Wednesday, September 27, 2017

HUKUM MENGGAMBAR BINATANG

✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
➊ Syeh Nawawi Banten di dalam kitabnya مِرْقَاةُ صُعُوْدِ التَّصْدِيقْ syarah (penjelasan) kitab ْسُلَّمُ التَّوْفِيقْ halaman 75 menuturkan sebagai berikut:
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
﴿ وَتَصْوِيْرُ الْحَيَوَانِ﴾ قَالَ ابْنُ حَجَرٍ فِي الزَّوَاجِرِ تَصْوِيْرُ صُوَرِ الْحَيَوَانِ حَرَامٌ مِنَ الْكَبَائِرِ لِلْوَعِيْدِ الشَّدِيْدِ.
﴾Dan [termasuk ma'siat tangan adalah] menggambar [melukis] hewan﴿ Syeh Ibnu Hajar telah berkata di dalam kitab Az-Zawajir: “Menggambar berbagai bentuk hewan adalah haram, termasuk dosa besar, karena terdapat ancaman yang berat.”
سَوَاءٌ صَنَعَهُ لِنَفْسِهِ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذْ فِيْهِ مُضَاهَاةٌ لِخَلْقِ اللهِ تَعَالٰى. وَسَوَاءٌ كَانَ بِبَسَاطٍ أَوْ ثَوْبٍ أَوْ دِرْهَمٍ أَوْ دِيْنَارٍ أَوْ فَلْسٍ إِنَاءٍ أَوْ حَائِطٍ أَوْ مِخَدَّةٍ أَوْ نَحْوِهَا.
Sama saja ia membuatnya untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, karena dalam menggambar itu terdapat tindakan penyerupaan kepada sesuatu yang diciptakan oleh Alloh Ta’ala. Dan sama saja keadaan gambar itu di permadani, pakaian, dirham, dinar, uang receh, wadah, tembok, bantal atau semacamnya.
وَأَمَّا تَصْوِيْرُ صُوَرِ الشَّجَرِ وَنَحْوِهِ مِمَّا لَيْسَ بِحَيَوَانٍ فَلَيْسَ بِحَرَامٍ.
Dan adapun menggambar bentuk-bentuk pohon dan semacamnya dari berbagai obyek yang tidak termasuk hewan, maka hal itu tidak haram.
وَأَمَّا الْمُصَوَّرُ صُوْرَةَ حَيَوَانٍ فَإِنْ كَانَ مُعَلَّقًا عَلٰى حَائِطٍ أَوْ مَلْبُوْسًا كَثَوْبٍ أَوْ عِمَامَةٍ أَوْ نَحْوِهَا مِمَّا لَا يُعَدُّ مُمْتَهَنًا فَحَرَامٌ.
Dan adapun gambar yang berbentuk hewan, maka jika keadaannya tergantung di tembok atau di busana seperti baju, sorban atau semacamnya dari sesuatu yang tidak dianggap sebagai barang yang sering dipakai (telah usang), maka (hukumnya) haram.
أَوْ مُمْتَهَنًا كَبِسَاطٍ يُدَاسُ وَمِخَدَّةٍ وَوِسَادَةٍ وَنَحْوِهَا فَلَا يَحْرُمُ.
atau sebagai barang yang sering dipakai, seperti permadani yang diinjak, bantal, bantal guling dan semacamnya, maka tidak haram.

لٰكِنْ هَلْ يَمْنَعُ دُخُوْلَ الْمَلَائِكَةِ الرَّحْمَةِ ذٰلِكَ الْبَيْتَ أَوْ لَا؟ اَلْأَظْهَرُ أَنَّهُ عَامٌّ فِيْ صُوْرَةِ الْإِطْلَاقِ.
Akan tetapi apakah (gambar hewan) dapat mencegah masuknya malaikat rahmat ke dalam rumah ataukah tidak? Menurut pendapat Al-Adzhar (pendapat imam Syafi’i yang paling jelas) bahwasanya (tercegahnya malaikat itu) berpengertian umum (merata pada semua gambar) dalam gambar/lukisan yang dimutlakkan (tidak ada pengecualian sama sekali).

لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ كَلْبٌ وَلَا صُوْرَةٌ. وَلَا فَرْقَ بَيْنَ مَا لَهُ ظِلٌّ وَمَا لَا ظِلٌّ لَهُ.
Berdasarkan sabda Nabi saw: “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan tidak pula gambar.” Dan tidak ada bedanya antara gambar yang memiliki bayangan (gambar tiga dimensi) dan yang tidak memiliki bayangan (gambar dua dimensi).
هٰذَا تَلْخِيْصُ مَذْهَبِ جُمْهُوْرِ عُلَمَاءِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ كَالشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ وَالثَّوْرِيِّ وَأَبِيْ حَنِيْفَةَ وَغَيْرِهِمْ. وَأَجْمَعُوْ عَلٰى تَحْرِيْمِ مَا لَهُ ظِلٌّ.
Ketentuan ini adalah pengintisarian madzhab (anutan pijakan hukum) pendapat mayoritas ulama’ dari kalangan para sahabat nabi, tabi’in dan ulama’ lain setelah mereka, seperti imam Syafi’i, imam Malik, imam Sufyan Ats-Tsauri, imam Abu Hanifah dan selainnya. Dan mereka telah bersepakat atas haramnya gambar yang memiliki bayangan (gambar tiga dimensi).
قَالَ الْقَاضِيُّ إِلَّا مَا وَرَدَ فِيْ لَعْبِ الْبَنَاتِ الصِّغَارِ مِنَ الرُّخْصَةِ. لٰكِنْ كَرِهَ مَالِكٌ شِرَاءَ الرَّجُلِ ذٰلِكَ لِبِنْتِهِ إِنْتَهٰى.
Imam al-Qodli berkata: “kecuali sesuatu yang teriwayatkan dalam hadis tentang mainan anak-anak perempuan yang masih kecil (boneka), karena terdapat rukhshoh (dispensasi).” Akan tetapi imam Malik memakruhkan seorang laki-laki (ayah) membeli mainan itu untuk putrinya. Selesai.
 
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
➋ Syeh Zainuddin Al-Malibariy di dalam kitabnya Fathul Mu'in halaman 109 menuturkan sebagai berikut:
✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦✦
وَمِنْهُ صُوْرَةُ حَيَوَانٍ مُشْتَمِلَةٍ عَلٰى مَا يُمْكِنُ بَقَائُهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا نَظِيْرٌ كَفَرَسٍ بِأَجْنِحَةٍ وَطَيْرٍ بِوَجْهِ إِنْسَانٍ عَلٰى سَقْفٍ أَوْ جِدَارٍ أَوْ سَتْرٍ عُلِّقَ لِزِيْنَةٍ أَوْ ثِيَابٍ مَلْبُوْسَةٍ أَوْ وِسَادَةٍ مَنْصُوْبَةٍ لِأَنَّهَا تُشْبِهُ الْأَصْنَامَ فَلَا تَجِبُ الْإِجَابَةُ فِيْ شَيْءٍ مِنَ الصُّوَرِ الْمَذْكُوْرَةِ بَلْ تَحْرُمُ ...
Dan termasuk dari hal yang munkar adalah adanya gambar-gambar binatang yang lengkap [dalam bentuk] yang memungkinkannya bisa hidup, walaupun tidak ada padanannya [dalam realita], seperti kuda bersayap, burung berwajah manusia di atas atap, dinding, tirai yang digantung untuk dekorasi, busana yang dikenakan atau bantal yang dipajang, karena semuanya menyerupai berhala [yang diharamkan]. Maka tidak wajib menghadiri walimah yang di dalamnya terdapat salah satu dari gambar-gambar tersebut, bahkan hukumnya haram ...
نَعَمْ يَجُوْزُ تَصْوِيْرُ لَعْبِ الْبَنَاتِ لِأَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا كَانَتْ تَلْعَبُ بِهَا عِنْدَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا فِيْ مُسْلِمٍ. وَحِكْمَتُهُ تَدْرِيْبُهُنَّ أَمْرَ التَّرْبِيَّةِ.
Iya benar demikian, [Namun] boleh menggambar mainan anak-anak perempuan, karena Aisyah pernah bermain boneka di hadapan Rosululloh Saw. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Shohih Muslim. Hikmah diperbolehkannya adalah untuk melatih mereka [anak-anak perempuan] mengenai perkara cara memelihara dan mengasuh anak. 

No comments:

Post a Comment

Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.