاعِ السَّلَفِ وَ الْخَلَفِ
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
قَوْلُهُ بِالْعَرَبِيَّةِ) أَي
الْأًرْكَانُ دُوْنَ مَا عَدَاهَا قَالَ سم: يُفِيْدُ أَنَّ كَوْنَ مَا
عَدَا الْأَرْكَانَ مِنْ تَوَابِعِهَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ لاَ
يَكُوْنُ مَانِعًا مِنَ الْمُوَالاَةِ
Artinya :
Dan kedua Khotbah menggunakan bahasa Arab, meskipun
seluruh (jamaah) adalah orang-orang non Arab (‘ajami). Karena untuk mengikuti ulama
salaf dan khalaf.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketentuan dengan bahasa
Arab tersebut (hanya) pada rukun-rukun Khotbah dan bukan yang lain.
Berkata Ibnu Qosim al-'Ubbaadiy : "Hal ini berarti bahwa di luar rukun Khotbah, yakni
hal-hal yang masih terkait dengan Khotbah yang disampaikan tidak dengan
bahasa Arab, tidak menjadi penghalang adanya kesinambungan Khotbah".
Catatan Kaki :
- [1] Muhamad Sulaiman al-Kurdi, Al-Hawasyi al-Madaniyah 'ala Syarah Bafadhal, (Singapura-Jeddah: Mathba'ah al-Haramain t.th.), Juz II, h. 64.
- Sulaiman al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi ‘ala Syarah Manhajuth Thullab, (Mesir: Mustafa al-Halabi, 1345 H), Jilid I, h. 389.
قَوْلُهُ: وَالْمُرَادُ أَرْكَانُهُمَا) يُفِيدُ
أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَا بَيْنَ أَرْكَانِهِمَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ
لَمْ يَضُرَّ. قَالَ م ر: مَحَلُّهُ مَا إذَا لَمْ يَطُلْ الْفَصْلُ
بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَإِلاَّ ضَرَّ ِلإِخْلاَلِهِ بِالْمُوَالاَةِ
كَالسُّكُوتِ بَيْنَ اْلأَرْكَانِ إذَا طَالَ بِجَامِعِ أَنَّ غَيْرَ
الْعَرَبِيَّ لَغْوٌ لاَ يُحْسَبُ ِلأَنَّ غَيْرَ الْعَرَبِيِّ لاَ
يُجْزِئُ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى الْعَرَبِيِّ فَهُوَ لَغْوٌ. سم.
وَالْقِيَاسُ عَدَمُ الضَّرَرِ مُطْلَقًا ، وَيُفْرَقُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
السُّكُوتِ بِأَنَّ فِي السُّكُوتِ إعْرَاضًا عَنْ الْخُطْبَةِ
بِالْكُلِّيَّةِ بِخِلاَفِ غَيْرِ الْعَرَبِيِّ فَإِنَّ فِيهِ وَعْظًا فِي
الْجُمْلَةِ فَلاَ يَخْرُجُ بِذَلِكَ عَنْ كَوْنِهِ مِنْ الْخُطْبَةِ. ع ش
(Ungkapan yang dimaksud dengan rukun-rukunnya) menunjukkan bahwa
seandainya antara rukun-rukun khutbah menggunakan selain bahasa Arab,
maka hukumnya boleh. Menurut al-Ramli hal tersebut selama pemisahannya
tidak panjang. Jika pemisahan tersebut panjang, maka tidak boleh karena
dapat merusak ketersambungan khutbah, sama seperti diam dalam waktu yang
lama di antara rukun-rukunnya dalam hal tidak dihitung dan tidak ada
gunanya. Sebab menggunakan selain bahasa Arab padahal ia mampu
menggunakan bahasa Arab adalah laghwun (tidak berguna). Menurut
Sibramalisi, menggunakan bahasa selain bahasa Arab secara qiyas tidak
dilarang secara mutlak, sebab secara keseluruhan merupakan tuntunan
sehingga tetap sebagai khatbah.
- Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj bi syarhil Minhaj pada hamisy asy-Syirwani, (Mesir: at-Tijariyatul Kubra, t. th), jilid IX, h. 218.
أَمَّا مَنْ اِرْتَكَبَ مَا يَرَى إِبَاحَتَهُ بِتَقْلِيْدٍ صَحِيْحٍ فَلاَ يَجُوْزُ الإِنْكَارُ عَلَيْهِ
Adapun seseorang melakukan apa yang menurut pendapatnya boleh karena mengikuti pendapat yang benar maka tidak boleh ditolaknya.
.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.