Wednesday, February 7, 2018

IBLIS BERJUBAH WALI

Saya mau curhat sedikit. Seperti yang pembaca lihat, judulnya saya akui memang agak provokatif. Bagaimana tidak, sebab figur IBLIS dan WALI memiliki kontradiksi dalam segala hal. Mata orang awam bahkan sudah dapat menilai dengan tegas dan jelas mana yang Wali dan mana yang iblis.

Tapi kawan, ada kalanya dalam hidup ini batas antara kewalian dan iblisisme itu menjadi begitu samar dan rabun. Batas yang seharusnya jelas itu bahkan tampak seperti kabut di pagi hari. Hari yang sejuk terasa di kulit, tapi menghalangi kejernihan pandangan mata. Bukankah jauh lebih berbahaya bila kita menempuh suatu perjalanan dengan mata yang terhalang ketimbang kita terlena dengan sejuknya perjalanan. Jauh lebih selamat bila kita dapat melihat jalur apa yang sedang kita lalui.

Ada satu kisah menarik. Anda tahu salah seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Ibnu Ummi maktum? Nama aslinya adalah Abdulloh, dan ia adalah seorang sahabat yang tuna netra. Namun demikian, ia terkenal sebagai seorang yang gigih keimanan dan keislamannya, serta lurus jalan hidupnya. Oleh karena itu, setiap nabi Muhammad SAW memimpin ghozwah (perang), Beliau meminta Ibnu Ummi maktum untuk menjadi walikota di Madinah menggantikan tugas tugas kenegaraan Beliau.

Nah...... sebagai seorang tuna netra, tentu sahabat Ibnu Ummi maktum ini memiliki ketergantungan kepada bantuan orang lain dalam banyak hal, termasuk sholat jamaah di masjid. Setiap hari, setiap akan sholat, ia selalu berangkat bersama seorang sahabat. Hal itu berlangsung lama. Sampai Alloh menakdirkan sahabat yang selalu menemaninya ke masjid itu meninggal dunia. Setelah sang pengantar meninggal, Ibnu Ummi maktum menemui kesulitan untuk ke masjid. Ditambah lagi rumahnya juga cukup jauh dari masjid. Maka pada suatu hari,  ia menemui Nabi Muhammad SAW dan bertanya: "Ya Rosulalloh.... Bolehkah saya sholat di rumah saja? Saya seorang yang buta. Sulit bagi saya untuk selalu ke masjid."

Mendengar hal itu, yang mulia Nabi Muhammad SAW bersabda: "Apakah engkau masih bisa mendengarkan suara adzan?" (maksudnya: engkau memang buta, tapi apa engkau juga tuli?)

Ibnu Ummi maktum menjawab: "Sungguh saya masih sangat mendengar setiap seruan adzan yang dikumandangkan ya rosulalloh."

Lalu nabi bersabda: "Kalau begitu, datanglah untuk selalu berjamaah bersama kami."

Setelah mendengar sabda Nabi SAW, Ibnu Ummi maktum melihat, dia tidak punya pilihan lain selain taat pada Rasulullah SAW.

Pada keesokan harinya, terdengarlah alunan suara Bilal yang sedang mengumandangkan adzan sholat subuh. Ibnu Ummi maktum pun segera berangkat ke masjid. Namun malang, karena tidak mampu melihat, maka ia tersandung batu dan terjatuh hingga keningnya berdarah. D ia berusaha bangkit, tiba-tiba ada seorang pemuda yang menolong dan mengantarnya ke masjid. Sang penolong yang ternyata masih muda itu juga mengantar Ibnu Ummi maktum setelah selesai jamaah sampai ke rumah. Tidak hanya itu, dia juga bahkan berjanji, esok, lusa dan seterusnya, untuk mengatur dan menjemput Ibnu Ummi maktum ke masjid hingga sepulang dari masjidnya.

"Mengapa kau begitu baik padaku?" tanya sahabat Ibnu Ummi maktum.

"Ah, Tak apa. Kita memang harus saling menolong antar sesama makhluk Alloh." jawab sang Pemuda.

"Kalau begitu, tolong beritahu aku siapa namamu anak muda?" Pinta Ibnu Ummi maktum.

"Untuk apa?".... Tanya sang Pemuda.

Ibnu Ummi maktum tersenyum dan berkata: "Aku akan berdoa kepada Alloh agar kau selalu diberi rahmat dan lindungan-Nya. Aku juga akan memohon kepada Rasululloh agar Beliau juga mendoakanmu. Sekarang katakan Siapa namamu!"

"Oh..... tidak usah seperti itu. Tidak apa-apa. Anda tidak perlu repot-repot mendoakan dan memperdulikan saya. Nanti saat masuk waktu dzuhur saya akan kembali. Sekarang Saya permisi dulu." Sang pemuda meminta izin.

"Anak muda.... kalau kau bersikeras tidak memberi tahu namamu, aku bersumpah, demi Alloh aku juga tak mau dan tak butuh bantuanmu!".... Ancam Ibnu Ummi maktum.

Melihat kekerasan dan kebulatan tekad Ibnu Ummi maktum, sang Pemuda akhirnya mengalah dan menjawab: "Baiklah, perkenalkan akulah yang disebut IBLIS."

Ibnu Ummi maktum Kaget dan berkata: "Jangan main-main kamu terhadap orang tua!"

"Aku tidak main-main atau berdusta. Aku adalah iblis. Akulah yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga."

Ibnu Ummi maktum terdiam sesaat lalu bertanya: "Kalau kau memang IBLIS, seharusnya kau menghalangiku untuk beribadah ke masjid. Kenapa malah menolong dalam mempermudah ibadahku?"

IBLIS berkata: "Wahai Abdulloh, sesungguhnya saat kau terjatuh tadi, Alloh SWT berfirman: {Hambaku terjatuh untuk menuju-Ku. Darahnya mengalir untuk menemui ridho-Ku. Maka, saksikanlah wahai para malaikat! Setiap ia terjatuh..... hapuslah setengah dari dosa-dosanya dan naikkan derajatnya}. Dengan sekali jatuh Allah mengampuni setengah dosamu. Aku menolongmu sebab aku khawatir, bila kau jatuh untuk kedua kali, maka dosa-dosamu akan diampuni semuanya. Aku tidak bisa membiarkan itu. Biarlah aku membantumu, dengan harapan, setengah dari dosamu sudah cukup untuk menyeretmu menjadi golonganku."

Pembaca yang budiman, apa yang dapat kita petik? Adakalanya terkadang IBLIS itu menghiasi perbuatan buruk seolah-olah ia adalah suatu kebaikan. Adakalanya iblis menjadikan perkara yang sunnah mengalahkan perkara yang wajib. Memelihara jenggot memang dikategorikan sunnah. Tapi, manfaatkah hal itu kalau kita kemudian mencela saudara seagama yang tidak berjenggot? Padahal memelihara ukhuwah (persaudaraan) adalah perkara yang wajib. Adakalanya IBLIS, membuat seseorang rajin beribadah dan rajin beramal sambil menyelipkan sifat riya' dalam hatinya. Sehingga ia merasa sesholeh WALI. Padahal amalannya hanya akan jadi debu di hadapan Allah SWT.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.