وَمَا مِنْ غَرِيْمٍ يُلْوِيْ غَرِيْمَهُ أَيْ يُمَاطِلُهُ وَيَسُوْفُ بِهِ وَهُوَ قَادِرٌ إِلَّا كَتَبَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ إِثْمًا.
Dan tidaklah seorang penghutang [orang yang punya hutang] yang menangguhkan kepada pemberi hutangnya [yang berpiutang/kreditor], yakni mengulur-ngulur pembayaran hutangnya, dan menunda-nunda dengan hutangnya itu, padahal ia orang yang mampu, melainkan pasti Alloh akan mencatatkan atasnya di setiap putaran waktu akan suatu dosa”.
وَمِنْ خَوَاصِّهَا مَا مِنْ فَوَائِدِ الشَّرْجِيِّ قَالَ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا بِسَنَدِهِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يُصِبْهُ فَقْرٌ أَبَدًا. اهــ
Dan diantara keistimewaan kalimat Hawqolah adalah keterangan yang terdapat dalam kitab Fawaid Syeh Asy-Syarjiyyi: “Telah berkata imam Ibnu Abid Dunya dengan sanadnya yang tersambung sampai nabi Saw.: “Bahwasanya Nabi Saw telah bersabda: “Siapa saja yang mengucapkan di setiap hari kalimat لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ sebanyak seratus [100] kali, maka kefaqiran tidak akan menimpanya”. Selesai Syeh Asy-Syarjiyyi.
وَرُوِيَ فِي الْخَبَرِ أَيْضًا إِذَا أُنْزِلَ بِالْإِنْسَانِ مُهِمٌّ وَتَلَا لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ثَلَاثَمِائَةِ مَرَّةٍ فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ أَيْ أَقَلَّهَا ذٰلِكَ ذَكَرَهُ شَيْخُنَا يُوْسُفُ فِي حَاشِيَتِهِ عَلَى الْمِعْرَاجِ.
Dan diriwayatkan dalam sebuah Hadis juga: “Apabila turun kepada seorang manusia hal yang menggelisahkan, dan ia membaca لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ sebanyak 300 kali, niscaya Alloh akan meringankan darinya” yakni mengurangi hal yang menggelisahkannya itu. Demikian hal itu dituturkan oleh guru kami, Syeh Yusuf dalam hasyiyah beliau mengenai penjelasan al-Mi’roj.
﴿تَنْبِيْهٌ﴾ قَالَ الْعُلَمَاءُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ إِعْلَمْ أَنَّهُ لَا يُثَابُ ذَاكِرٌ عَلٰى ذِكْرِهِ إِلَّا إِذَا عَرَفَ مَعْنَاهُ وَلَوْ إِجْمَالًا بِخِلَافِ الْقُرْآنِ فَيُثَابُ قَارِئُهُ مُطْلَقًا نَبَّهَ عَلٰى ذٰلِكَ الْقَلْيُوْبِيُّ.
(Peringatan) Telah berkata para Ulama’ Ra.: “Ketahuilah, bahwasanya orang yang berdzikir tidak akan mendapat pahala atas dzikirannya, kecuali apabila ia mengerti arti dzikirnya itu, walaupun hanya secara ijmaliy [global/umum]. Berbeda dengan Al-Qur’an, maka pembacanya akan mendapat pahala secara mutlak [walaupun tidak mengerti artinya]”. Demikian telah memperingatkan atas hal itu oleh Syeh Al-Qolyubiy.
﴿فَائِدَةٌ﴾ قَالَ الْمُقَدِّسِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالٰى اَلْأَلِفُ وَاللَّامُ فِيْ أَسْمَائِهِ تَعَالٰى لِلْكَمَالِ لَا لِلْعُمُوْمِ وَلَا لِلْعَهْدِ.
(Faedah) Telah berkata Syeh Al-Muqoddisiy rokhimahullohu ta’ala: “Huruf alif dan lam pada nama-nama Alloh Ta’ala untuk [menunjukkan] kesempurnaan, bukan untuk [menunjukkan pengertian] umum dan tidak untuk [menunjukkan pengertian] maklum”.
No comments:
Post a Comment
Yuk kita saling berkomentar dengan baik dan sopan untuk menumbuhkan ukhuwah dan silaturahmi sesama sahabat blogger. Terima Kasih.