﴿اَلْحَمدُ﴾ أَيِ الثَّنَاءُ بِالْكَلَامِ عَلَى الْجَمِيْلِ الْإِخْتِيَارِيِّ مَعَ جِهَةِ التَّبْجِيْلِ وَالتَّعْظِيْمِ سَواَءٌ كَانَ فِي مُقَابَلَةِ نِعْمَةٍ أَمْ لَا
(Segala puji) yakni penyanjungan dengan ucapan menurut cara yang bagus yang diupayakan dengan kesadaran sendiri, disertai tujuan memuliakan dan mengagungkan, sama saja keadaan pujian itu dalam hal merespon terhadap kenikmatan ataupun tidak,
مُسْتَحِقٌّ ﴿لِلّٰهِ﴾
adalah menjadi hak (Alloh).
وَهٰذَا هُوَ الْحَمْدُ اللُّغَوِيُّ الَّذِيْ طُلِبَتِ الْبَدَاءَةُ بِهِ
Dan ini merupakan pujian secara bahasa yang dianjurkan untuk memulai [sesuatu] dengannya.
وَأَمَّا الْحَمْدُ الْإِصْطِلَاحِيُّ فَلَا تُطْلَبُ الْبَدَاءَةُ بِهِ
Adapun pijian secara istilah, maka tidak dianjurkan untuk memulai [sesuatu] dengan pujian itu.
وَهُوَ فِعْلٌ يَدُلُّ عَلٰى تَعْظِيْمِ الْمُنْعِمِ مِنْ حيْثُ كَوْنُهُ مِنْعِمًا عَلَى الْحَامِدِ أَوْ غَيْرِهِ
Dan pujian secara istilah itu adalah suatu perbuatan yang menunjukkan atas pengagungan kepada sang Pemberi Karunia, dari sisi keberadaannya sebagai Pemberi Nikmat kepada si pemuji atau kepada selainnya.
سَوَاءٌ كَانَ ذٰلِكَ قَوْلًا بِاللِّسَانِ أَوْ إِعْتِقَادًا بِالْجَنَانِ أَوْ عَمَلًا بِالْأَرْكَانِ الَّتِيْ هِيَ الْأَعْضَاءُ
Sama saja keadaan pujian itu berupa ucapan dengan lidah, atau keyakinan dengan hati, atau berupa perbuatan dengan berbagai organ tubuh, yaitu anggota-anggota tubuh.
﴿رَبِّ﴾ أَيْ مُصِلْحِ ﴿الْعَالَمِيْنَ﴾
(Tuhan) yakni Zat Pemelihara (alam semesta)
لَمَّا افْتَتَحَ بِالْبَسْمَلَةِ إِفْتِتَاحًا حَقِيْقِيًّا اِفْتَتَحَ بِالْحَمْدَلَةِ إِفْتِتَاحًا إِضَافِيًّا جَمْعًا بَيْنَ حَدِيْثَيْ الْبَسْمَلَةِ وَالْحَمْدَلَةِ إِقَتِدَاءً بِالْكِتَابِ أَيْضًا
Tatkala pengarang [Syekh Salim bin Sumair] membuka [kitabnya] dengan basmalah sebagai pembuka secara hakikat, maka beliau membuka [juga] dengan hamdalah sebagai pembuka secara penyandaran, lantaran menggabung diantara dua hadis [mengenai] basmalah dan hamdalah, dan juga karena mengikut kepada Al-Kitab [Al-Qur'an],
وَعَمَلًا بِحَدِيْثِ ابْنِ مَاجَهَ كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيْهِ بِالْحَمْدُ لِلّٰهِ فَهُوَ أَجْذَمُ
dan karena mengamalkan dengan hadis Imam Ibnu Majah: "Setiap perkara yang memiliki hal penting, yang tidak dimulai dalam perkara tersebut dengan ucapan اَلْحَمْدُ لِلّٰهْ, maka perkara itu [laksana orang yang] terpotong jari jemarinya".
وَفِي رِوَايَةٍ فَهُوَ أَقْطَعُ
Dan dalam riwayat lain [disebutkan]: "Maka perkara itu [bagai orang yang] terpotong tangannya".
Ok
ReplyDelete