Wednesday, February 7, 2018

TUKANG SIHIR

Diriwayatkan oleh Imam Muslim (HR. Imam Muslim) bahwa pada zaman dahulu Rasulullah pernah bercerita tentang seorang raja yang mempunyai seorang pembantu yang ahli dalam bidang sihir. Menjelang masa tuanya, ahli sihir merasa bahwa ia sudah tidak sanggup lagi melakukan tugas-tugasnya. Ia perlu mendidik seseorang untuk menggantikan dirinya. Ia lalu membicarakan masalah ini pada sang Raja. “Tuan Raja yang mulia, hamba merasa kalau hamba ini sudah tua. Sebaiknya Tuanku Raja mengutus seseorang yang masih muda untuk hamba didik mengenai sihir, agar ia bisa menggantikan tugas hamba sebagai ahli sihir,” kata ahli sihir kepada sang Raja.

Mendengar perkataan ahli sihirnya, sang Raja menyetujuinya. Ia lalu menunjuk seorang pemuda untuk belajar tentang sihir. Sejak ditunjuk oleh Raja, setiap hari si Pemuda dengan tekun pergi ke rumah tukang sihir untuk belajar. Perjalanannya menuju ke rumah tukang sihir melewati rumah seorang rahib (orang alim/orang pintar). la selalu menyempatkandiri untuk singgah ke rumah
rahib. Saat berada di rumah rahib, si Pemuda banyak diberi nasihat oleh rahib

Tapi semua itu tak berlangsung lama. Begitu tukang sihir mengetahui kalau si Pemuda sering bertamu ke rumah rahib, tukang sihir melarang si pemuda untuk bertemu rahib. Bahkan tukang sihir memukul si Pemuda karena tidak menaatinya. Setelah kejadian itu, si Pemuda menceritakan apa yang terjadi pada rahib. Rahib memberi tahu jawaban agar aman dari tukang sihir. "Jika kamu takut kepada tukang sihir, katakanlah bahwa kamu disibukkan oleh urusan keluarga ketika kamu terlambat datang ke rumah tukang sihir. Sebaliknya, jika kamu takut kepada keluargamu, katakanlah bahwa kamu sedang disibukkan dengan urusan di rumah tukang sihir," saran rahib kepada si Pemuda.

Suatu hari ketika si Pemuda hendak berangkat belajar di rumah tukang sihir, ia mendapati keributan di tengah perjalannya. Dengan rasa penasaran, ia melihat apa yang sebenarnya terjadi, ternyata ada seekor srigala besar yang menghalangi jalan. Srigala tersebut membuat masyarakat takut sehingga tidak ada yang berani melintasi jalan itu. Melihat keadaan itu, si Pemuda berpikir, "Ini kesempatan yang baik untuk menguji kehebatan antara rahib dan tukang sihir."

Si Pemuda lalu mengambil sebuah batu, "Ya Allah, seandainya ilmu rahib lebih engkau cintai daripada ilmu tukang sihir, maka bunuhlah srigala itu dengan wasilah/batu ini," batin si Pemuda dalam hati seraya melempar batu tersebut.

Batu tersebut tepat mengenai kepala srigala hingga srigala itu mati. Masyarakat bersorak kegirangan, ketakutan mereka sirna begitu melihat srigala besar itu telah mati. Melihat semua itu, si Pemuda menjadi tahu bahwa batu itu telah menjadi bukti kalau ilmu rahib lebih dicintai Allah dibandingkan ilmu tukang sihir.

Si Pemuda melanjutkan perjalanannya lagi hingga sampai di rumah rahib. Si Pemuda menceritakan apa saja yang baru ia alami. Rahib mendengarkan cerita si Pemuda lalu berkata, "Wahai anakku, hari ini kamu sudah mencapai tingkatan yang lebih tinggi daripada aku. Seperti apa yang baru saja engkau alami. Dan ketahuilah bahwa sebentar lagi kamu akan mendapat cobaan besar, bila hal itu terjadi, jangan sekali-kali menunjukkan namaku," kata rahib panjang lebar.

Sejak kejadian itu, si Pemuda mulai menunjukkan kehebatannya. la bisa mengobati berbagai macam penyakit, seperti lepra, bisu, tuli dan lain sebagainya. Berita tentang kehebatan si Pemuda didengar oleh sahabat raja yang buta. la lalu bergegas pergi ke rumah si Pemuda dengan membawa hadiah yang berlimpah. "jikalau kamu bisa menyembuhkanku dari kebutaanku ini, maka
semua hadiah yang aku bawa ini akan kuberikan padamu," kata sahabat raja kepada si Pemuda.

Mendengar perkataan sahabat raja, dengan cepat si Pemuda menjawab, "Aku tidak bisa menyembuhkan penyakit apapun dan menyembuhkan siapapun. Yang mampu untuk menyembuhkan penyakit hanyalah Allah. Jika kamu beriman kepada Allah, maka aku akan mendoakan kamu. Insya Allah kamu akan sembuh."

Sahabat raja mengikuti apa yang dikatakan si Pemuda, ia beriman pada Allah. Dan seketika itu juga, sahabat raja sembuh dari kebutaannya. Keesokan harinya, sahabat raja datang kepada raja seperti biasanya. Sang Raja sangat terkejut melihat sahabatnya datang tidak dalam kebutaan seperti biasanya. "Wahai sahabatku, katakanlah kepadaku siapa yang telah menyembuhkanmu?" tanya raja.

Dengan tegas sahabat raja menjawab, "Tuhanku yang telah memulihkan penglihatanku."

Sang Raja bertambah terkejut mendengar jawaban sahabatnya. Dengan nada tinggi Raja bertanya, "Apa kamu punya Tuhan selain aku?"

"Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah," jawab sahabat raja dengan tenang.

Mendengar jawaban sahabatnya, raja semakin marah. la memerintahkan pengawal untuk menangkap sahabatnya. Sahabat raja dihajar habis-habisan oleh para pengawal raja. Karena tidak tahan dengan siksaan yang dialaminya, akhirnya sahabat raja memberitahukan bahwa yang menyembuhkannya adalah si Pemuda.

Raja lalu memerintahkan pengawal untuk memanggil si Pemuda. Raja merasa bangga dengan kemampuan si Pemuda. "Wahai anakku, kemampuanmu dalam sihir telah mencapai puncaknya. Kamu sekarang benar-benar telah menjadi seorang tukang sihir yang hebat. Kamu sudah bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Aku sungguh bangga terhadapmu," kata sang Raja dengan senyum bangga.

Si Pemuda hanya tersenyum mendengar kata kata sang Raja. "Sesungguhnya saya tidak bisa menyembuhkan apapun dan siapapun. Karena sesungguhnya yang mampu menyembuhkan semua penyakit itu hanyalah Allah. Saya hanya menjadi perantaranya saja," kata si Pemuda.

Jawaban si Pemuda membuat Raja marah besar. Ia memerintahkan pengawal untuk menangkap dan menghukumnya. Si Pemuda dihajar habis-habisan hingga babak belur. Karena tidak tahan disiksa akhirnya si Pemuda mengaku kalau dia mendpat ilmu itu dari rahib. Raja kemudian memerintahkan pengawalnya untuk memanggil rahib. Raja amat marah, dia merasa bahwa rahib inilah biang keladi atas semua peristiwa ini. Begitu rahib menghadap raja, dengan marah raja berkata, "Wahai rahib, kembalilah engkau dari agamamu!"

Dengan tegas rahib menolak apa yang diperintahkan raja padanya. Penolakan rahib membuat raja bertarnbah marah. Raja lalu mengambil gergaji dan meletakan gergaji itu di atas kepala rahib. la membelah rahib menjadi dua bagian, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Hingga masing-masing bagian dari tubuh rahib jatuh ke lantai.

Kemarahan raja tidak berhenti sampai di situ saja, ia kemudian memanggil sahabatnya dan menanyakan hal yang sama seperti yang ia tanyakan kepada rahib. "Wahai sahabatku, kembalilah engkau dari agamamu," kata raja pada sahabatnya.

Sungguh diluar dugaan, sahabat raja menolak keluar dari agamanya. Raja menjadi semakin marah, ia tak menyangka sahabatnya menolak apa yang diperintahkannya. Raja mengambil gergaji dan membelah sahabatnya menjadi dua bagian. Sahabat raja meninggal dengan cara yang sama seperti rahib.

Giliran si Pemuda yang mendapat perintah yang sama dari raja, "Wahai pemuda, kembalilah engkau dari agamamu," perintah raja kepada si Pemuda.

Seperti yang diduga, si Pemuda menolak perintah raja. Mengetahui perintahnya ditolak, raja lalu memanggil algojonya。"Bawa pemuda ini ke atas gunung. Apabila kalian sudah sampai di puncak gunung, katakan padanya: "Kembalilah engkau dari agamamu. Jika ia mau kembali dari agamanya, bawalah ia kemari dan selamatkanlah ia dari atas gunung. Tetapi jika ia menolak, buanglah ia dari atas puncak gunung," perintah raja kepada para algojonya.

Para algojo menuruti perintah raja, mereka berjalan bersama si Pemuda menuju ke gunung. Sesampainya di gunung si Pemuda berdoa dalam hati, "Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka. Terserah dengan cara apa yang Engkau mau."

Seketika itu juga bergeraklah gunung itu
seperti terjadi gempa yang sangat dahsyat. Para algojo berjatuhan, mereka terlempar ke bawah hingga mereka semua mati. Hanya si Pemuda yang selamat dari gempa itu.

Dengan tenang si Pemuda kembali menemui Raja. Betapa terkejutnya sang Raja mengetahui
kalau si Pemuda selamat. Ia tidak menyangka kalau pemuda itu bisa kembali lagi di hadapannya.

"Apa yang telah mereka perbuat tethadap kamu? Bagaimana kamu bisa kembali ke sini dalam keadaan selamat?" tanya sang Raja dengan penuh keheranan.

"Aku diselamatkan dari mereka oleh Allah Swt.," jawab si Pemuda dengan tenang.

Tidak puas melihat si Pemuda masih dalam
keadaan hidup, raja memanggil algojonya yang lain dan menyerahkan si Pemuda pada mereka, "Bawalah pemuda ini dengan perahu ke tengah lautan yang paling dalam. Sesampainya kalian di sana, tanyakan padanya apakah ia mau kembali dari agamanya. Jika ia tetap menolak kembali dari agamanya, lemparkanlah ia ke dalam lautan," perintah raja pada algojonya.

Berangkatlah para algojo bersama si Pemuda ke laut. Mereka naik perahu menuju ke tengah lautan seperti yang diperintahkan raja pada
mereka. Sesampainya di tengah laut, si Pemuda berdoa dalam hati, "Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka. Terserah dengan cara apa yang Engkau mau."

Tanpa diduga, tiba-tiba perahu yang mereka tumpangi terbalik. Semua algojo mati tenggelam, hanya si Pemuda yang selamat. Bergegas si Pemuda kembali ke kerajaan untuk menemui raja. Untuk kedua kalinya sang Raja keheranan. Dia kembali bertanya-tanya bagaimana si Pemuda ini bisa selamat dari hukumanku. "Wahai pemuda, apa yang
telah mereka perbuat terhadap kamu? Bagaimana kamu bisa kembali ke sini dalam keadaan selamat?" tanya sang Raja dengan penuh keheranan.

"Aku diselamatkan dari mereka oleh Allah
Swt. Dan ketahuilah sang Raja bahwa engkau tidak akan bisa membunuhku hingga kamu melakukan apa yang aku katakan dan mengikuti petunjukku," kata si Pemuda.

"Apa yang hendak kamu katakan?" sahut
Raja.

"Kumpulkanlah manusia sebanyak mungkin
di suatu tempat yang lapang. Kemudian saliblah aku di tempat tersebut. Bekalilah setiap orang dengan busur dan anak panah. Dan suruhlah mereka dalam keadaan siaga. Lalu perintahkanlah mereka untuk membaca 'Dengan nama Allah (Tuhannya pemuda
ini)' seraya melepaskan anak panah yang mereka punya. Jika engkau melakukan apa yang aku katakan, maka engkau bisa membunuh aku," jelas si Pemuda panjang lebar.

Sang Raja melakukan apa yang diperintahkan
si Pemuda. Sang Raja memerintahkan pengawalnya untuk menyalib si Pemuda. Ia juga mengumpulkan rakyat dan membekali mereka dengan busur dan anak panah. Dan seperti yang dikatakan si Pemuda, si Pemuda itu mati.

Kejadian tersebut membuat semua rakyat yang hadir d situ spontan membuat pernyataan, "Kita beriman kepada Tuhannya si Pemuda."

Tak hanya sampai di situ, sang Raja justru
diejek habis-habisan oleh rakyatnya, "Wahai Raja, apa yang engkau takutkan terjadi, Demi Allah justru terjadi karena kejadian ini.”

Mendengar ejekan dari rakyatnya, sang Raja
marah besar. Ia memerintahkan pengawalnya untuk membuat lubang yang sangat besar. Lubang itu lalu disi dengan kayu bakar dan api pun dinyalakan. Setiap orang dipanggil satu persatu. Dan setiap orang yang dipanggil mendapatkan pilihan dari sang Raja. "Setiap orang yang mau kembali dari agamanya, selamatkanlah. Dan sebaliknya setiap
orang yang tidak mau kembali dari agamanya,
masukkanlah ia ke dalam lubang," perintah sang Raja pada pengawalnya.

Semua rakyat telah dipanggil satu persatu, dan
sebagian besar dari mereka dimasukkan ke dalam lubang karena mereka tidak mau kembali dari agamanya. Mereka lebih memilih Tuhannya si Pemuda. Tiba giliran yang terakhir, seorang wanita dengan anaknya yang masih kecil (masih gendongan). Wanita itu bimbang, hatinya penuh dengan keragu-raguan, "Apakah aku harus maju ataukah aku harus mundur? Jika aku maju, maka resikonya aku harus masuk ke dalam lubang tersebut. Dan itu artinya aku dan anakku harus mati. Atau lebih baik aku mundur saja agar aku dan anakku tetap hidup?" gumam si Wanita dalam hati.

Di tengah kebimbangan si Wanita, tiba-tiba
terjadi keajaiban. Si Anak yang masih kecil itu tiba-tiba dapat berkata. "Wahai ibuku, sabarlah engkau. Sebab engkau berada di jalan haq," kata si Anak kecil. Lalu masuklah sang Ibu dengan yakin dan meninggal dengan iman.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.