Wednesday, February 7, 2018

TAUBATNYA SEORANG PEMBUNUH

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim bahwa pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang berkelakuan sangat buruk. Bahkan bisa dikatakan si Pemuda itu adalah seorang ahli maksiat. Telah banyak kemaksiatan berat yang sudah ia lakukan. Ia telah menghilangkan nyawa 99 orang. la seorang peminum berat dan juga ahli zina. Setiap hari perbuatan itu telah ia lakukan. Segala bentuk kemaksiatan sudah pernah ia lakukan.

Suatu ketika dalam hati kecilnya ada keinginan untuk bertaubat. Ia ingin mencari jalan kebenaran. la ingin menjadi orang baik. Dengan niat ingin bertaubat, ia mencari seorang kiai yang bisa menunjukkan kepadanya bagaimana cara bertaubat. Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan seorang kiai. la pun mengutarakan keinginannya untuk bertaubat, "Pak kiai, saya ini seorang ahli maksiat. Telah banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat ini saya datang kepada Kiai dengan niat untuk bertaubat."

"Sebesar apakah dosamu?" tanya Kiai.

"Dosa saya amat besar, melebihi gunung,
melebihi air di samudra. Bahkan melebihi dunia ini," jawab si Pemuda.

"Dosa apa saja yang telah kamu lakukan,
sampai-sampai bisa melebihi gunung, melebihi air di samudra, bahkan melebihi duni ini?" tanya Kiai dengan penuh keheranan.

"Segala bentuk keimaksiatan dan dosa besar telah saya lakukan. Saya telah membunuh 99 orang. Minum-minuman keras dan zina telah menjadi pekerjaan saya sehari-hari, " jelas si Pemuda.

Sang Kiai sangat terkejut mendengar pengakuan si Pemuda. Bahkan hampir saja ia tidak bisa berkata-kata. "Dosamu sangatlah besar. Terlalu banyak kemaksiatan yang telah kamu lakukan. Hidupmu bergelimangan dengan dosa. Allah tidak akan mungkin mengampunimu," kata sang Kiai dengan nada tinggi.

Mendengar jawaban sang Kiai, si Pemuda naik pitam. Ia tersinggung dengan jawaban sang Kiai. Tanpa pikir panjang ia bunuh kiai itu. Hingga genaplah 100 nyawa melayang ditangannya.

Tetapi niat dia untuk bertaubat tidak berhenti sampai disitu saja. la masih mempunyai keinginan yang kuat untuk bertaubat. Ia pun kembali berjalan untuk mencari kiai yang lain. Tak berapa lama kemudian, ia menemukan seorang kiai. Dengan niat untuk bertaubat, ia pun mengatakan hal yang sama seperti ketika ia menemui kiai yang pertama tadi, "Pak kiai, saya ini seorang ahli maksiat. Telah banyak dosa yang telah saya lakukan. Saat ini saya datang kepada Kiai dengan niat untuk bertaubat."

"Sebesar apakah dosamu?" tanya Kiai.

"Dosa saya amat besar, melebihi gunung,
melebihi air di samudra. Bahkan melebihi dunia ini," jawab si Pemuda.

"Dosa apa saja yang telah kamu lakukan,
sampai-sampai bisa melebihi gunung, melebihi air di samudra, bahkan melebihi dunia ini?" tanya Kiai dengan penuh keheranan.

"Segala bentuk kemaksiatan dan dosa besar telah saya lakukan. Saya telah membunuh 99 orang dan seorang kiai. Minum minuman keras dan zina telah menjadi pekerjaan saya sehari-hari," jelas si Pemuda.

Dengan tenang dan muka tersenyum, sang Kiai menjawab, "Sebesar apapun dosamu tidak akan pernah melebihi besarnya rahmat Allah."

Mendengar jawaban sang Kiai, si Pemuda merasa agak sedikit tenang. Dengan ragu-ragu ia bertanya, "Jika saya bertaubat, apakah taubat saya akan
diterima oleh Allah?"

Dengan tegas sang Kiai menjawab, "Insya Allah akan diterima oleh Allah jika kamu berniat sungguh-sungguh untuk bertaubat dan melakukan taubat dengan benar dan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah."

"Kalau begitu apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya supaya saya bisa bartaubat?" tanya si Pemuda dengan penuh semangat.

"Kalau kamu benar-benar ingin bertaubat,
tinggalkan desa kamu, jangan lagi kamu tinggal di situ. Desa tempat tinggal kamu sekarang ini adalah desa yang penuh maksiat. Banyak masyarakat yang melakukan perbuatan maksiat. Jika kamu tetap tinggal di situ, tidak baik untuk keimanan kamu yang sedang
ingin memulai untuk belajar. Saya sarankan, pergilah kamu ke desa seberang. Di sana penduduknya ramah dan yang terpenting sebagian besar masyarakat di sana adalah masyarakat yang ahli beribadah. Dengan
lingkungan tempat tinggal yang baik, Insya Allah kamu akan mendapat ilmu agama dengan cepat. Akan banyak orang di sana yang akan membantu kamu untuk mendapatkan ilmu sebanyak -banyaknya," jawab sang Kiai panjang lebar.

Si Pemuda itupun menuruti saran sang Kiai. Ia pun berjalan menuju desa yang dimaksud oleh sang Kiai. Tapi siapa sangka, di tengah perjalanan menuju desa seberang, si Pemuda jatuh terpeleset. Ia meninggal seketika itu juga.
Kematian si Pemuda ternyata membuat
Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab saling berebut, mereka memperebutkan si Pemuda. Menurut Malaikat Rahmat, si Pemuda berhak mendapatkan Surga karena ia telah berniat untuk bertaubat, walaupun belum sempat melakukan pertaubatan. Sedangkan menurut
Malaikat Azab, si Pemuda tidak berhak mendapatkan Surga karena ia belum mencapai desa yang disarankan oleh sang Kiai. Malaikat Azab akan membawa si Pemuda ke Neraka untuk mempertanggungjawabkan perbuatan maksiat yang telah banyak ia lakukan.

Perdebatan antara Malaikat Rahmat dan
Malaikat Azab akhirnya membuat Allah Swt. mengutus malaikat yang menyerupai manusia untuk menyelesaikan persoalan ini. Allah Swt. meminta malaikat untuk mengukur jarak dari tempat si Pemuda meninggal ke desa yang ditinggalkan, juga ke desa yang dituju. Lebih dekat ke arah manakah? Jika lebih dekat ke arah desa yang dituju berarti si Pemuda berhak dibawa oleh Malaikat Rahmat ke Surga. Begitu juga sebaliknya, jika lebih dekat ke arah desa yang ditinggalkan berarti Malaikat Azab membawanya ke Neraka.

Akhirnya setelah diukur, ternyata lebih dekat sejengkal ke arah desa yang dituju, yang disarankan oleh sang Kiai. Dengan gembira, Malaikat Rahmat memanggul si Pemuda dan membawanya ke Surga. la telah mendapatkan rahmat dan pengampunan dari Allah Swt.

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.