Wednesday, February 7, 2018

DOKTER YANG CERDIK

Ada sepasang suami istri yang sudah membina rumah tangga cukup lama, kurang lebih 10 tahunan. Namun, mereka belum juga dikaruniai anak, sehingga mereka dirundung kesedihan. Setiap hari yang menjadi topik pembicaraan mereka tidak ada yang lain kecuali 'Kapan kita punya anak?'. Berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mendapatkan anak. Beberapa dokter juga orang pintar, telah didatanginya. Namun, belum juga membuahkan hasil. Tetapi mereka tidak pernah putus asa dalam berusaha.

Hingga suatu saat mereka mendapat informasi tentang adanya seorang dokter yang cerdik dan bagus pengobatannya. Tanpa menunggu waktu, datanglah pasangan suami istri itu ke sang dokter. Mereka menceritakan keinginannya agar segera punya momongan (anak), juga apa saja yang telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Begitu mereka masuk ke ruang praktik, dokter pun memeriksa merek secara seksama. Dimulai dari kondisi sang suami, kemudian dilanjutkan pemeriksaan kepada sang istri yang juga tidak kalah telitinya.

Selesai pemeriksaan mereka berdua diminta duduk di kursi yang berhadapan dengan Sang dokter. Dokter memandang pasangan suami istri tersebut dengan wajah yang terlihat agak sedih. Lalu ia berkata begini: "Bapak dan Ibu, dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan, Bapak dan Ibu dinyatakan sehat lahir dan batin, tidak ada masalah apapun. Secara medis tidak mustahil Anda berdua memiliki anak."

Dengan hati yang gembira sang suami balik bertanya: "Tapi dokter, kalau memang kami berdua dinyatakan sehat dan normal, kenapa sampai 10 tahun lebih belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada istri saya?"

Sang dokter terdiam sejenak sambil menata hati dan pikirannya, seperti ingin mengatakan sesuatu hal yang sangat penting tapi merasa sangat berat untuk diucapkan. "Begini Bapak dan Ibu, bolehkan saya menyampaikan sesuatu yang sangat penting? tapi saya yakin apa yang akan saya sampaikan pasti membuat Anda berdua terkejut."

Mendengar kata-kata sang dokter mereka menjadi sangat penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan oleh sang dokter. Spontan saja mereka berdua menjawab: "Oh tentu saja boleh, justru harus anda sampaikan kepada kami. Apapun yang terjadi kami siap menerimanya."

Ahli medis itu terlihat menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan yang mengisyaratkan beratnya beban yang ingin diucapkannya. Dengan perlahan sang dokter berkata: "Menurut ilmu kedokteran yang saya pelajari, dari pemeriksaan yang saya lakukan pada ibu tadi, mulai dari detak jantung, denyut nadi, serta pemeriksaan yang lainnya, dapat diambil kesimpulan bahwa, Tuhan mungkin tidak menghendaki Ibu punya anak."

"Lho dokter itu bagaimana? tadi katanya saya sehat dan tidak punya masalah, kenapa sekarang berkata bahwa Tuhan mungkin tidak menghendaki Saya punya anak? Yang benar kalau memberi penjelasan!" Kata sang istri dengan nada tinggi.

Sejenak sang dokter menundukkan kepala kemudian dipandanginya wajah pasangan suami istri itu satu persatu. Lagi-lagi terdengar suara sang dokter seperti tersendat, lantaran saking beratnya apa yang ingin Ia katakan. Akhirnya dengan suara terbata-bata, sang dokter berkata: "Maksud saya.... maksud saya.... Maksud saya begini Ibu.... Maksud saya.... usia ibu yang tidak memungkinkan lagi untuk hamil. Sebab berdasarkan ilmu medis menunjukkan bahwa usia Ibu Hanya Tinggal 40 hari lagi dari sekarang, tidak lebih."

Mendengar kata-kata sang dokter tersebut, mereka berdua kaget bukan kepalang. Bagai disambar petir di siang bolong, spontan mereka berdua berpelukan dengan tangis yang tidak bisa ditahan lagi. Sang istri menjerit-jerit karena tidak kuat mendengar keterangan dokter. Mereka berdua hanya menangis sambil berpelukan erat, seolah tidak mau berpisah.

Sengaja oleh sang dokter mereka berdua dibiarkan dalam keadaan demikian. Tanpa terasa setengah jam sudah berlalu, akhirnya sang dokter mulai angkat bicara: "Maaf Bapak dan Ibu, kalau perkataan saya tadi sangat menyakitkan Anda berdua. Namun, itulah hasil dari pemeriksaan medis yang saya dapatkan. Saya merasa sangat bersalah kalau menyembunyikannya dari bapak dan ibu." Jelas sang dokter dengan ekspresi yang tak kalah sedihnya dengan pasangan suami istri itu.

Dengan suara terbata-bata, sang suami mulai dapat berbicara. "Tetapi benarkah hasil itu dokter? Apakah tidak ada jalan keluarnya? Apa yang harus kami berdua perbuat?"

"Benar, tidak ada jalan keluar secara medis." Sang dokter menimpali. "Nasehatku kepada bapak, Rawatlah istri anda sebaik-baiknya, agar kelak kalian berdua dipertemukan oleh Allah di akhirat. Siapa tahu di sana Anda berdua akan mendapatkan kehormatan. Anda berdua mempunyai anak serta menjadi keluarga yang lebih damai."

Penjelasan sang dokter justru membuat tangis pasangan suami istri itu meledak lagi. Sambil bergegas pulang, mereka berderai air mata disertai dengan pelukan erat. Seolah tak mau terlepas sedetikpun. Sesampainya di rumah rumah, mereka berdua bergegas mengumpulkan segenap keluarga dan sanak kerabat serta para tetangga dengan berurai air mata. Diceritakanlah hasil pemeriksaan dari dokter. Tak lupa mereka juga menyampaikan cerita akan kematian sang istri yang kata dokter tidak lebih dari 40 hari lagi. Mendengar itu semua, meledaklah tangis orang-orang seisi rumah. Mereka saling berpelukan satu sama lain. Tak seorangpun mampu berkata-kata.

Semenjak hari itu, setiap orang saling mengunjungi dan menasehati. Mereka juga memberikan hadiah apa pun yang mampu diberikan kepada sang istri. Dengan pemikiran barangkali itu adalah penghormatan atau bentuk kasih sayang mereka yang terakhir. Lain halnya dengan sang istri. Semenjak peristiwa itu, ia tidak mampu lagi menggerakkan mulutnya. Ia hanya bungkam seribu bahasa, karena tidak mampu lagi berkata apa-apa. Tiada sesuatu apapun yang masuk ke dalam perutnya. Kecuali hanya beberapa Tetes air. Nafsu makannya hilang sama sekali. Disamping hilangnya nafsu makan, ia juga mengharap ampunan Allah sambil berpuasa di akhir hayatnya. Hanya satu yang dipintanya, yaitu mati dalam keadaan khusnul khotimah.

Setelah sampai saatnya waktu yang paling ditakutkan oleh semua keluarga tiba, yaitu 40 hari dari pemeriksaan dokter, semuanya berkumpul. Mereka menangis histeris hingga tidak terbendung lagi sambil mendekap seorang perempuan yang hanya menunggu detik kematian yang sudah di depan mata. Semua perlengkapan dan syarat merawat jenazah pun sudah dipersiapkan. Mulai dari liang kubur, batu nisan, kain kafan, hingga tempat untuk memandikan jenazah.

Namun apa yang terjadi 40 hari telah berlalu. Bahkan telah lebih dari 1 hari, perempuan yang menurut analisa dokter seharusnya meninggal kemarin ternyata masih hidup sehat, normal lahir dan batin. Memang tampak ada perubahan pada diri si perempuan. Duluu sebelum peristiwa tersebut, berat badannya 120 kg. Sekarang menjadi kurus sekitar 50 kg akibat puasa 40 hari. Tidak ada sesuatu apapun yang masuk ke dalam perutnya.

Akhirnya keluarga merasa kebingungan, Kenapa demikian? tertipukah kita? siapa yang bertanggung jawab dengan masalah ini? Siapa biang penipuan yang menggegerkan ini? Ditemukanlah jawaban bahwa semua ini gara-gara analisa dokter yang menimbulkan fitnah besar. Mereka lalu bergerak demo dan unjuk rasa sebagai balasan dari ulahnya yang keji. Kalau perlu mereka akan membunuh Sang dokter. Sesampainya di rumah sang dokter, mereka berteriak: "Bunuh dokter!.... Bunuh dokter!

Sang dokter pun kemudian keluar menemui mereka seraya bertanya: "Wahai bapak dan ibu sekalian! Sesungguhnya saya tahu bahwa keluarga anda yang satu ini sangat sehat dan belum ada tanda-tanda datangnya kematian. Namun ingatlah! Bukankah dia datang kepadaku karena ingin hamil?"

Serempak mereka menjawab: "Betul ia memang ingin hamil. Tapi, kenapa kau tipu kami dengan berita kematiannya?"

Sang dokter tersenyum mendengar perkataan orang-orang itu seraya berkata: "Ketahuilah saudaraku! dia tidak bisa hamil karena pintu rahimnya tertutup lemak, ia terlalu gemuk. Karena itulah saya memutuskan untuk membuat rekayasa agar berat badan dia bisa normal. Sekarang bapak dan ibu bisa lihat, dengan cara saya menganalisa masalah ini dia bisa normal berat badannya, yang semula 120 kg sekarang menjadi 50 kg. Oleh karena itu silahkan berkumpul dengan suami, Insya Allah dia akan hamil." Jelas sang dokter dokter panjang lebar.

Mendengar penjelasan sang Dokter bubarlah kerumunan massa itu. Mereka pulang ke rumah masing-masing sambil menunggu bukti dari apa yang dokter ucapkan. Alhamdulillah beberapa bulan kemudian tampaklah tanda kehamilan pada perempuan tersebut. Dengan rasa syukur mereka menyampaikan terima kasih kepada sang dokter.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.