Tuesday, May 17, 2022

AKIDAH ISLAM

 A. PENGERTIAN, DASAR DAN TUJUAN AKIDAH ISLAM


1. Pengertian Akidah Islam

Menurut bahasa, kata akidah ber­asal dari bahasa Arab, yaitu: عَقَدَ - يَعْقِدُ - عَقْدًاYang artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.

Para ulama memberi pengertian (mendefinisikan) akidah sebagai berikut:

مَا عَقَدَ عَلَيْهِ الْقَلْبُ وَالضَّمِيْرُ

Artinya:

"Sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati nurani.”

Di dalam Al-Qur'an kata "aqad" sering disebutkan, antara lain, dalam surah Al-Ma'idah ayat 1:

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ.

Artinya:

"'Wahai orang-orang yang beriman! Pe­nuhilah aqad-aqad itu.” (QS. Al-Ma'idah: 1)

Adapun yang dimaksud dengan aqad di sini adalah janji, baik janji kepada Alloh, maupun janji kepada sesama manusia.

Menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mem­percayainya.

Berdasarkan pengertian akidah di atas, maka yang dimaksud akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim, berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli.


2. Dasar-dasar Akidah Islam

Sebenarnya dasar-dasar akidah Islam tidak lain adalah dasar dari ajaran Islam itu sendiri, yaitu: Al-Qur'an, dan Al-Hadits (Sunah Rasul). Akidah Islam disusun atas dasar dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Di dalam Al-Qur'an banyak disebut pokok-pokok akidah, seperti: nama-nama dan sifat- sifat Alloh, tentang malaikat, kitab-kitab Alloh, hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Mengenai pokok-pokok atau kan­dungan akidah Islam, antara lain, disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 285 sebagai berikut:


اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Artinya:

"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata),"Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Dan mereka berkata,"Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali." (QS. Al-Baqarah: 285)  

        Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan:

اَنْ تُؤْمِنَ بِاللّٰهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Artinya:

"Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya para rasul-rasul-Nya, hari akhir dan hendaklah engkau beriman akan qadar ketentuan baik dan buruk". (HR. Muslim).

Al-Qur'an dan Hadits merupakan dasar akidah Islam dan pegangan serta pedoman bagi kaum muslimin. Selama kaum muslimin masih berpegang ke­pada pedoman tersebut, maka di­jamin selamat dari kesesatan. Sabda Rasululloh saw.:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا كِتَابَ اللّٰهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ.

Artinya:

"Telah kutinggalkan kepadamu dua pedoman, jika kamu tetap berpegang kepada keduanya, kamu takkan tersesat selama- lamanya, yakni Kitabulloh (Al-Qur'an) dan sunah Rasululloh."


3. Tujuan Akidah Islam

Akidah Islam harus menjadi pedom­an bagi setiap muslim. Artinya, setiap umat Islam harus meyakini pokok- pokok kandungan akidah Islam tersebut.

Adapun tujuan akidah Islam itu adalah:

a. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan ma­nusia cenderung mengakui adanya Tuhan. Firman Alloh dalam surah Al-A'raf ayat 172-173 yang artinya sebagai berikut:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang be­lakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan," Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini", atau agar kamu tidak mengatakan,"Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) se­telah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?" (QS. Al-A'raf: 172-173)

Dengan naluri berketuhanan, manusia berusaha untuk mencari Tuhannya. Kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkin­kan manusia akan keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah Islam, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.

 

b.   Memelihara manusia dari ke­musyrikan.

Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya tun­tunan yang jelas tentang kepercaya­an terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemugkinan manusia terperosok ke dalam kemusyrikan selalu terbuka, baik syirik jaly (terang-terangan) berupa perbuatan, maupun syirik khofy (tersembunyi) di dalam hati. Dengan mempelajari akidah Islam manusia akan terpelihara dari per­buatan syirik.

c.   Menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

Manusia diberi kelebihan oleh Alloh dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan ma­nusia itu sendiri. Oleh sebab itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah Islam agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.


B. IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

1. Iman

Dari segi bahasa iman berarti percaya. Berasal dari bahasa Arab اٰمَنَ - يُؤْمِنُ - اِيْمَانًا. Menurut istilah:

اَلْإِيْمَانُ هُوَ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَاِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ.

Artinya:

"Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan memperbuat dengan anggota badan (beramal)."

Apakah yang dibenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan di­amalkan itu? Sudah barang tentu adalah seluruh ajaran Islam. Jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran Islam, maka orang tersebut sudah dapat dikatakan mukmin (orang yang ber­iman).

Iman itu terdiri atas tiga tingkatan:

a.     Tingkatan mengenal. Pada tingkat­an pertama ini seseorang baru mengenal sesuatu yang diimani. 

b.     Tingkatan kesadaran. Pada tingkat kedua ini iman seseorang sudah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani didasari oleh alasan-alasan tertentu.

c.  Tingkat haqqul yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang ter­tinggi. Seseorang mengimani se­uatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri kepada Alloh.

2. Islam

Kata Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu: اَسْلَمَ - يُسْلِمُ - إِسْلَامًا. Yang artinya adalah patuh, tunduk, menyerahkan diri, selamat.

Sedangkan menurut istilah, Islam yaitu agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri dan tunduk se­penuhnya kepada Alloh.

Yang dimaksud dengan tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya.

Sehubungan dengan pengertian Islam ini, Rosululloh Saw. bersabda:

اَلْاِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا. (رواه البخاري)

Artinya:

"Islam itu ialah engkau menyembah Alloh (menghambakan diri kepada-Nya, Dia sendiri saja), tiada engkau persekutukan Dia dengan suatu yang lain, engkau dirikan sembahyang, engkau keluarkan zakat yang difardhukan, engkau berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitulloh." (HR. Bukhari)

Orang yang tunduk dan berserah diri kepada Alloh disebut muslim. Seseorang yang betul-betul muslim, hidup dan matinya hanya semata-mata mencari keridhoan Alloh. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, surah Al-An'am ayat 162, yang artinya adalah:

"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Tuhan seluruh alam."


2. Ihsan

        Ihsan artinya berbuat baik. Berasal dari bahasa Arab: أَحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا. Sedangkan Ihsan menurut istilah adalah ber­bakti dan mengabdikan diri kepada Alloh swt. dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.

Berbakti kepada Alloh yakni ber­buat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena Alloh, seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang ber­hadapan dengan Alloh.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menerangkan:

أَنْ تَعْبُدَ اللّٰهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

Artinya:

"Bahwa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, Dia pasti melihat engkau."

Ihsan ada empat macam, yaitu:

a.     Ihsan terhadap Alloh, yakni me­ngerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.

b.     Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkan ke­celakaan atau kerugian kepada diri sendiri.

c.    Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara berdasar keturunan, saudara karena tetangga, kerabat, ataupun se­agama. Alloh berfirman dalam surah An-Nisa' ayat 36 sebagai berikut:

وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ (النساء: ٣٦)

Artinya:

“. . . Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak- anak yatim, orang-orang miskin, te­tangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Alloh tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."

d.   Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan), yakni berbuat baik atau memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak punah.


4. Hubungan dan Perbedaan antara Iman, Islam dan Ihsan

Hubungan antara iman, Islam dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi. hubungan antara sisi yang satu dan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi, orang yang takwa ibarat segitiga sama sisi, yang sisi-sisinya terdiri dari iman, Islam dan ihsan. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.

Di samping adanya hubungan antara iman, Islam dan ihsan juga terdapat perbedaan antara ketiganya se­kaligus merupakan ciri masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi ke­yakinan di dalam hati, (تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ). Islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal. Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata.Ihsan merupakan ukuran tipis tebalnya iman dan Islam seseorang.

 

5. Rukun Iman

Rukun Iman ada 6 perkara:

1.      Iman kepada Alloh

2.      Iman kepada para malaikat

3.      Iman kepada kitab-kitab Alloh

4.      Iman kepada para rasul Alloh

5.      Iman kepada hari kiamat (hari akhir)

6.      Iman kepada qadha dan qadar Alloh

Sehubungan dengan rukun iman ini Rosululloh bersabda:

اَنْ تُؤْمِنَ بِاللّٰهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه ابوداود)

Artinya:

"Hendaknya engkau beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-­Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada qadar-Nya yang baik dan yang buruk". (HR. Abu Dawud).

6. Hal-hal Lain yang Juga Harus Diimani

Selain rukun iman sebagaimana yang telah disebutkan di atas masih ada beberapa hal yang wajib diimani, yaitu:

a.   Ruhaniyat (spiritual), yaitu yang berhubungan dengan mahkluk gaib, seperti adanya roh yang terdapat pada jasad manusia, adanya jin dan setan.

b.     Ketuhanan, yaitu yang berhubung­an dengan nama, sifat, kudrat atau kekuasaan Alloh, misalnya Alloh memperjalankan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra' Mi'raj.

c.   Kenabian/kerasulan, yang me­nyangkut sifat-sifat dan kesucian para nabi, yaitu tentang orang-orang yang memiliki ketakwaan yang sangat mendalam di luar ke­biasaan manusia pada umumnya. Orang-orang tersebut dinamakan Wali Alloh.

d.  Sam'iyat, yaitu hal-hal yang ber­hubungan dengan alam ghaib, se­perti alam barzah, padang mahsyar, siksa kubur, nikmat kubur, tanda-tanda hari kiamat dan hidup se­sudah mati.




No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.