ثَامِنُهَا
أَنْ يَحْرِصَ عَلٰى إِقَامَةِ فَرَائِضِهِ وَأَنْ يتَقَرَّبَ إِلَيْهِ
بِنَوَافِلِهِ بِقَدْرِ طَاقَتِهِ
Makna yang
kedelapan adalah seorang hamba harus berambisi untuk melaksanakan berbagai
kefardhuan Alloh, dan ia melakukan pendekatan diri kepada Alloh dengan berbagai
ibadah sunnah, sesuai kadar kemampuannya.
تَاسِعُهَا أَنْ يَسُرَّ أَيْ
يَفْرَحَ بِمَا سَمِعَ مِنْ غَيْرِهِ مِنْ ثَنَاءٍ عَلَيْهِ أَوْ تَقَرُّبٍ
إِلَيْهِ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً نَفْسًا وَمَالًا
وَوَلَدًا.
Makna yang kesembilan adalah
ia merasa senang, yakni ia merasa gembira dengan sesuatu yang ia dengar dari
orang lain, berupa pujian kepada Alloh, atau berupa pendekatan diri kepada
Alloh, dan berjihad di jalan Alloh, secara diam-diam dan terang-terangan, dengan
jiwa, harta dan anaknya.
عَاشِرُهَا إِنْ سَمِعَ مِنْ أَحَدٍ
ذِكْرَ اللهِ أَعَانَهُ.
Makna yang
kesepuluh adalah jika ia mendengar dari seseorang perihal upaya dzikir kepada
Alloh, maka ia akan membantu orang itu.
﴿تَنْبِيْهٌ﴾ اَلصَّلَاةُ وَالزَّكَاةُ وَالْحَيَاةُ
إِذَا لَمْ تُضَفْ تُكْتَبُ بِالوَاوِ عَلَى الْأَشْهَرِ إِتِّبَاعًا لِلْمُصْحَفِ.
﴾Peringatan﴿ Lafadz as-Sholaatu, az-Zakaatu dan al-Hayaatu apabila
tidak di-idhofah-kan, maka ditulis dengan huruf wawu, menurut pendapat yang
paling masyhur, karena mengikuti terhadap mushhaf [Al-Qur’an].
وَمِنَ الْعُلَمَاءِ مَنْ
يَكْتُبُهَا بِالْأَلَفِ.
Namun
dianatara para ulama ada seorang ulama yang menuliskannya dengan huruf alif
[bukan wawu].
أَمَّا إِذَا أُضِيْفَتْ فَلَا
يَجُوْزُ كِتَابَتُهَا إِلَّا بِالْأَلِفِ سَوَاءٌ أَضِيْفَتْ إِلٰى ظَاهِرٍ أَوْ
مُضْمَرٍ كَمَا قَالَهُ ابْنُ الْمَلْقَنِ.
Adapun
apabila di-idhofah-kan, maka tidak diperbolehkan menuliskannya kecuali dengan
huruf alif. Sama saja di-idhofah-kan kepada isim zhohir ataupun isim dhomir,
sebagaimana Syekh Ibnu Malqon telah mengatakannya.
﴿وَ﴾ ثَالِثُهَا ﴿إِيْتَاءُ الزَّكَاةِ﴾ أَيْ
إِعْطَائُهَا لِمَنْ وُجِدَ مِنَ الْمُسْتَحِقِّيْنَ فَوْرًا إِذَا تَمَكَّنَ مِنَ
الْأَدَاءِ مَعَ وُجُوْبِ التَّعْمِيْمِ. وَهُمْ ثَمَانِيَةُ أَنْوَاعٍ.
﴾Dan﴿ rukun Islam yang ketiga adalah ﴾menunaikan
zakat﴿, yakni memberikan zakat kepada orang yang
didapati dari para mustahiq [orang yang berhak menerima zakat] dengan
segera, apabila telah berpeluang leluasa untuk menunaikan, serta wjibnya
meratakan. Dan paramustahiq itu ada 8 [delapan] golongan.
اَلْأَوَّلُ فَقِيْرٌ وَحَدُّهُ هُوَ
الَّذِيْ لَا مَالَ لَهُ أَصْلًا وَلَا كَسَبَ كذٰلِكَ حَلَالَيْنِ.
Yang
pertama adalah orang faqir. Dan definisi [batasan] faqir adalah orang
yang tidak memiliki harta sama sekali dan tidak punya usaha demikian pula [sama
sekali], yang keduanya [harta dan usaha yang] halal.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.