Friday, September 3, 2021

TERJEMAH JAUHARUT TAUHID Bag.2

 IRSYAD, AL-AAL, SAHABAT

 

فَأَرْشَدَ الْخَلْقَ لِدِيْنِ الْحَقِّ ۞ بِسَيْفِهِ وَهَدْيِهِ لِلْحَقِّ

مُحَمَّدٍ الْعَاقِبْ لِرُسْلِ رَبِّهِ ۞ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَحِزْبِهِ

"Maka diapun meng-irsyadi sekalian makhluk kepada agama yang hak ۞ sambil melindungi mereka dengan pedangnya serta menerangkan dengan Al-Qur' an dan Sunnah untuk yang hak itu.

Yakni Muhammad yang mengakhiri semua utusan Tuhannya ۞ beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya dan juga jamaahnya".

Makna Irsyad secara hakiki adalah “menjadikan mereka beroleh petunjuk”. Dan secara majazi maknanya adalah “menunjuki”.

Berdasarkan makna yang pertama maka irsyad itu khusus untuk orang-orang yang beriman (umat ijabah) dan berdasarkan makna yang kedua maka irsyad itu meliputi orang yang beriman dan juga orang kafir (umat dakwah).

Penyebutan lafaz al-khalq (اَلْخَلْقُ = sekalian makhluk) menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. meng-irsyadi semua manusia dan jin berdasarkan ijmak, demikian juga para malaikat, berdasarkan pendapat bahwa beliau diutus kepada mereka dengan irsal taklif sedangkan pendapat yang kuat adalah bahwa beliau diutus kepada mereka dengan irsal tasyrif sebagaimana telah terdahulu uraiannya.

Lafaz al-Aal (اَلْآلُ) mempunyai beberapa makna berdasarkan maqom (tempat)-nya:

1.    Pada maqom doa seperti pada bait di atas maknanya adalah: كُلُّ مُؤْمِنٍ وَلَوْ عَاصِيًا = “Setiap orang mukmin walaupun pelaku kemaksiatankarena pelaku kemaksiatan lebih memerlukan doa dibanding yang lain.

2.    Pada maqom madah (pujian) maknanya adalah: كُلُّ مُؤْمِنٍ تَقِيٍّ = “Setiap mukmin yang bertakwa” berdasarkan riwayat آلُ مُحَمَّدٍ كُلُّ تَقِيٍّ (Keluarga Muhammad adalah tiap-tiap orang yang bertakwa) meskipun riwayat ini lemah.

3.    Pada maqom zakat maknanya adalah Banu Hasyim dan Banu Muttholib menurut Syafi'iyyah dan Banu Hasyim saja menurut ulama Maliki dan Hambali.

Yang dimaksud dengan “Sahabat” adalah: Orang yang berkumpul dengan Nabi kita Muhammad Saw. dalam keadaan beriman dengannya sesudah kebangkitan beliau jadi Nabi di tempat yang bisa untuk saling kenal mengenal yakni di atas bumi ini meskipun dia tidak dapat melihat beliau atau tidak meriwayatkan sesuatu dari beliau atau belum mumayyiz berdasarkan pendapat yang sahih.

Mengenai perkataan ulama “dan dia mati di atas agama Islam” adalah sebagai syarat bagi berlangsungnya persahabatan itu, bukan bagi keasalannya. Maka jika dia murtad dan mati dalam keadaan murtad maka bukanlah dia seorang sahabat seperti Abdulloh bin Kattal. Adapun orang yang kembali beriman seperti Abdulloh bin Abi Saroh maka kembalilah persahabatan itu baginya namun dikosongkan dari pahala menurut Syafi'iyyah.

Menurut pendapat yang masyhur dalam mazhab Maliki, persahabatan itu tidak kembali. Namun yang dinyatakan dalam kitab-kitab mereka adalah taroddud (masih ragu-ragu) dan di ketika itu tidaklah ada halangan untuk kembali dalam masalah tersebut kepada Syafi'iyyah berdasarkan apa yang disukai oleh sebagian guru-guru mereka. Faedah kembalinya persahabatan itu adalah penamaan dan kafa'ah maka dinamailah dia dengan sahabat dan jadilah dia sekufu' (sebanding) untuk anak perempuan sahabat.

Orang-orang buta masuk pula dalam golongan sahabat. Contohnya Ibnu Ummi Maktum yang nama aslinya Abdulloh, salah seorang muazzin Nabi. Masuk pula Isa, Khidhir dan Ilyas alaihimus shalatu wassalam serta seluruh malaikat yang pernah berkumpul dengan beliau di muka bumi.

Menurut pendapat yang kuat, Khidhir dan Ilyas masih hidup. Akan tetapi Ilyas adalah seorang rosul dengan nash Al-Qur' an sebagaimana dalam firman Allah: وَإِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَ = "Sesungguhnya Ilyas benar-benar di antara para rosul". (QS. as-Shaffat: 123). Sedangkan Khidhir, ada yang mengatakan dia sebagai wali, ada yang mengatakan sebagai nabi dan ada juga yang mengatakan sebagai rosul.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.