﴿تَنْبِيْهٌ﴾ أَصْلُ آلٌ أَهْلٌ قُلِبَتِ الْهَاءُ هَمْزَةً تَوَصُّلًا لِقَلْبِهَا أَلِفًا ثُمَّ قُلِبَتِ الْهَمْزَةُ أَلِفًا لِسُكُوْنِهَا وَانْفِتَاحِ مَا قَبْلَهَا هٰذَا مَذْهَبُ سِيْبَوَيْهَ.
(Peringatan) Asal kata آلٌ adalah أَهْلٌ, huruf ha' (ه) dirubah bentuk menjadi hamzah, karena sebagai perantara bagi berubah bentuknya huruf ha' menjadi alif. Kemudian huruf hamzah itu dirubah bentuk menjadi alif karena sukun-nya huruf hamzah tersebut dan ber-harokat fathah huruf sebelumnya. Ini merupakan pendapat Imam Sibawaih.
وَقَالَ الْكِسَائِي أَصْلُهُ أَوَلٌ عَلٰى وَزْنِ جَمَلٌ تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَانْفُتِحَ مَا قَبْلَهَا قُلِبَتْ أَلِفًا.
Namun Imam Al-Kisaiy berkata: "Asal kata آلٌ adalah أَوَلٌ, mengikuti wazan جَمَلٌ, huruf wawu ber-harokat dan ber-harokat fathah huruf sebelumnya, maka huruf wawu itu diubah bentuk menjadi alif".
﴿وَصَحْبِهِ﴾ وَهُوَ مَنْ اجْتَمَعَ مُؤْمِنًا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الرِّسَالَةِ وَلَوْ قَبْلَ الْأَمْرِ بِالدَّعْوَةِ فِي حَالِ حَيَاتِهِ.
(dan para sahabat beliau) Dan sahabat adalah orang yang bekumpul dengan Nabi Saw. dalam keadaan beriman setelah diangkat menjadi Rosul, walaupun sebelum ada perintah untuk berdakwah [mengajak beriman], di saat Nabi Saw. masih hidup,
اِجْتِمَاعًا مُتَعَارِفًا بِأَنْ يَكُوْنَ فِي الْأَرْضِ وَلَوْ فِي ظُلْمَةٍ أَوْ كَانَ أَعْمٰى وَإِنْ لَمْ يَشْعُرْ بِهِ.
dengan berkumpul yang saling mengenal, dengan sekiranya keadaan berkumpulnya di bumi, walaupun dalam kegelapan, atau keadaan orang tersebut buta, meskipun ia tidak merasakan dengan [ciri fisik] Nabi Saw.,
أَوْ كَانَ غَيْرَ مُمَيِّزٍ أَوْ مَارًّا أَحَدُهُمَا عَلَى الْآخَرِ وَلَوْ نَائِمًا.
atau keadaan orang tersebut belum tamyiz, atau sebagai orang yang melintas [sekejap] salah satu dari kedua orang itu atas orang yang lainnya, walaupun dalam keadaan tertidur,
أَوْ لَمْ يَجْتَمِعْ بِهِ لٰكِنْ رَأٰى النَّبِيَّ أَوْ رَآهُ النَّبِيُّ وَلَوْ مَعَ بُعْدِ الْمَسَافَةِ وَلَوْ سَاعَةً وَاحِدَةً.
atau ia tidak berkumpul dengan Nabi, akan tetapi ia melihat Nabi, atu Nabi melihat kepadanya, walaupun disertai dengan jauhnya jarak, walaupun hanya sesaat.
بِخِلَافِ التَّابِعِيِّ مَعَ الصَّحَابِيِّ فَلَا تَثْبُتُ التَّابِعِيَّةُ إِلَّا بِطُوْلِ الْإِجْتِمَاعِ مَعَهُ عُرْفًا عَلَى الْأَصَحِّ عِنْدَ أَهْلِ الْأُصُوْلِ وَالْفُقَهَاءِ أَيْضًا وَلَا يَكْفِيْ مُجَرَّدُ اللِّقَاءِ.
Berbeda halnya Tabi'in [pengikut para sahabat] terhadap sahabat Nabi, maka tidak dapat ditetapkan sebagai Tabi'iy [pengikut sahabat], kecuali dengan lama berkumpul bersama sahabat, secara keumuman, berdasarkan pendapat yang paling shohih, juga menurut pendapat para ahli Ushul dan para ahli Fiqih. Dan tidak mencukupi sekedar bertemu saja.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.