Thursday, October 5, 2017

█ KISAH: INDAHNYA BALASAN ALLOH KEPADA YAHUDI YANG MEMPERCAYAI HARI ASYURO █

✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
Di dalam kitab I'anatuth Tholibin (إِعَانَةُ الطَّالِبِينْ) Juz 2 halaman 302, karya Syeh Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi, terdapat keterangan sebagai berikut:
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
 (فَائِدَةٌ أُخْرٰى) رُوِيَ أَنَّ فَقِيْرًا كَانَ لَهُ عِيَالٌ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ، فَأَصْبَحَ هُوَ وَعِيَالُهُ صِيَامًا، وَلَمْ يَكُنْ عِنْدَهُمْ شَيْءٌ. فَخَرَجَ يَطُوْفُ عَلٰى شَيْءٍ يُفْطِرُوْنَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا فَدَخَلَ سُوْقَ الصَّرْفِ فَرَأٰى رَجُلًا مُسْلِمًا قَدْ فَرَّشَ فِيْ دُكَّانِهِ النُّطُوْعَ الْمُثْمِنَةَ. وَسَكَبَ عَلَيْهَا أَكْوَامَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فَتَقَدَّمَ إِلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَقَالَ لَهُ: يَا سَيِّدِيْ أَنَا فَقِيْرٌ لَعَلَّ أَنْ تُقْرِضَنِيْ دِرْهَمًا وَاحِدًا أَشْتَرِيْ بِهِ فُطُوْرًا لِعِيَالِيْ وَأَدْعُوْ لَكَ فِيْ هٰذَا الْيَوْمِ. فَوَلّٰى بِوَجْهِهِ عَنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، فَرَجَعَ الْفَقِيْرُ وَهُوَ مَكْسُوْرُ الْقَلْبِ، وَوَلّٰى وَدَمْعُهُ يَجْرِيْ عَلٰى خَدِّهِ. فرَآهُ جَارٌ لَهُ صَيْرَفِيٌّ وَكَانَ يَهُوْدِيًّا فَنَزَلَ خَلْفَ الْفَقِيْرِ وَقَالَ لَهُ أَرَاكَ تَكَلَّمْتَ مَعَ جَارِيْ فُلَانٌ، فَقَالَ قَصَدْتُهُ فِيْ دِرْهَمٍ وَاحِدٍ لِأَفْطَرَ بِهِ عِيَالِيْ فَرَدَّنِيْ خَائِبًا وَقُلْتُ لَهُ أَدْعُوْ لَكَ فِيْ هٰذَا الْيَوْمِ فَقَالَ الْيَهُوْدِيُّ: وَمَا هٰذَا لْيَوْمُ؟ فَقَالَ الْفَقِيْرُ: هٰذَا يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ، وَذَكَرَ لَهُ بَعْضَ فَضَائِلِهِ، فَنَاوَلَهُ الْيَهُوْدِيُّ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ وَقَالَ لَهُ: خُذْ هٰذِهِ وَأَنْفِقْهَا عَلٰى عِيَالِكَ إِكْرَمًا لِهٰذَا الْيَوْمِ. فَمَضٰى الْفَقِيْرُ وَقَدِ انْشَرَحَ لِذٰلِكَ وَوَسَعَ عَلٰى أَهْلِهُ النَّفَقَةَ. فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ رَأٰى الصَّيْرَفِيُّ الْمُسْلِمُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ الْقِيَامَةَ قَدْ قَامَتْ وَقَدِ اشْتَدَّ الْعَطْشُ وَالْكَرْبُ فَنَظَرَ، فَإِذًا قَصْرٌ مِنْ لُؤْلُؤَةٍ بَيْضَاءَ، أَبْوَابُهُ مِنَ الْيَاقُوتِ الْأَحْمَرِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ وَقَالَ: يَا أَهْلَ هٰذَا الْقَصْرِ اَسْقُوْنِيْ شُرْبَةَ مَاءٍ. فَنُوْدِيَ: هٰذَا الْقَصْرُ كَانَ قَصْرَكَ بِالْأَمْسِ، فَلَمَّا رَدَدْتَ ذٰلِكَ الْفَقِيْرَ مَكْسُوْرَ الْقَلْبِ، مُحِيَ اِسْمُكَ مِنْ عَلَيْهِ وَكُتِبَ بِاسْمِ جَارِكَ الْيَهُوْدِيِّ جَبَّرَهُ وَأَعْطَاهُ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ. فَأَصْبَحَ الصَّيْرَفِيُّ مَعْذُوْرًا فَنَادٰى عَلٰى نَفْسِهِ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ. فَجَاءَ إِلٰى جَارِهِ الْيَهُوْدِيِّ وَقَالَ: أَنْتَ جَارِيْ، وَلِيْ عَلَيْكَ حَقٌّ وَلِيْ إِلَيْكَ حَاجَةٌ. قَالَ: وَمَا هِيَ؟ قَالَ: تَبِيْعَنِيْ ثَوَابَ الْعَشْرَةِ دَرَاهِمَ الَّتِيْ دَفَعْتَهَا بِالْأَمْسِ لِلْفَقِيْرِ بِمِائَةِ دِرْهَمٍ. فَقَالَ وَاللهِ وَلَا بِمِائَةِ أَلْفِ دِيْنَارٍ، وَلَوْ طَلَبْتَ أَنْتَدْخُلَ مِنْ بَابِ الْقَصْرِ الَّذِيْ رَأَيْتَهُ الْبَارِحَةَ لَمَا مَكَّنْتُكَ مِنَ الدُّخُوْلِ فِيْهِ. فَقَالَ: وَمَنْ كَشَفَ لَكَ عَنْ هٰذَا السِّرِّ الْمَصُوْنِ؟ قَالَ: اَلَّذِيْ يَقُوْلُ لِلشَّيْءِ كُنْ فَيَكُوْنُ، وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. (إِخْوَانِيْ) كَانَ هٰذَا يَهُوْدِيًا، فَأَحِسِنِ الظَّنَّ بِيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَمَا كَانَ يَعْرِفُ فَضْلَهُ. فَأَعْطَاهُ اللهُ مَا أَعْطَاهُ وَمَنَّ عَلَيْهِ بِالْإِسْلَامِ. فَكَيْفَ بِمَنْ يَعْرِفُ فَضْلَهُ وَثَوَابَهُ وَيُهْمِلُ الْعَمَلَ فِيْهِ؟ وَلِلّٰهِ دَرُّ الْقَائِلِ:
 يَا غَادِيًا فِيْ غَفْلَةٍ وَرَائِحًا * إِلٰى مَتٰى تَسْتَحْسِنُ الْقَبَائِحَا؟ 
 وَكَمْ أَخِيْ كَمْ لَا تَخَافُ مَوْقِفَا * يَسْتَنْطِقُ اللهُ بِهِ الْجَوَارِحَا؟
 وَاعَجَبَا مِنْكَ وَأَنْتَ مُبْصِرُ * كَيْفَ تَجَنَّبْتَ الطَّرِيْقَ الْوَاضِحَا؟  
كَيْفَ تَكُوْنُ حِيْنَ تَقْرَأُ فِيْ غَدٍ * صَحِيْفَةً قَدْ حَوَتِ الْفَضَائِحَا؟  
وَكَيْفَ تَرْضٰى أَنْ تَكُوْنَ خَاسِرًا * يَوْمَ يَفُوْزُ مَنْ يَكُوْنُ رَابِحًا؟  
فَاعْمَلْ لِمْيْزَانِكَ خَيْرًا فَعَسٰى * يَكُوْنُ فِيْ يَوْمِ الْحِسَابِ رَاجِحًا!  
وَصُمْ فَهٰذَا يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ الَّذِيْ * مَا زَالَ بِالتَّقْوٰى شَذَاهُ فَائِحًا! 
 يَوْمٌ شَرِيْفٌ خَصَّنَا اللهُ بِهِ * يَا فَوْزَ مَنْ قَدَّمَ فِيْهِ صَالِحًا!!

TERJEMAH: 
(Faedah lain) Diriwayatkan bahwa ada seorang faqir yang memiliki keluarga di hari 'Asyuro (tanggal 10 Muharrom). Di pagi harinya si faqir dan keluarganya itu berpuasa, dan mereka tidak memiliki sedikitpun makanan untuk berbuka puasa. Lalu si faqir itu keluar untuk mencari makanan yang bisa digunakan untuk berbuka puasa di sekitar tempat tinggalnya. Namun tetap saja ia tidak menemukannya. Kemudian ia memasuki pasar penukaran mata uang dan melihat seorang lelaki muslim yang tengah menghamparkan tikar mewah lagi berharga mahal di tokonya, dan lelaki itu menuangkan tumpukan emas dan perak di atas tikarnya. 

Lalu si faqir mendekati sang lelaki itu dan mengucapkan salam kepadanya sambil mengatakan: “Wahai tuanku. aku adalah seorang faqir. Aku harap engkau mau memberiku hutang satu dirham agar aku bisa membelikan makanan untuk berbuka puasa keluargaku. Dan aku akan berdo'a untuk engkau di hari ini”. Sang lelaki itu memalingkan wajahnya dan ia tidak memberinya apapun. 

Maka pulanglah si faqir itu dengan hati yang merana dan air matanya mengalir di atas pipinya. Lalu di tengah jalan, ia terlihat oleh seorang Yahudi tetangga sang lelaki muslim tersebut yang berprofesi sebagai tukang penukar mata uang. Lalu si Yahudi itu membuntutinya dan berkata kepadanya: "Ceritakanlah kepadaku! Apa yang telah engkau bicarakan bersama si fulan tetanggaku itu?" 

Si faqir menjawab: “Aku bermaksud hutang satu dirham kepadanya untuk bekal berbuka puasa keluargaku, namun ia menolakku. Aku sangat kecewa. Aku juga mengatakan kepadanya bahwa aku akan berdo'a untuknya pada hari ini.” 

Lalu si Yahudi bertanya: “Sebenarnya ada apa dengan hari ini?” 

Si faqir menjawab: “Ini adalah hari 'Asyuro." Dan ia juga menuturkan sebagian keutamaan hari 'Asyuro kepada si Yahudi. 

Setelah mendengar penjelasan si faqir, Yahudi itu memberikan 10 dirham kepada si faqir seraya berkata: “Ambillah 10 dirham ini dan belanjakanlah untuk keluargamu untuk memuliakan hari Asyura’ ini!”. Lalu si faqir merasa senang berkat bantuan orang Yahudi itu dan ia pun dapat memberikan kelapangan nafkah kepada keluarganya. 

Di malam harinya, sang lelaki muslim (yang berprofesi sebagi tukang penukar mata uang juga) yang membuat kecewa si faqir bermimpi seakan hari kiamat telah tiba. Suasananya sangat mencekam, saat di mana semua orang mengalami dahaga dan kesusahan yang luar biasa. Dalam mimpi tersebut tiba-tiba ia melihat istana megah dengan bangunan yang berbahan dasar intan putih dan pintunya terbuat dari yaqut merah. Lalu ia mengangkat kepalanya dan mengatakan: “Wahai penghuni istana ini, berilah satu teguk minuman kepadaku!”. Lalu diserukan kepadanya: “Istana ini tadinya dipersiapkan untukmu. Namun ketika kamu menolak seorang faqir hingga hatinya merana, maka namamu yang berada di atas istana itu diganti dengan nama tetanggamu yang beragama Yahudi. Ia telah membantu si faqir itu dan memeberinya 10 dirham”. 

Keesokan harinya sang lelaki muslim tersebut merasa ketakutan dan ia berseru kepada dirinya sendiri dengan kecelakaan dan kebinasaan. Lalu ia menghampiri tetangganya yang beragama Yahudi dan berkata: “Engkau adalah tetanggaku, aku punya hak atasmu dan aku punya hajat kepadamu.

" Si Yahudi bertanya: “Dan apakah hak dan hajatmu itu?" 

Sang lelaki muslim menjawab: “Juallah pahala sedekah 10 dirham yang telah engkau berikan kepada si fakir kemarin dengan harga 100 dirham!" 

Si Yahudi berkata: “Demi Allah, meski engkau bayar dengan 100.000 dirham pun tidak akan aku jual. Andai engkau menuntutku untuk memasuki pintu istana yang engkau lihat di mimpimu semalam, sungguh aku tidak akan mempersilahkanmu memasukinya” 

Sang lelaki muslim bertanya: “Siapakah yang telah menyingkapkan rahasia mimpiku yang terjaga ini kepadamu?” 

Si Yahudi menjawab: “Dialah Dzat yang memberitahuku, dzat yang apabila menghendaki sesuatu, maka Dia berfirman: 'Jadilah!', maka seketika wujud. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh yang Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. 

Di hadapan lelaki muslim tersebut, si Yahudi menyatakan keIslamannya. 

Setelah memaparkan kisah di atas, Syeh Abu Bakar bin Syatho berpesan: 
 “(Wahai Saudaraku) Orang ini adalah seorang Yahudi, ia berperasangka baik terhadap hari 'Asyuro, padahal ia tidak mengetahui keutamaanya. Allah memberinya kenikmatan, memberinya anugerah besar dengan memeluk agama Islam. Lalu bagaimanakah nasib seorang muslim yang mengetahui keutamaan dan pahalanya ‘Asyuro, namun ia mengabaikan amal kebaikan di dalamnya?”. Dan alangkah indahnya ucapan seorang penyair beriku ini:

Wahai orang yang berada di dalam kelalaian diwaktu pagi dan sore hari * sampai kapankah engkau anggap baik suatu keburukan?
Dan sudah berapa banyakkah wahai saudaraku, banyaknya orang yang tidak takut terhadap tempat perhentian * yang Alloh mengajak bicara kepada seluruh anggota tubuhnya?
Alangkah anehnya engkau, sementara engkau bisa melihat * namun bagaimana bisa engkau menjahui jalan terang?
Bagaimanakah keadaanmu di hari esok nanti disaat engkau membaca  * lembaran catatan amal yang berisi pembokaran terhadap keburukanmu?
Dan bagaimana mungkin engkau merelakan dirimu sebagai orang merugi * di hari orang yang beruntung memperoleh keuntungan?
Lakukanlah kebaikan untuk neraca amalmu, semoga saja * di hari perhitungan amal nanti kabaikanmu itulah yang unggul!  
Dan berpuasalah, karena ini adalah hari 'Asyuro yang * semerbak bau harumannya adalah senantiasa dengan taqwa!
Yaitu hari mulya yang Alloh khususkan kepada kita * Aduhai betapa beruntungnya orang yang menghaturkan amal sholih di dalamnya!!

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.