وَبِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلّٰى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تصَلِّيْ عَلَيْهِ مَادَامَ اِسْمِيْ فِي ذٰلِكَ الْكِتَابِ.
Dan dengan sebab [mengamalkan] sabda Nabi SAW: “Siapa saja yang bersholawat kepadaku di dalam sebuah kitab, maka tidak henti-hentinya para Malaikat bersholawat untuknya, selama namaku masih ada di dalam kitab itu”.
قَالَ عَبْدُ الْمُعْطِي السَّمْلَاوِيُّ فِي مَعْنَى هٰذَا الْحَدِيْثِ أَيْ مَنْ كَتَبَ الصَّلَاةَ وَصَلَّى أَوْ قَرَأَ الصَّلَاةَ الْمَرْسُوْمَةَ فِي التَّأْلِيْفِ أَوْ حَافِلٍ أَوْ رِسَالَةٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَدْعُوْ لَهُ بِالْبَرَكَةِ أَوْ تَسْتَغْفِرُ لَهُ.
Telah berkata Syekh Abdul Mu’thi As-Samlawiy dalam memaknai hadis ini: “Maksudnya adalah siapa saja yang menulis sholawat dan ia bersholawat atau ia membaca sholawat yang ditulis di dalam penyusunan karya, atau surat undangan perayaan, atau sebuah surat, maka tidak henti-hentinya para Malaikat akan berdo’a untuk orang itu, dengan keberkahan atau memintakan ampunan untuk orang itu.
﴿خَاتِمُ النَّبِيِّيْنَ﴾ بِفَتْحِ التَّاءِ وَكَسْرِهَا وَالْكَسْرُ أَشْهَرُ أَيْ طَابِعُهُمْ كَمَا فِي الْمِصْبَاحِ.
(Pemungkas para Nabi) lafadz khotimun, dengan dibaca fathah huruf ta’-nya dan bisa dibaca kasroh, dan huruf ta’-nya dibaca kasroh adalah lebih terkenal, khotimun maksudnya adalah pemberi cap kenabian kepada para Nabi, sebagaimana [keterangan] di dalam kitab Al-Mishbah.
فَلَا نَبِيَّ بَعْدَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ آخِرُهُمْ فِي الْوُجُوْدِ بِاعْتِبَارِ جِسْمِهِ فِي الْخَارِجِ.
Maka tidak ada Nabi setelah Beliau SAW, karena beliau yang terakhir diantara para Nabi di dalam perwujudannya dengan pertimbangan jasad kasarnya di dalam realita.
﴿وَآلِهِ﴾ وَهُمْ جَمِيْعُ أُمَّةِ الْإِجَابَةِ لِخَبَرٍ آلُ مُحَمَّدٍ كُلُّ تَقِيٍّ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِيُّ.
(Dan para keluarga beliau) dan mereka itu adalah semua umat yang berhak dikabulkan do’anya, berdasarkan hadis: “Keluarga Muhammad adalah setiap orang yang bertaqwa”. Hadis dikeluarkan oleh Imam Ath-Thobroni.
وَهُوَ الْأَنْسَبُ بِمَقَامِ الدُّعَاءِ وَلَوْ عَاصِيْنَ لِأَنَّهُمْ أَحْوَجُ إِلَى الدُّعَاءِ مِنْ غَيْرِهِمْ.
Pengertian ini adalah yang paling sesuai dengan kedudukan do’a, walaupun mereka sebagai para pelaku maksiat, karena sesungguhnya mereka lebih membutuhkan kepada [dikabulkannya] do’a, daripada selain mereka.
وَأَمَّا فِي مَقَامِ الزَّكَاةِ فَالْمُرَادُ بِالْآلِ هُمْ بَنُوْ هَاشِمٍ وَبَنُوْ الْمُطَّلِبِ.
Adapun di dalam kedudukan zakat, maka yang di maksud dengan keluarga Nabi SAW, mereka adalah para anak keturunan Hasyim dan Muththolib.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.