Sunday, March 3, 2019

KECINTAAN HAMBA ALLOH YANG SEBENARNYA

Syeh Junaid bin Muhammad al-Baghdadi, atau lebih dikenal sebagai Syeh Junaid al-Baghdadi, adalah seorang ulama sufi yang dianggap sebagai penghulu para kaum auliya’ di zamannya, yakni pada abad ke-2 hijriah atau abad 9 masehi. Sejak masih kecil ia telah mendalami dan mempraktekkan kehidupan sufi di bawah bimbingan guru yang juga pamannya sendiri, yaitu Syeh Sirriy as-Saqothi.

Suatu malam menjelang subuh, ketika tidur di rumah paman dan gurunya tersebut, Syeh Sirriy as-Saqothi membangunkannya dan berkata: "Wahai Junaid, bangunlah karena engkau akan memperoleh pelajaran sangat berharga malam ini...!"

Kemudian Syeh Sirriy as-Saqothi menceritakan kalau ia bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Alloh dan berkata kepadanya: "Wahai Sirriy, ketika Aku menjadikan makhluk, maka mereka semua mengaku cinta kepada-Ku. Tetapi ketika Aku menciptakan dunia, maka larilah dari Aku sembilan dari sepuluhnya (90%-nya) kepada dunia, tinggallah satu dari sepuluhnya (10%-nya) saja yang tetap mengaku cinta kepada-Ku....!!
Syeh Sirriy melanjutkan ceritanya kepada Junaid, bahwa Alloh menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang tetap mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persennya. Kemudian Alloh menciptakan surga, maka larilah sembilan dari sepuluhnya (90%-nya) untuk mengejar kenikmatan surga, tinggal satu dari sepuluhnya (10%-nya, atau seperseratus dari seluruh makhluk) yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Alloh, tidak tergiur surga dan kenikmatannya.

Kemudian Alloh menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang masih tetap mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seratus dari seluruh makhluk). Kemudian Alloh menciptakan neraka, maka larilah sembilan dari sepuluhnya (90%-nya) untuk menghindari pedihnya siksa neraka, tinggal satu dari sepuluhnya (10%-nya, atau seper-seribu dari seluruh makhluk) yang tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Alloh. Tidak takut akan neraka dan kepedihan siksaan di dalamnya, tetapi hanya takut kepada Alloh, yang dilandasi rasa cinta.

Lalu Alloh menghadapkan Diri-Nya kepada hamba yang masih tetap mencintai-Nya itu, yang tinggal sepuluh persen dari sisanya (seper-seribu dari seluruh mahluk). Kemudian Alloh menciptakan atau menurunkan bala atau musibah, maka larilah sembilan dari sepuluhnya (90%-nya) untuk menghindari atau sibuk menghadapi musibah tersebut, sehingga tinggal satu dari sepuluhnya (10%-nya, atau seper-sepuluhribu dari seluruh makhluk) yang masih tetap berkhidmat dan mengaku tetap mencintai Alloh. Tidak mau disibukkan dengan bala' tersebut, dan menerimanya dengan tawakal yang dilandasi rasa cinta kepada Alloh.

Maka Alloh menghadapkan diri-Nya pada mereka yang tetap mengaku mencintai-Nya, yang tinggal seper-sepuluh ribu dari seluruh makhluk, dan berfirman: "Wahai hamba-hamba-Ku, kalian ini tidak tergiur dengan dunia, tidak terpikat dengan kenikmatan surga, tidak takut dengan siksaan neraka, dan tidak juga lari dari kepedihan bala musibah, apakah sebenarnya yang kalian inginkan?"

Tentu saja sebenarnya Alloh telah mengetahui jawaban atau keinginan mereka, dan mereka itu memang hamba-hamba Alloh yang ma'rifat (sangat mengenal) kepada-Nya. Maka mereka berkata: "Ya Alloh, Engkau sangat mengetahui apa yang tersimpan pada hati kami!!”

Alloh berfirman lagi: "Kalau memang demikian, maka Aku akan menuangkan bala ujian kepada kalian, yang mana bukit yang sangat besar pun tidak akan mampu menanggungnya, apakah kalian akan sabar??"

Mereka yang memang hanya mencintai Alloh itu berkata, "Ya Alloh, apabila memang Engkau yang menguji, maka terserah kepada Engkau..!"
Di akhir mimpinya itu, Alloh berfirman: "Wahai Sirriy.... mereka itulah hamba-hamba-Ku yang sebenarnya!!"

PUSTAKA:
Kitab Sirojut Tholibin ---karya Syeh Ihsan Jampes Kediri--- Juz 2 halaman 136





No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.