Saturday, April 28, 2018

TERJEMAH KASYIFATUS SAJA Bag.38

﴿وَ﴾ ثَالِثُهَا أَنْ تُؤْمِنَ بِــ﴿كُتُبِهِ﴾ مَعْنَى الْإِيْمَانِ بِالْكُتُبِ التَّصْدِيْقُ بِأَنَّهَا كَلَامُ اللّٰهِ الْمُنَزَّلُ عَلٰى رُسُلِهِ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ.
Dan﴿ rukun iman yang ketiga adalah engkau [harus] beriman kepada kitab-kitab-Nya﴿. Arti beriman dengan kitab-kitab adalah membenarkan bahwasanya kitab tersebut adalah firman Alloh yang diturunkan kepada para utusan-Nya, [semoga tercurah] atas mereka rohmat dan keselamatan.

وَكُلُّ مَا تَضَمَّنَتْهُ حَقٌّ وَنُزُوْلُهَا بِأَنْ كَانَتْ مَكْتُوْبَةً عَلَى الْأَلْوَاحِ كَالتَّوْرَاةِ أَوْ مَسْمُوْعَةً مِنَ السَّمْعِ بِالْمُشَاهَدَةِ كَمَا فِيْ لَيْلَةِ الْمِعْرَاجِ أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ كَمَا وَقَعَ لِمُوْسٰى فِي الطُّوْرِ.
Dan setiap sesuatu yang dikandung oleh kitab-kitab suci itu adalah benar, dan [mengenai] diturunkannya [juga benar adanya] dengan sekiranya berwujud firman yang ditulis di atas beberapa lempengan, seperti kitab Taurot. Atau diperdengarkan dari pendengaran dengan penyaksian langsung, sebagaimana yang terjadi di malam Mi‘roj. Atau [diperdengarkan] dari balik hijab, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Musa di dalam gua Thursina.

أَوْ مِنْ مَلَكٍ مُشَاهَدٍ كَمَا رُوِيَ أَنَّ الْيَهُوْدَ قَالُوْا لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا تُكَلِّمُ اللّٰهَ وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ إِنْ كُنْتَ نَبِيًّا كَمَا كَلَّمَهُ مُوْسٰى وَنَظَرَ إِلَيْهِ. فَقَالَ: لَمْ يَنْظُرْ مُوْسٰى إِلَى اللّٰهِ.
Atau [diperdengarkan] dari malaikat yang bisa disaksikan, sebagaimana diriwayatkan bahwa kaum Yahudi berkata kepada Rasululloh s.a.w.: "Tidakkah engkau dapat bercakap-cakap dengan Alloh, dan engkau dapat melihat-Nya, jika [memang] dirimu [adalah] sebagai Nabi, sebagaimana Nabi Musa dapat berbicara dengan-Nya, dan ia [juga] dapat melihat kepada-Nya?” Lalu Nabi bersabda: “Musa tidak memandang kepada Alloh.”

فَنَزَلَ: وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللّٰهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَائِيْ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ.
Lalu turunlah [ayat]: “Dan tidak ada bagi seorang manusia-pun bahwa Alloh berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki…..” (QS. asy-Syuro: 51)

قَالَ السُّحَيْمِيُّ فِيْ تَفْسِيْرِ ذٰلِكَ: أَيْ مَا صَحَّ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلَّا أَنْ يُوْحِيَ إِلَيْهِ وَحْيًا أَيْ كَلَامًا خَفِيًّا يُدْرَكُ بِسُرْعَةٍ كَمَا سَمِعَ إِبْرَاهِيْمُ فِي الْمَنَامِ أَنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكَ بِذَبْحِ وَلَدِكَ
Telah berkata Syeh as-Suhaimiy di dalam menafsirkan ayat itu: “Maksudnya adalah tidak benar bagi seorang manusia bahwa Alloh bercakap-cakap dengannya, kecuali Alloh mewahyukan kepadanya dengan suatu wahyu, yakni firman yang samar (yang tak terinderawi), yang dapat difahami dengan cepat. Sebagaimana Nabi Ibrohim mendengar di dalam tidur (mimpi beliau): “Sesungguhnya Allah memerintahkan anda untuk menyembelih putra anda.”

وَكَمَا أُلْهِمَتْ أُمُّ مُوْسٰى أَنْ تَقْذِفَهُ فِي الْبَحْرِ. أَوْ مِنْ وَرَائِيْ حِجَابٍ أَوْ إِلَّا أَنْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا أَيْ مَلَكًا جِبْرِيْلُ فَيُكَلِّمُ الرَّسُوْلَ أَيِ الْمُرْسَلَ إِلَيْهِ بِأَمْرِ رَبِّهِ مَا يَشَاءُ.
Dan sebagaimana Ibu Nabi Musa diberi ilham untuk melemparkan bayi Musa di lautan. Atau di belakang tabir , atau hanya saja Alloh pasti mengutus sesosok utusan, yakni satu malaikat, yaitu malaikat Jibril. Lalu malaikat itu akan mengatakan kepada sang Rosul, yakni yang malaikat itu diutus kepadanya dengan berdasarkan perintah Tuhannya akan semua wahyu yang dikehendaki oleh Alloh.

﴿فَرْعٌ﴾ قَالَ سُلَيْمَانُ الْجَمَلُ وَعَنِ الْحَرْثِ بْنِ هِشَامٍ أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يَأْتِيْكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحْيَانًا يَأْتِيْنِيْ فِيْ مِثْلِ صَلْصَلَةِ الْجَرْسِ وَ هُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيَفْصِمُ عَنِّيْ وَقَدْ وَعَيْتُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِيْ اَلْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِيْ فَأَعِيْ مَا يَقُوْلُ.
Cabang﴿ Syeh Sulaiman al-Jamal berkata: “Dan [diriwayatkan] dari Sayyidina al-Harth bin Hisyam, bahwasanya beliau pernah bertanya kepada Nabi s.a.w.: “Bagaimana wahyu mendatangi anda?” Lalu Nabi s.a.w. bersabda: “Terkadang wahyu medatangiku, seperti bunyi lonceng, dan hal itu adalah paling beratnya wahyu bagiku, lalu bunyi itu terhenti dari diriku, dan sungguh telah dapat dihafalkan olehku, apa yang bunyi itu katakan. Dan terkadang, malaikat menyerupakan diri kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu ia bercakap-cakap denganku, lalu aku dapat menghafal apa yang ia ucapkan (sampaikan).”

وَالْجَرَسُ بِفَتْحِ الْجِيْمِ وَالرَّاءِ وَهُوَ مَا يُعَلَّقُ عَلٰى عُنُقِ الْحِمَارِ.
اَلْجَرَسُ (loceng), dengan dibaca fathah huruf jim dan ro', adalah sesuatu yang digantungkan di atas leher keledai.

وَقَوْلُهُ: فَيَفْصِمُ عَنِّيْ أَيْ يَنْفَصِلُ عَنِّيْ وَيُفَارِقُنِيْ.
Dan sabda Nabi s.a.w.: "فَيَفْصِمُ عَنِّيْ" (lalu terhenti dariku), yakni (maksudnya adalah) memisahkan diri dari diriku dan meninggalkan diriku.

وَقَوْلُهُ: وَعَيْتُ مِنْ بَابِ وَعَدَ أَيْ حَفِظْتُ مَا قَالَ
Dan sabda Nabi s.a.w.: “وَعِيْتُ” (aku telah menghafal), dari bab lafazh وَعَدَ (berjanji), yakni aku telah hafal apa yang ia katakan.

وَالْمُرَادُ بِالْكُتُبِ مَا يَشْمُلُ الصُّحُفَ وَقَدِ اشْتَهَرَ أَنَّهَا مِائَةٌ وَأَرْبَعَةٌ وَقِيْلَ إِنَّهَا مِائَةٌ وَأَرْبَعَةَ عَشَرَ.
Dan yang dimaksud dengan kitab-kitab adalah sesuatu yang mencakup lembaran-lembaran, dan sungguh telah masyhur (populer) bahwasanya kitab-kitab itu ada 104 kitab. Dan dikatakan [oleh satu pendapat]: “Sesungguhnya kitab-kitab itu ada 114 kitab.”

وَقَالَ السُّحَيْمِيُّ: وَالْحَقُّ عَدَمُ حَصْرِ الْكُتُبِ فِيْ عَدَدٍ مُعَيَّنٍ فَلَا يُقَالُ إِنَّهَا مِائَةٌ وَأَرْبَعَةٌ فَقَطْ لِأَنَّكَ إِذَا تَتَبَّعْتَ أَيْ فَتَشْتَ الرِّوَايَاتِ تَجِدُهَا تَبْلُغُ أَرْبَعَةً وَثَمَانِيْنَ وَمِائَةً.

Dan Syeh as-Suhaimiy berkata: “Yang benar adalah tidak adanya membatasi kitab-kitab dalam hitungan tertentu.” Maka tidak bisa dikatakan bahwa kitab-kitab itu berjumlah 104 saja, karena sesungguhnya engkau, apabila engkau meneliti, yakni engkau menyelidiki berbagai riwayat, maka engkau akan menemukan kitab-kitab itu mencapai jumlah 184 kitab.

فَيَجِبُ اعْتِقَادُ أَنَّ اللّٰهَ أَنْزَلَ كُتُبًا مِنَ السَّمَاءِ عَلَى الْإِجْمَالِ، لٰكِنْ يَجِبُ مَعْرِفَةُ الْكُتُبِ الْأَرْبَعَةِ تَفْصِيْلًا وَهِيَ التَّوْرَاةُ لِسَيِّدِنَا مُوْسٰى وَالزَّبُوْرُ لِسَيِّدِنَا دَاوُدَ وَالْإِنْجِيْلُ لِسَيِّدِنَا عِيْسٰى وَالْفُرْقَانُ لِخَيْرِ الْخَلْقِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ تَعَالٰى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ.
Makanya, wajib berkeyakinan bahwa Alloh telah menurunkan kitab-kitab suci dari langit, secara global. Akan tetapi wajib mengetahui kitab-kitab yang empat secara terperinci, yaitu kitab Taurot kepada Sayyidina Musa, kitab Zabur kepada Sayyidina Dawud, kitab Injil kepada Sayyidina ‘Isa, dan kitab al-Furqon (al-Qur'an) kepada sebaik-baik makhluk, yaitu Sayyidina Muhammad, semoga Allo Ta'ala melimpahkan rohmat dan keselamatan atas beliau dan atas mereka semuanya.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.